Usai penyelaman pertama di The Canyon. Sepanjang perjalan kembali di pantai Iboih, kami berbincang soal kondisi karang yang baru saja dikunjungi. Tanda tanya soal ketiadaan soft coral akhirnya terjawab sudah. Tsunami 2004 ternyata tak hanya meluluhlantakkan daratan Aceh dan sekitarnya. Terumbu karang juga tak luput dari dahsyatnya terjangan gelombang dahsyat tsunami ketika itu. Tak heran di permukaan landai karang, Anda akan melihat bekas sapuan ledakan berwarna putih kehitaman layaknya ledakan bom laut raksasa.
Sembari menunggu penyelaman berikutnya kami menyempatkan diri untuk mengamati lebih detil sepanjang Pantai Iboih. Benar saja, jika diperhatikan secara teliti di sepanjang hamparan pasir putih yang ada di pantai ini terserak banyak sekali serpihan karang. Hard coral tampak berkeping-keping seukuran ujung jari. Pengalaman kami saat melakukan reef check di Sulawesi, ledakan terhebat bom laut hanya akan mampu menghancurkan cabang-cabang karang. Sementara batang dan akar karang akan tersisa. Jika pemandangan di dive site pertama tadi menunjukkan ketiadaan bekas keberadaan hard coral maupun tumbuhan karang lainnya, sungguh tak terbayang kekuatan gelombang tsunami kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belajar dari pengalaman penyelaman pertama, kami gunakan pemberat lebih banyak untuk memastikan dive entry yang lebih cepat. Hal ini penting agar terhindar dari sapuan gelombang laut serta arus yang menghempaskan kami ke karang Arus Paleeh. Proses equalizing berjalan lebih cepat karena badan mulai membiasakan diri dengan tekanan air laut semenjak penyelaman pertama. pemberat yang lebih banyak menyeret kami ke bawah dengan lebih cepat. Permainan menambah kurang udara dalam BC jadi andalan untuk memastikan badan tak melorot jauh ke bawah atau sebaliknya melayang balik ke permukaan.
Saat tiba di kedalam 20 meter, terdapat pemandangan menakjubkan. Sebuah gerbang karang setinggi 5 meter tampak menjulang. Masih dikelilingi akar bahar di sekitarnya, sinar matahari yang kemilau menjadikan siluet gerbang Arus Paleeh jadi pemandangan yang benar-benar tak terlupakan. Pada kondisi arus tenang biasanya para penyelam akan diajak melewati gerbang karang, namun dive guide kami kala itu mengajak kami memutari gerbang karang. Safety first adalah petimbangan penting saat melakukan penyelaman.
Dibandingkan spot penyelaman pertama, Arus Paleeh tampil lebih cantik. Selain pesona gerbang karangnya yang menjulang. Biota laut seperti ikan batu banyak dijumpai di area ini. Butuh kejelian dan pengalaman untuk dapat membedakan ikan yang satu ini dengan karang di sekitarnya. Dive guide kami mampu menunjukkan tak kurang dari empat ikan batu dari beragam jenis. Mulai dari long jaw rockfish, ikan batu buntal hingga ikan batu garuda yang memiliki sirip lebar mirip scorpion fish.
Meski di area selam ini tak banyak banyak dijumpai anemon dan cacing laut aneka warna. Namun melihat apa yang tersisa dari tsunami tahun 2004, bisa terbayangkan betapa indahnya taman bawah laut ini. Yang tersisa dari tsunami saja masih indah untuk dinikmati apalagi sebelumnya. Sisa-sisa keindahan surga laut ini masih sangat layak untuk dinikmati. Betapa tidak, biota laut yang kaya berpadu lansekap karang yang menawan jelas jadi dambaan para pecinta bawah air.
Tantangan terberat menyelam di kawasan ini adalah menyesuaikan diri dengan arus kencang yang susah diperkirakan. Jika tak pandai menahan ego, bukan saja tenaga yang terkuras habis untuk melawan arus tapi juga pasokan nitrogen yang berkurang cepat. Keinginan untuk mengamati ikan karang lebih lama memaksa kami harus kembali ke atas lebih cepat. Saat itu tekanan tabung SCUBA sudah menunjukkan angka 50 meski waktu selam baru 45 menit.
Kami kembali ke permukaan dengan perlahan. Sesampainya di permukaan hempasan gelombang yang begitu tinggi jadi tantangan berikutnya. Mesti BC telah kami kembangkan maksimal, namun bukanlah hal menyenangkan terombang-ambing kesana kemari terbawa gelombang laut. Tak lama berselang kapal penjemput mengangkat kami ke geladak kapal. Dan berakhir sudah pengalaman menyelam di arus deras. Meski penyelaman kedua kali ini lebih singkat, namun pemandangan bawah laut yang indah jadi penawar tersendiri yang tak terlupakan. Sungguh jika berpacu dengan arus kencang bukanlah ketakutan terbesar Anda, kedua dive site yang kami sajikan layak untuk dipertimbangkan sebagai daftar wajib kunjungan selanjutnya. (Taufiq βWahid)
(gst/gst)












































Komentar Terbanyak
KGPH Mangkubumi Bantah Khianati Saudara di Suksesi Keraton Solo
Keraton Solo Memanas! Mangkubumi Dinobatkan Jadi PB XIV
Drama Menjelang Penobatan Raja Baru Keraton Solo