Tepat pukul 21.20 WIT, Minggu (29/9/2013) Festival Nusantara Sorong Raya 2013 resmi ditutup lewat pemukulan Tifa. Ternyata festival yang berlangsung di GOR Pancasila, selama tiga hari sejak Jumat itu menyisakan kenangan manis. Kepala Sub Bidang Promosi Wilayah V (Papua, Maluku dan Maluku Utara) Kemenparekraf Maria Bubun mengaku sangat terpikat dan membandingkan dengan festival lain di Papua.
"Saya sudah lihat festival Danau Sentani, Festival Wamena, Festival Teluk Humbolt di Jayapura, Festival Raja Ampat, Festival Fak-Fak. Tapi malam ini saya harus katakan dengan jujur dari hati paling dalam, saya sangat bangga dan surprise dengan seni budaya dari Kota Sorong. Berbagai seni kreasi tarian tradisional sangat-sangat top," kata dia saat penutupan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiada duanya yang sudah saya lihat dari berbagai daerah. Festival budaya Sorong ini yang paling bagus yang saya lihat di Papua dan Papua Barat," puji dia disambut tepuk tangan warga Sorong yang duduk di bagian tribun penonton GOR.
Tapi Maria berharap para pelaku wisata jangan cepat puas dengan pencapaian pada festival yang telah digelar sejak tahun 2010 itu. Menurutnya masih banyak hal yang perlu dikembangkan secara kreatif untuk menggali seni budaya asli Sorong.
Meski telah memasuki tahun ketiga, festival ini dirasa masih belum digarap dengan optimal. Gaungnya pun belum terlalu kuat terdengar di Sorong maupun di level nasional. Jumlah pengunjung hanya ratusan orang, padahal kapasitas venuenya mencapai ribuan orang.
Pelaksanaan acara pun banyak molor dari jadwal yang ditetapkan. Tari tradisional, tari kreasi serta lomba fashion show di hari terakhir yang semestinya digelar mulai pukul 14.00 WIT, baru dimulai sekitar pukul 18.00 WIT.
Akan tetapi, hal itu tak mengurangi nilai plus festival di mata Maria. Tari-tarian dan atribut penarinya dinilai benar-benar punya kekhasan. Menurutnya acara kali ini adalah tahap awal yang tepat dan masih bisa ditingkatkan pada waktu berikutnya.
Tentunya, agar lebih baik lagi, harus dikembangkan tanpa harus menghilangkan seni budaya asli. Salah satunya dengan mengundang perwakilan dari daerah lain seperti Raja Ampat, Kaimana, Waimena, Manokwari sehingga bisa jadi pembanding.
"Jadi bisa melihat di mana kekurangan, kelebihan, apa yang harus dipertahankan dan apa yang harus dikembangkan," pungkasnya.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!