Restoran-restoran apung dan perahu-perahu getek berjejer menghiasi Sungai Musi. Jika anda melihatnya ketika malam hari, kerlap-kerlip sinar lampunya mengerling genit mempercantik kawasan di bawah Jembatan Ampera ini. Namun, jika ingin berwisata menyusurinya, hendaknya anda lakukan ketika cakrawala masih terang dan cerah.
Selasa pagi tanggal 5 Oktober 2010, saya dan rekan petualang menyusuri Sungai Musi menggunakan ketek, sebutan masyarakat Palembang untuk perahu kayu. Banyak sekali yang bisa dinikmati di sepanjang Sungai Musi, beragam aspek kehidupan mengapung di atasnya. Dari mulai restoran apung, klinik terapung, puskesmas terapung, bahkan sampai tukang jual pulsa yang tokonya juga terapung.
Langkah pertama yang kami lakukan untuk berwisata Musi adalah menyewa ketek, biayanya berkisar antara Rp. 100.000,- sampai Rp. 200.000,-. Kalau perjalanan anda tergolong singkat, jangan memberikan lebih dari Rp. 100.000,-. Selain ketek, pilihan transportasi lainnya adalah speed boat atau Kapal Wisata "Si Gentar Alam" dan Kapal "Putri Kembang Dadar". Kapal bisa digunakan untuk menghemat biaya jika anda termasuk dalam rombongan dengan jumlah puluhan sampai ratusan orang.
Kami memulai perjalanan dari Kampung Kapiten, sebenarnya ketek itu paling ramai berkumpul di Benteng Kuto Besak, tetapi jaraknya jadi lebih jauh ke tujuan wisata kami, Pulau Kemaro. Selama perjalanan menyusuri Musi, kami melihat banyak sekali Rumah Rakit, rumah penduduk yang mengapung di atas Sungai Musi. Selain itu, pemandangan yang ditawarkan adalah daerah Bagus Kuning, Masjid Lawang Kidul, Masjid Ki Merogan, Benteng Kuto Besak, dan juga PT. Pusri. Warna-warni kapal besar pengangkut barang puntak kalah membuat Musi semakin menarik dipandang mata.
Jika anda liburan ke Palembang sekitar bulan Agustus, anda bisa menyaksikan lomba Perahu Bidar dan Perahu Motor Hias ketika perayaan Hari Kemerdekaan, semacam pesta rakyatnya Palembang setiap tahun. Saat acara berlangsung, bukan hanya penduduk dan wisatawan lokal saja yang berkunjung, wisatawan mancanegara juga ikut meramaikan.
Secara fisik, tentunya jangan anda bandingkan ketek dengan gondola, tetapi rasakan sensasi petualangannya, lebih dari naik gondola. Bisa sangat romantis, bisa sangat menantang, tentunya tergantung siapa rekan perjalanan anda. Karena tidak ada yang menjual makanan di tengah maupun pinggir sungai, kami sarankan agar anda membawa cemilan atau bekal. Jangan lupa, sampah-sampahnya dikumpukan untuk dibuang di darat ya. Enjoy the city and let’s travel responsibly! (@lucianancy)
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Cerita Tiara Andini Menolak Tukar Kursi sama 'Menteri' di Pesawat Garuda
Aneka Gaya Ahmad Sahroni di Luar Negeri dari Paris sampai Tokyo
Viral Beredar Template IG Itinerary Kunker Anggota DPR Komisi XI di Sydney