Festival Payung Indonesia (FPI) menjalin kerja sama program sister festival dengan Festival Payung Bo Sang atau Bo Sang Umbrella Festival di Thailand. Tahun 2017 merupakan tahun kedua Indonesia berpartisipasi dalam festival yang berlangsung di Chiang Mai, Thailand Utara ini.
"FPI dan Festival Payung Bo Sang adalah dua festival yang sama. Bedanya yang satu (FPI) baru berusia 4 tahun sedangkan yang satunya sudah 34 tahun," ujar Heru Mataya, Direktur Mataya Art and Heritage yang menggagas FPI, saat berbincang dengan detikTravel, Sabtu (21/1).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Manajemen festivalnya, manajemen penonton, dan bagaimana festival berdampak pada masyarakat itu kita harus belajar sama yang lebih tua," ujar Heru.
Menurut alumnus ISI Surakarta ini, Festival Payung Bo Sang adalah festival yang layak dikunjungi.
"Tidak ada buruknya saling belajar, berbagi ide, dan pengalaman. Untuk tahun ini, Indonesia akan mengadakan pameran payung Nusantara berbahan wastra (kain Nusantara) di sini. Ada juga demo melukis payung bermotif batik yang bisa dicoba pengunjung," tambah Heru.
Ia ingin Festival Payung Bo Sang menjadi sarana untuk memperkenalkan motif batik Indonesia dalam bentuk payung. Heru menjelaskan, "Kita juga ingin membedakan ini loh payung Indonesia, payung Thailand ini. Bukan ingin saling bersaing, tapi ingin saling menunjukkan perbedaan yang merupakan kekayaan. Nanti mereka bisa belajar, kita belajar. Jadi saling belajar."
Heru menuturkan, payung menjadi sarana diplomasi budaya. Dengan payung, sebuah negara bisa saling bertukar informasi budaya dengan negara lainnya.
"Saya pikir kita harus belajar dengan Thailand karena mereka sangat mengagungkan payung tradisi. Di Thailand payung plastik itu nggak ada, semua pake payung tradisi. Meskipun hujan tetap pakai payung tradisi. Kebanggaan terhadap payung itu luar biasa. Artinya desa-desa payung hidup semua. Ini sebuah keberpihakkan terhadap payung tradisi. Ini yang perlu kita contoh," lanjut Heru.
Rencananya September mendatang, Thailand akan mengirim delegasinya ke Solo untuk FPI.
"Gantian setiap tahun saling berkunjung dan saling mendukung," ujar Heru.
Selain Bo Sang, FPI sedang menjajaki kerja sama dengan festival serupa di Brunei, Myanmar, Laos, dan negara Asia Tenggara lainnya.
Pria ramah ini melanjutkan, rencananya akan terbentuk sebuah festival payung Asia Tenggara yang saling bersinergi. Kerja sama dengan Bo Sang, Thailand ini menjadi sebuah pilot project.
Mengenai kaitan FPI dengan promosi pariwisata Indonesia, Heru berpendapat acara ini bisa mendatangkan banyak turis.
"Tahun lalu saja penonton FPI mencapai lebih dari 50 ribu orang selama 3 hari. FPI bisa mendatangkan penonton hingga menyemut tanpa perlu mendatangkan artis ibu kota," lanjut Heru.
"FPI di Solo juga bertaraf internasional karena kita turut mengundang delegasi dari Brunei, Thailand, Jerman, dan berbagai negara. Bukan sekadar payung yang dipamerkan tapi juga pementasan tari, fashion, dan musik. Payung dengan berbagai eskpresi kesenian. Ada juga yang dijual," tutup Heru.
(rdy/rdy)












































Komentar Terbanyak
Kisah Tragis Model Cantik Belarusia: Diculik-Dibunuh di Myanmar, Organ Dijual
Benarkah Harimau Takut Kucing? Ini Penjelasannya
Menyusuri Kemang Raya, Kawasan Elite yang Masuk Daftar Kawasan Terkeren di Dunia