Menghabiskan waktu dua hari dua malam di Senggo, saya dan Harley pun memperhatikan beberapa jenis kapal dan perahu yang melintas di Sungai Daerum dan yang berlabuh di Senggo. Berikut jenis-jenis kendaraannya:
Perahu Dayung Kole-kole
Perahu ini merupakan alat transportasi paling tua di Papua, terbuata dari satu batang pohon utuh yang dipahat. Biasa disebut kole-kole dan hanya mengandalkan satu atau beberapa dayung untuk menggerakkan perahu. Paling banyak dibuat dan digunakan oleh Suku Asmat, juga oleh Suku Citak dan Suku Mitak. Tidak jarang perahu sederhana ini melewati perairan Teluk Flaminggo hingga ke sungai-sungai pedalaman Papua. Jika melewati sungai Daerum, tentulah Senggo menjadi pilihan untuk berlabuh, baik sekedar makan atau menginap. Pak Willem dan Pak Pontasius yang asli Asmat pun menginap di Senggo setelah mengantarkan Tim Papua 3 dari Agats, Kabupaten Asmat.
Ketinting
Merupakan perahu kole-kole yang dimodifikasi dengan menggunakan motor kipas yang ditempel di buritan atau bagian belakang perahu. Jenis ini yang paling sering digunakan sebagai alat transportasi keluarga yang lumayan cepat dan hemat tenaga bagi para penikmat kendaraan air.
Perahu Motor
Perahu motor jenis kayu yang sudah bisa kita temui di belahan nusantara lainnya dengan kapasitas penumpang yang lebih banyak dari perahu dayung atau ketinting.
Speed boat
Speed boat yang langganan berlabuh di Senggo ada 2 jenis, yaitu Speed boat sungai dan speed boat laut. Ketika berangkat dari Agats, petualang Papua 3 menggunakan speed boat laut karena melintasi Teluk Flamingo dan laut Aru. Lalu ketika menuju Basman, kami menggunakan speed boat sungai yang lebih lincah di perairan dangkal dan sungai.
Long Boat
Perahu panjang bermotor yang memuat cukup banyak penumpang, bisa dua atau tiga kali kapasitas speed boat.
Kapal Dagang
Kapal ini bisa melintasi laut-laut timur nusantara. Kapal yang sandar sewaktu kami di Senggo yaitu kapal dagang dari Buton yang rutenya dari Surabaya - Makassar - Buton - Ambon - Fakfak - Kaimana - Agats hingga Senggo. Di dalam kapal ini seperti supermarket terapung. Dari TV, barang kelontong, hingga mainan anak-anak.
Perahu Dayung Kole-kole
Perahu ini merupakan alat transportasi paling tua di Papua, terbuata dari satu batang pohon utuh yang dipahat. Biasa disebut kole-kole dan hanya mengandalkan satu atau beberapa dayung untuk menggerakkan perahu. Paling banyak dibuat dan digunakan oleh Suku Asmat, juga oleh Suku Citak dan Suku Mitak. Tidak jarang perahu sederhana ini melewati perairan Teluk Flaminggo hingga ke sungai-sungai pedalaman Papua. Jika melewati sungai Daerum, tentulah Senggo menjadi pilihan untuk berlabuh, baik sekedar makan atau menginap. Pak Willem dan Pak Pontasius yang asli Asmat pun menginap di Senggo setelah mengantarkan Tim Papua 3 dari Agats, Kabupaten Asmat.
Ketinting
Merupakan perahu kole-kole yang dimodifikasi dengan menggunakan motor kipas yang ditempel di buritan atau bagian belakang perahu. Jenis ini yang paling sering digunakan sebagai alat transportasi keluarga yang lumayan cepat dan hemat tenaga bagi para penikmat kendaraan air.
Perahu Motor
Perahu motor jenis kayu yang sudah bisa kita temui di belahan nusantara lainnya dengan kapasitas penumpang yang lebih banyak dari perahu dayung atau ketinting.
Speed boat
Speed boat yang langganan berlabuh di Senggo ada 2 jenis, yaitu Speed boat sungai dan speed boat laut. Ketika berangkat dari Agats, petualang Papua 3 menggunakan speed boat laut karena melintasi Teluk Flamingo dan laut Aru. Lalu ketika menuju Basman, kami menggunakan speed boat sungai yang lebih lincah di perairan dangkal dan sungai.
Long Boat
Perahu panjang bermotor yang memuat cukup banyak penumpang, bisa dua atau tiga kali kapasitas speed boat.
Kapal Dagang
Kapal ini bisa melintasi laut-laut timur nusantara. Kapal yang sandar sewaktu kami di Senggo yaitu kapal dagang dari Buton yang rutenya dari Surabaya - Makassar - Buton - Ambon - Fakfak - Kaimana - Agats hingga Senggo. Di dalam kapal ini seperti supermarket terapung. Dari TV, barang kelontong, hingga mainan anak-anak.
Senggo yang ramai,Senggo yang dirindukan, jauh di timur nusantara, di pedalaman Papua.
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Tak Lagi Jadi Menkeu, Sri Mulyani Sibuk Liburan ke Yogya
Kisah Pengkhianat Mataram, Makamnya Diinjak-injak Orang Setiap Hari
Desa Cantik Tempat El Rumi Melamar Syifa Hadju