Menyambangi Para Pengrajin Tanah Liat di Desa Abar, Papua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Desa Adat Papua

Menyambangi Para Pengrajin Tanah Liat di Desa Abar, Papua

- detikTravel
Minggu, 08 Jul 2012 10:04 WIB
Pembuatan gerabah secara tradisional (Sastri/ detikTravel)
Jakarta - Abar adalah satu dari 24 desa adat yang berdiam di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Ini adalah desa yang terkenal dengan Sempe atau kerajinan dari tanah liat. Onomi Foimoi, selamat datang di Desa Abar!

Satu lagi desa adat yang saya singgahi pada Sentani Lake Tour, Rabu (20/6/2012) lalu. Namanya Abar, sebuah desa yang mendiami satu dari 22 pulau mungil yang tersebar di Danau Sentani.

Eksistensi Desa Abar sebagai penghasil kerajinan sudah terkenal di seantero Papua. Kalau Desa Asey identik dengan lukisan kulit kayunya, Desa Abar tersohor sebagai penghasil gerabah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Satu-satunya desa yang punya tanah liat sebagai bahan kerajinan," kata Samuel, guide Sentani Lake Tour hari itu. Tanah liat ini lalu dibawa ke pulau-pulau lain, bahkan sampai luar wilayah Danau Sentani.

Setelah terpesona dengan tari Onomi Foimoi (Selamat Datang), rombongan kami mulai menjelajah desa ini. Sang Kepala Suku menyambut dengan hangat, menjelaskan beberapa hal tentang desa berpenduduk 108 jiwa ini. Ini berarti, populasi Desa Abar paling kecil angkanya dibanding seluruh desa di Danau Sentani. Namun, kerajinan dari sini tersohor seantero Papua.

"Ini adalah desa kecil dengan nama besar," begitu kata Kepala Suku.

Masih di pinggir pulau, seorang mamak sedang asyik membuat adonan tanah liat di teras sebuah rumah. Estikabei, begitu nama wanita itu, menguleni tanah liat dengan sangat lihai. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu kerajinan?

"Nggak sampai satu jam," ujar Estikabei, tersenyum kepada saya yang terperangah mendengarnya. Wah, tangan-tangan milik masyarakat Desa Abar tampak terbiasa menguleni adonan tanah liat.

Beranjak ke lokasi lebih tinggi, terdapat rumah pembuatan gerabah dengan cara lebih modern. Di rumah ini, gerabah yang oleh orang lokal disebut Sempe dibuat menggunakan alat pemutar. Berbeda seperti mamak Estikabei yang tak menggunakan alat bantu apa pun saat membuat kerajinan Sempe.

"Ini untuk membantu melestarikan Sempe. Apalagi banyak pesanan, jadi bikinnya harus lebih banyak. Pakai alat pemutar ini jadinya lebih cepat," tutur salah satu pengrajin Sempe.

Sempe khas Desa Abar punya beragam warna, tergantung dari titik mana tanah liat itu diambil. Ada warna merah, kuning, hitam, cokelat, juga hitam kekuningan. Uniknya, warna alami ini baru terlihat setelah Sempe itu selesai dibakar.

Pembakaran Sempe dilakukan persis di depan rumah tersebut. Oven pembakar dari batu bata itu berukuran besar, pun tinggi. Cukup untuk membakar 2.000 Sempe dalam satu kali proses!

Wisatawan bisa langsung membeli atau memesan Sempe untuk dibawa pulang, atau dijadikan oleh-oleh. Kalau berkunjung ke Danau Sentani, jangan lupa berkunjung ke desa adat yang satu ini ya!

(sst/fay)

Hide Ads