Dihadiri Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, perhelatan yang didukung oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) itu berhasil mencatatkan rekor penari terbanyak yang membawakan budaya lokal daerah. Apalagi, Tarian Likurai yang sangat unik itu digelar dengan balutan pemandangan yang indah di Lembah Kaki Gunung Lakaan Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, NTT.
"Kami sangat bangga, karena dengan rekor ini, sekaligus mengangkat seni dan budaya lokal Indonesia agar tidak hilang, Selain itu, kami juga mempersembahkan tempat kami yang indah dan sangat layak untuk dinikmati wisatawan," ujar Bupati Belu Willybrodus Lay.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan yang lebih penting lagi, acara ini juga dinikmati oleh negara tetangga Timor Leste. Ini menjadi daya tarik pariwisata tersendiri di wilayah Border Tourism, hal ini harus dipertahankan. Karena seperti Menteri Arief Yahya katakan, pariwisata itu semakin dilestarikan, maka semakin menyejahterakan," ujar Kepala Bidang Perjalanan Insentif Kemenpar Hendri Karnoza Hendri Karnoza.
Hendri memaparkan, Tarian Likurai merupakan tarian yang tidak akan berada di mana pun di belahan dunia ini selain di Indonesia dan hanya ada di Kabupaten Belu. "Tarian ini tentu saja menjadi tarian khas yang merupakan warisan serta budaya leluhur dari masyarakat di daerah ini," katanya.
Sebelum pencatatan Rekok MURI dilakukan, Festival Fulan Fehan didahului dengan Upacara Bendera dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-89 yang dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Selain Mendagri, hadir pula Anggota DPR dari NTT Herman Hery, perwakilan dari Timor Leste, ribuan warga setempat, dan wisatawan Timor Leste.
Hendri menambahkan, event yang diinisiasi oleh Kemenpar bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) ini harus terus berlanjut setiap tahun, tanggal waktu pelaksanaan bahkan harusnya sudah bisa ditetapkan sejak jauh-jauh hari.
"Karena jika calender event sudah bisa dipastikan tanggalnya, maka kami Kemenpar pun bisa membantu mempromosikannya dengan baik dan tepat," kata Esthy.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga menyambut baik Pemkab Belu yang terus menggelar event di crossborder area. Menurutnya, wilayah perbatasan secara teoritis dinilai lebih mudah karena tidak menghadapi problem jarak.
"Sama dengan bisnis transportasi dan telekomunikasi, jarak menjadi variable penentu," kata Arief.
"Kuncinya adalah seni-budaya, musik, dan kuliner untuk menggaet pasar negara tetangga. Apalagi warga Timor Leste bisa masuk ke Indonesia dengan menggunakan bebas visa kunjungan (BVK) sehingga warga Timor Leste bisa menggunakan spending uangnya di Indonesia. Yang terpenting lagi adalah, pemerintah daerah dengan komitmen gubernur, wali kota maupun bupati untuk terus menjaga akses, amenitas, dan atraksi di daerahnya untuk terus menjaga kedatangan wisatawan," jelas menteri asal Banyuwangi itu. (adv/adv)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum