Kisah Kucing Sebesar Kerbau dan Kambing Pemakan Kertas
Jumat, 14 Des 2012 09:03 WIB

Yofangga
Jakarta - Pulau Gili Ketapang di Probolinggo, Jatim, memiliki keunikan untuk traveler. Selain alamnya yang elok dipandang, di sini ada kisah kucing sebesar kerbau dan kambing pemakan kertas.Gili Ketapang adalah pulau yang terletak di sebelah utara Kota Probolinggo, Jawa Timur. Banyak yang belum tahu keberadaan pulau ini.Pulau Gili berasal dari bahasa Madura yang berarti mengalir. Mungkin, karena terombang ambing tak tentu arah di lautan yang menyebabkan tempatnya selalu berpindah pindah, makanya sulit untuk mendeteksi keberadaannya.Pulau Gili Ketapang berada di sebelah utara Probolinggo. Tidak hanya sebagai tempat penyeberangan Pulau Gili juga menjadi salah satu pintu masuk menuju Gunung Bromo.Dari Terminal Probolinggo wisatawan bisa langsung menaiki angkot sampai stasiun, dan berjalan sekitar dua kilometer. Setelah itu Anda akan bertemu dengan Pelabuhan Tanjung Tembaga.Menuju Pulau Gili Ketapang, dibutuhkan sekitar 45 menit perjalanan dengan naik kapal nelayan dari Pelabuhan Tanjung Tembaga. Cukup dengan membayar nelayan dengan tarif Rp 4.000, kencangkan sabuk pengaman, kapal pun mulai membelah lautan menuju Pulau Gili Ketapang.Pemandangan pertama saat sampai di Pelabuhan Gili Ketapang adalah kapal yang berjejer. Terdapat banyak sekali perahu nelayan yang bersandar di bibir pantai dengan berbagai ukuran. Mulai dari yang kecil sampai yang besar.Perjalanan dimulai dengan mengitari dan mencari tahu seberapa besar Pulau Gili Ketapang. Ternyata hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam non stop untuk kembali ke titik start perjalanan. Di sepanjang jalan akan ditemui banyak warga yang berbicara dengan bahasa Madura. Ya, penghuni pulau ini adalah orang Madura.Batas-batas Pulau Gili Ketapang adalah pelabuhan dan pantai berkarang yang berada di sebelah utara, perkampungan nelayan di sebelah timur dan selatan, terakhir pantai putih yang menjorok ke laut di sebelah barat pulau ini. Sunset di pulau ini juga tidak kalah indah dibandingkan dengan tempat-tempat lain.Pasir putih dengan panorama laut luas berwarna keperakan memantulkan bias-bias sinar sang mahadiraja matahari. Satu persatu titik-titik lampu dari kapal nelayan yang berada di tengah laut mulai bermunculan.Kambing makan kertasBerawal dari keheranan saya tentang banyaknya kambing di Pulau Gili Ketapang, timbullah desakan batin untuk mencari tahu soal kambing. Menurut warga sekitar yang tak mau disebutkan namanya, jumlah kambing di sini mencapai angka yang fantastis yakni sebanyak 1.396 ekor.Β Kambing-kambing ini dilepas begitu saja oleh pemiliknya dan hidup tanpa kandang. Alhasil banyak kambing-kambing yang berkeliaran di pinggir jalan.Sebagaimana kita tahu, kambing-kambing layaknya memilih rumput sebagai makanan utama, tapi tidak dengan kambing di Gili. Di sini mereka makan kertas, mulai dari bungkus makanan, buku, koran, bahkan uang kertas menjadi santapan sehari-hari.Β Karena gejala-gejala yang tidak umum tersebut, dilanjutkan kepada kotoran. Apakah dengan mengkonsumsi kertas, bentuk dan warna kotorannya tetap atau berbentuk lain? Benar sekali, apapun makanannya, kotorannya tetap bulat, kecil, hitam dan banyak.'Kucing sebesar kerbau'Selain keanehan pada kambing, Pulau Gili Ketapang juga menyimpan misteri tentang keanehan hewan lainnya, yaitu kucing sebesar kerbau. Goa Kucing adalah salah satu objek wisata favorit di Pulau Gili Ketapang.Berawal dari cerita Syeh Maulana Ishaq, penyebar agama islam yang sempat mampir dan mendiami pulau ini untuk beberapa waktu. Syeh Maulana memiliki hobi aneh, yaitu senang memelihara kucing dalam jumlah tak lazim, bahkan sampai ribuan kucing. Terbayang bagaimana cara mengurusi kucing sebanyak itu? Belum lagi kalau kucing-kucing itu membuang kotoran serentak. Lama kelamaan, semakin banyaklah kucing di pulau ini.Setelah puas bermain kucing dan menyebarkan agama. Tibalah saatnya untuk Syeh Maulana kembali ke peraduannya, meninggalkan Pulau Gili Ketapang beserta kucing-kucing kesayangannya. Isak tangis pun saat itu terjadi diikuti oleh menghilangnya ribuan kucing peliharaan beliau.Sepeninggalan Syeh Maulana sejak saat itu, setiap malam di kawasan Goa Kucing sering terdengar suara kucing tanpa pernah terlihat keberadaannya. Sekarang ini Goa Kucing malah dijadikan tempat untuk meminta petunjuk dan wangsit. Setiap malam Jumat Legi, banyak wisatawan mengunjungi tempat ini. Untuk sekadar ziarah, mencari jodoh, sampai tafsir mimpi dan meminta nomor keberuntungan.Sewaktu mengunjungi Goa Kucing, penjaganya menyuruh saya untuk tidur di sana. Kabarnya kalau hati orang tersebut bersih dan tidur di sana maka saat tengah malam akan muncul sesosok kucing sebesar kerbau.Kucing itu akan menghampiri dan tidur tepat disamping Anda. Setelah mendengar banyak cerita mistis tentang tempat itu, dengan sangat sukses membuat merinding dan mendirikan semua bulu kuduk. Bagaimana kalau kucingnya sebesar kerbau?Sungguh kejadian yang sangat lucu kalau kita terbangun tengah malam dan tiba-tiba di depan sudah menanti seekor kerbau bermuka kucing. Alhasil penawaran tidur di Goa Kucing secara ikhlas saya batalkan. Sepertinya syuting Dunia Lain di gua ini bisa memberikan cerita yang menarik dan menantang. Siapa yang berani?Keindahan dari sisi berbedaPasir putih, laut bening dan debur ombaklah yang terbayang pertama kali jika mendengar kata pantai. Namun, cobalah melihat dari sudut pandang berbeda. Keramahan dan senyum penduduk, berinteraksi dengan warga, sampai mata pencaharian pun bisa menjadi keindahan tersendiri.Sewaktu mengunjungi pulau ini, saya sempat diajak untuk ikut menjala ikan di tengah laut. Tanpa basa-basi, ajakan menggiurkan tersebut saya terima. Keberangkatan kapal dimulai pada pukul 15.00 sore. Kapal besar yang diberi nama Maulana 2 ini perlahan meninggalkan pantai dan mengarungi lautan.Kapal ini dijalankan oleh tiga orang nelayan dengan tugas yang berbeda. Satu orang berada di dek bawah sebagai penjaga mesin. Anggota lainnya berada di dek atas bagian belakang sebagai pengemudi arah, dan terakhir bertengger di depan, berfungsi sebagai pengawas ikan dan penentu kebijakan kemana kapal akan bergerak, istilah kerennya kapten kapal.Yang menyenangkan dari perjalanan ini adalah bagaimana kita bisa menyatu dengan masyarakat. Banyak pengetahuan bijak yang saya dapat selama berbincang di atas kapal, mulai dari ilmu perbintangan sampai listrik Pulau Gili Ketapang yang hidup hanya pada malam hari dan mati saat siang hari.Selama kurang lebih 9 jam kapal terapung di lautan, tiba-tiba terdengar komando "maju kencang" dari kapten kapal. Serentak kapal mulai ngebut menantang angin mengejar gerombolan ikan yang kelihatan seakan-akan bercahaya jika dilihat dari atas. Kapal oleng kiri dan kanan, berpacu dengan ikan dan lautan yang ganas. Jala pun diturunkan, kapal menukik, memutar, bahkan sesekali terangkat dan menghempas.Setelah semua jala terpakai, kapal berhenti dan dimulailah ritual pengangkatan jala oleh semua penghuni kapal. Sukses besar, sekitar 40 keranjang ikan kita dapatkan malam itu.Saat fajar menyingsing, seolah menyuruh awak kapal kembali ke daratan. Perjalanan pulang dilalui dengan senyum sumringah menghiasi setiap wajah tanpa kenal lelah.Pagi disambut, ikan disetor kepada kapal dagang untuk dikirim ke Probolinggo. Sungguh pengalaman yang berharga, Pulai Gili Ketapang ikut menyumbangkan beberapa mozaik kehidupan untuk disusun di masa depan. Terima kasih Gili Ketapang beserta penduduknya.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!