Hal ini diungkapkan Presiden Jokowi saat membuka Festival Keraton Nusantara ke-11 di Istana Maimun, Medan, Sumatera Utara.
"Banyak negara yang berkembang pariwisatanya justru dengan mengangkat peninggalan kerajaan masa lalu seperti di istana atau benteng di Jepang, istana di negara-negara Eropa seperti Inggris. Yang penting diperkuat dengan narasi dengan cerita sehingga wisatawan menjadi tertarik bukan hanya melihat bangunan istana yang telah direkontruksi tapi juga mendengar kisah-kisah masa lalu," terang Presiden Jokowi dalam keterangan tertulisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tadi sudah bisik-bisik dengan bapak Sultan Kasepuhan Cirebon, nanti mungkin awal Desember atau pertengahan Desember saya ingin mengundang tapi tidak semuanya untuk berbicara masalah keraton yang ada di nusantara, mungkin bisa 20-30 (orang) tapi tidak mungkin 2000 (orang)," ujarnya.
Dengan mengembangkan wisata 'heritage' tersebut, menurut Jokowi, maka keraton akan bisa memberikan manfaat bukan hanya bagi Keraton, tapi juga bagi kesejahteraan masyarakat sekitar Keraton.
"Saya juga minta Festival Keraton Nusantara terus dikembangkan lagi sehingga bukan hanya digunakan sebagai sarana edukasi budaya tapi juga sekaligus ikut menggerakkan perekonomian daerah," sambungnya.
Jokowi berpesan agar para pemangku adat Keraton untuk bersama-sama menjaga kebersamaan, tali persaudaraan, semangat Persatuan.
"Saya yakin para Sultan, para Raja mendapatkan amanah dari para pendahulu atau raja-raja terdahulu untuk menjadi pengayom dari seluruh warga penjaga kerukunan di tengah keragaman menjadi perekat kebhinnekaan," tambah Presiden.
Dalam pembukaan festival itu hadir juga Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton se-Nusantara Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadingrat dan raja, ratu, serta sultan dari berbagai kesultanan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut gembira arahan Presiden Jokowi itu. Memperkuat cultural value dari kerajaan atau kesultanan, sebagai salah satu pusat kebudayaan, kesenian, kuliner, dan juga kota bahari yang kuat di zamannya. Cultural value itu juga harus memberikan dampak terhadap commercial value, karena itu ke depan harus dipikirkan model pendekatan pariwisata yang baik dan sustainable.
"Indonesia itu sudah kuat di budaya. Sudah tidak perlu diragukan lagi atraksi dari sisi ini. Tetapi budaya saja tidak cukup, harus ditemukan commercial value-nya, sehingga menghasilkan kombinasi yang serasi, dan menjadikan kerajaan sebagai salah satu destinasi baik," ungkap Arief. (adv/adv)












































Komentar Terbanyak
Kisah Tragis Model Cantik Belarusia: Diculik-Dibunuh di Myanmar, Organ Dijual
Benarkah Harimau Takut Kucing? Ini Penjelasannya
Menyusuri Kemang Raya, Kawasan Elite yang Masuk Daftar Kawasan Terkeren di Dunia