Seperti dilansir dari News Australia, Jumat (6/9/2013) sebuah pil untuk mengatasi gejala jet lag akan dikembangkan setelah peneliti dari Oxford menemukan sebuah gen yang dapat mengatur jam biologis badan manusia. Gen tersebut berfungsi mencegah ritme tubuh agar tidak kehilangan sinkronisasi.
Tes dilakukan pada tikus, dan peneliti menemukan bahwa binatang pengerat itu mengalami sedikit jet lag. Hampir semua makhluk hidup mengikuti regulasi oleh ritme circadian, yang dipengaruhi respons terhadap perputaran cahaya alami dan mempengaruhi pola tidur dan makan kita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jet lag sering terjadi pada perjalanan yang melintasi lebih dari tiga zona waktu. Ketika traveling dalam jangka panjang, penerima cahaya di mata para traveler mendeteksi perubahan dan mulai menyesuaikan jam internal tubuh dengan jam setempat.
Stuart mengatakan, senyawa itu untuk membatasi jet lag sudah tersedia, sementara obat untuk melawan kondisi tersebut dapat tersedia untuk para traveler dalam 10 tahun lagi. Jet lag lebih sering terjadi ketika traveler terbang ke arah timur, daripada ke arah barat. Karena, badan traveler lebih sulit untuk menyesuaikan ke waktu yang lebih pendek daripada waktu yang lebih panjang.
Direktur Oxford University Sleep and Circadian Neuroscience Institute Russel Foster mangatakan, masih beberapa tahun lagi sebelum obat jet lag ditemukan untuk digunakan para wisatawan. Namun, para ilmuwan sudah memahami betul munculnya gejala jet lag, sehingga bisa mengembangkan obat yang sesuai.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol