Setelah mengunjungi rumah pengrajin batik cual, saya dan Rainer Oktovianus segera meluncur ke Kelurahan Air Itam, Pangkalpinang. Tempat ini tidak ada dalam daftar itinerary perjalanan kami di hari Sabtu, 2 Oktober 2010, tak juga dibuka sembarangan untuk umum. Namun, kami dan para pengunjung lain akan diperkenankan masuk jika meminta izin ke satpam.
Anda akan dibuat takjub dengan pemandangan hijau yang ditawarkan taman super besar di Bangka ini, seperti oase di tengah padang gurun! Deretan pohon cemara di kanan kiri jalan menyambut kehadiran mobil saya dan rekan, udara sejuk menyergap perlahan ketika kami membuka kaca mobil. Sebuah konservasi alam yang sangat langka di kawasan pertambangan timah. Aneka tanaman asri tertata apik, kontur tanahnya teratur, jalan untuk kendaraan pun tersedia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan sapi yang membuat BBG bisa tumbuh, hidup, dan bertahan sampai sekarang, begitulah yang dikatakan oleh Pak Djohan Riduan Hasan, pemilik sekaligus motivator program Bangka Goes Green. Pak Djohan mengakui bahwa setiap bagian dan hasil dari sapi itu membuatnya dapat memutar siklus kehidupan dengan lancar di BBG. Pupuk kompos yang berasal dari kotoran dan urin sapi bisa menyuburkan tanah, hasil dari penjualan susunya digunakan untuk menggaji para pekerja, bahkan sampai air bekas mandinya pun bisa digunakan untuk menyiram tanaman perkebunan.
Pada bulan Juni 2010 kemarin, Pak Djohan baru saja mendapatkan Penghargaan Kalpataru, anugerah tertinggi di bidang lingkungan hidup yang memang pantas diterimanya. Bangka mempunyai banyak sekali tanah rawa yang tidak subur, tetapi beliau memanfaatkan dan mengembangkannya menjadi area hijau yang sangat produktif. Lubang-lubang bekas penambangan pun dibuat menjadi tempat pemeliharaan ikan.
"Kalau kita menyayangi binatang, binatang pasti juga akan menyayangi kita. Mereka membantu kita melestarikan alam. Walau banyak orang yang pesimis dan sinis, saya tetap maju." Pak Djohan semangat sekali menceritakan kisahnya ketika kami berkunjung ke Rumah Panggong di area BBG, tempat peristirahatan ia dan teman-temannya. Menurutnya, tambang raya harus tetap jalan dan berbanding lurus dengan kelestarian lingkungan.
Ternyata, sudah banyak sekali orang yang mengunjungi BBG, dari mulai pejabat negara sampai anak-anak SD. Mereka datang untuk belajar menanam pohon sampai belajar bagaimana cara mengolah lingkungan hidup agar kelestarian tetap terjaga.
Bangka Botanical Garden adalah sebuah bukti nyata kalau masih ada anak bangsa yang peduli dengan kondisi bumi yang semakin memburuk karena berbagai kerusakan. Kita pun sebenarnya bisa berkontribusi dengan memulai aksi nyata dari hal yang paling sederhana. Buang sampah pada tempatnya, memakai kertas dengan bijak, mengurangi penggunaan plastik, hemat energi, dan menanam tumbuhan di lingkungan rumah. Enjoy the city and let’s travel responsibly! (@lucianancy)
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan