Phuket kembali menegaskan ambisi menjadi destinasi wisata berkualitas. Kota itu mematok target pemasukan hingga Rp 285 triliun pada 2025.
Mengutip Bangkok Post, Selasa (2/12/2025) Presiden Asosiasi Pariwisata Phuket, Thanet Tantipiriyakit, menyampaikan bahwa pendapatan pariwisata pulau itu ditargetkan melampaui 500 miliar baht (Rp 285 triliun) di tahun ini. Dia mengatakan strategi Phuket kini bergerak ke arah wisata yang lebih berorientasi pada kualitas, sejalan dengan meningkatnya minat global terhadap kesehatan dan kebugaran.
Thanet menjelaskan bahwa asosiasi pariwisata aktif mempromosikan Phuket ke berbagai pasar internasional melalui 10 hingga 14 roadshow dan pameran dagang setiap tahun. Kegiatan itu didukung penuh oleh Organisasi Administrasi Provinsi Phuket (PPAO), yang mendapatkan pemasukan dari pungutan 1% biaya kamar di hotel-hotel berizin, hampir 300 juta baht dari sekitar 1.000 properti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, ia mengakui sektor akomodasi masih menghadapi tantangan besar. Lebih dari 5.400 usaha perhotelan belum mengantongi izin resmi. Karena itu, ia meminta komite pariwisata parlemen mendorong percepatan legalisasi agar seluruh bisnis bisa beroperasi dengan standar yang sama.
Menurutnya, pariwisata menyumbang 95% ekonomi Phuket. Dari Januari hingga Oktober tahun ini, pendapatan wisata sudah mencapai 442 miliar baht (Rp 229 tiriliun)
"Target akhir tahun ditetapkan sebesar 550 miliar baht," ujarnya.
Perjalanan Phuket menjadi destinasi kelas dunia bukan proses singkat. Dalam 40 tahun terakhir, pulau itu bertransformasi dari kawasan pertambangan menjadi magnet wisata internasional berkat kerja sama erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.
Pada 2019, Phuket mencatat kedatangan 14-15 juta wisatawan dengan pendapatan 450 miliar baht (Rp 233 triliun). Pandemi kemudian memukul telak sektor ini, pendapatan sempat turun menjadi nol ketika Phuket memberlakukan karantina wilayah tingkat kecamatan, satu-satunya di Thailand.
Pulau itu kemudian menjadi yang pertama dibuka kembali melalui skema Phuket Sandbox, dipelopori sektor swasta. Meski jumlah wisatawan 2024 belum kembali seperti sebelum pandemi, pendapatan pariwisata justru naik hingga lebih dari 490 miliar baht (Rp 254 triliun).
Bagi Thanet, ini tanda bahwa wisatawan kini menghabiskan lebih banyak dan menunjukkan pergeseran nyata ke arah wisata berkualitas.
Ia mencontohkan perubahan perilaku wisatawan China.
Kedatangan memang turun 50% dari 2019, namun kini didominasi turis dari kota-kota besar dan lebih makmur. Lama tinggal meningkat drastis jadi tujuh malam, naik dari sebelumnya hanya dua malam dan pengeluaran mereka 4,3 kali lebih besar, tersebar merata ke berbagai usaha lokal.
"Pergeseran ini menunjukkan peningkatan kualitas pengunjung," kata Thanet.
Tren tersebut ikut mendorong pariwisata berbasis komunitas. "Pengunjung berkualitas semakin tertarik pada pengalaman lokal, sehingga mendorong pariwisata berbasis komunitas," dia menambahkan.
Ia menyebut ada tiga bentuk yang berkembang, yakni wisata yang mempertahankan kehidupan tradisional, layanan yang tumbuh dari budaya lokal, serta produksi kerajinan seperti batik, tie-dye, hingga produk berlabel GI.
Namun, ia mengingatkan bahwa pengembangan pariwisata harus tetap menjaga kenyamanan warga. Phuket juga perlu memperkuat infrastruktur utama, mulai dari Bandara Phuket, transportasi publik, hingga standar keselamatan jalan.
Di sisi lingkungan, masalah sampah menjadi perhatian besar. Dari 1.200 ton limbah harian, hanya 700 ton yang bisa diolah, karena itu ia menyebut Phuket membutuhkan pabrik pembakaran tambahan dan sistem pengelolaan limbah cair yang lebih baik untuk melindungi pantai dan ekosistem.
(upd/fem)












































Komentar Terbanyak
Sumut Dilanda Banjir Parah, Walhi Soroti Maraknya Deforestasi
Viral Tumbler Penumpang Raib Setelah Tertinggal di KRL, KAI Sampaikan Penjelasan
Bandara IMIP Disorot, Morowali Punya Berapa Bandara Sih?