Berwisata Sambil Belajar di Museum

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Anshar Dadiady|49610|JATIM|19

Berwisata Sambil Belajar di Museum

- detikTravel
Kamis, 19 Mei 2011 14:27 WIB
Jawa Timur -

Bagi mayoritas masyarakat di Indonesia, berwisata ke museum tidak semenarik seperti berwisata ke objek-objek wisata lain layaknya ke pantai, bermain di arena permainan, dan lain-lain sebagainya. Dan pada umumnya yang datang mengunjungi museum hanyalah para pelajar dan biasanya hanya dilakukan sebagai prasyarat untuk mata pelajaran tertentu. Masih lekat di ingatan, terakhir kali saya mengunjungi museum sekitar 6 tahun yang lalu atau kelas 2 SMP, dimana saat itu tujuan kunjungan saya adalah untuk keperluan tugas yang mewajibkan saya untuk mengunjungi museum dan membuat laporannya.Β 


Hal tersebut sangat berbeda dengan budaya negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Masyarakat disana justru sangat gandrung untuk melakukan wisata ke museum, dan pemerintahnya pun sangat menfasilitasi dengan merawat museum dengan baik.


Pagi itu kami berangkat dari Surabaya menuju Tuban untuk mengeksplorasi objek wisata yang ada di kota tersebut. Namun sebelumnya kami menyempatkan diri untuk mampir sejenak di Kantor Dinas Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Tuban. Disana kami bertemu dengan Pak Heru, salah satu pegawai Kantor Dinas Pariwisata dan Olaharaga, yang kebetulan cukup mengenal seluk beluk wisata yang ada di Tuban. Dan setelah kami berdiskusi bersama akhirnya diputuskan untuk mencoba berwisata ke museum yang bernama Kambang Putih.


Museum Kambang Putih merupakan satu-satunya museum yang berada di Kabupaten Tuban. Lokasinya sangat strategis di tengah kota Tuban dan berada di kawasan yang sama dengan alun-alun kota Tuban, Masjid Agung, serta Makam Sunan Bonang yang cukup ramai dikunjungi penduduk setempat dan juga wisatawan dari luar kota. Di Museum Kambang Putih kita akan menemukan benda-benda bersejarah yang dikumpulkan dari berbagai daerah di Kabupaten Tuban.


Setelah mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan sukarela untuk perawatan museum, kami pun dipersilahkan oleh seorang pria untuk memasuki museum. Setibanya di dalam saya pun berdecak kagum karena ternyata pada satu bagian museum terdapat koleksi uang Indonesia sejak pertama kali di keluarkan. Uang Indonesia yang pertama kali dikeluarkan adalah ORI (Oeang Republik Indonesia) bulan Oktober tahun 1946, dicetak di desa Kendal Payak, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Dicetak di atas kertas yang masih sederhana, desainnya pun masih sederhana. Dan ada juga RIS (Republik Indonesia Serikat), yaitu uang yang dikeluarkan pada tahun 1950 untuk menggantikan uang NICA dan ORI dari peredaran, yang kemudian digantikan dengan uang RI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1952/1952.


Di ruangan tersebut secara refleks saya pun menyiapkan kamera digital dan bersiap mengambil gambar yang ada di dalam museum. β€œDi dalam museum tidak diperbolehkan mengambil gambar mas, ada undang-undangnya”, ujar bapak pengawas museum dengan tegas. Sepertinya dia sudah hafal benar dengan perilaku para pengunjung museum yang hobi mengabadikan gambar.


Saya pun mengerti alasan mengapa dilarang mengambil gambar dengan alasan keamanan karena di dalam museum banyak terdapat benda-benda bersejarah yang bernilai tinggi dan menyimpan cerita Kota Tuban. Selain koleksi uang kuno, ada juga koleksi yang menegaskan keragaman suku dan agama dari masyarakat Tuban, berupa wayang kulit dan wayang golek, sebuah replika dari Barongsai, yaitu simbol naga yang menjadi salah satu lambang budaya masyarakat keturunan Tionghoa, beberapa jenis alat musik tradisional dan bahkan koleksi fosil dan benda-benda purbakala.


Ruangan demi ruangan pun terlewati hingga akhirnya saya sampai di ruangan terakhir di dalam museum, yang bangunannya memiliki ruang-ruang yang besar dan tinggi, serta fasade bangunannya tampak seperti bangunan lama jaman Belanda dengan kolom-kolom yang tinggi. β€œIni dulunya kantor jaman Belanda, sempat jadi kantor pemerintah juga sebelum jadi museum”, cerita si bapak pengawas museum yang sempat menemani kami melihat-lihat koleksi di dalam museum.


Dari pengalaman ini saya merasa bahwa mengunjungi museum itu tidak membosankan dan juga menyenangkan. Saya pun merekomendasikan kepada semua untuk membudayakan ke museum serta membiasakan anak-anak untuk berkunjung ke museum, berwisata sambil belajar dan mengenal sejarah dari bangsa kita sendiri.
(gst/gst)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads