Menyepi di Pulau Sebesi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Titisari Raharjo|6883|BENGKULU & LAMPUNG|44

Menyepi di Pulau Sebesi

- detikTravel
Jumat, 08 Apr 2011 10:50 WIB
LAMPUNG -

Siapa yang tidak suka berlibur, apalagi berlibur ke pulau kecil yang sedikit penghuninya? beruntunglah kita yang tinggal Indonesia. Negara kita yang memiliki ribuan pulau, dengan pantai yang indah, sehingga berlibur ke pulau tak berpenghuni sangat lah mudah. Seperti yang saya alami di pulau Sebesi, Lampung Selatan.


Pulau ini adalah pulau paling Selatan di Sumatra, terdekat dengan Jawa, dan pastinya sangat dekat dengan Gunung Krakatau. Sudah terbayang serunya? Untuk menuju pulau Sebesi dari Bandar Lampung, kita hanya perlu menuju kota Kalianda, sebuah kota sebelum pelabuhan Bakauheni.


Di Kalianda, kita akan menyebrang via dermaga Canti. Kapal yang akan digunakan untuk menyebrang ke pulau Sebuku adalah kapal kayu yang berukuran sedang, cukup untuk memuat sekitar 30an orang dan beberapa motor, serta barang bawaan lainnya. Yang terkenal adalah kapal milik pak Chandra, jika kita sudah kenal orangnya, terlambatpun kita akan ditunggu, asal sudah membuat janji ya. Maklum penyebrangan dari Canti ke pulau Sebesi hanya ada satu kali dalam sehari.



Penyebrangan rata-rata memakan waktu sekitar 1 jam dan 30 menit, tergantung ombak dan angin juga. Waktu itu saya menyebrang sekitar jam 14.30, mundur 90 menit dari jadwal yang sebenarnya karena pak Chandra menunggu rombongan dari Jawa. Saran saya, pilih duduk di geladak kapal, karena menurut saya, dengan melihat pemandangan dan merasakan desiran angin akan mengurangi rasa mual daripada berada di dalam kapal yang jendelanya kecil-kecil. Jangan takut bosan karena sepanjang jalan kita akan melihat pemandangan pulau-pulau kecil yang tertutup hutan, termasuk pulau Umang-umang, air laut yang biru, dan ada yang sedikit kehijauan, dan gunung Krakatau! Sore itu cuaca cukup cerah, namun beberapa menit sebelum masuk ke pulau Sebesi tiba-tiba datang mendung tebal dan hujan. Bressss, basah kuyub lah saya yang duduk di geladak kapal, tidak sempat "menyelamatkan" diri.


Β Sesampainya di pulau Sebesi, saya dan teman-teman langsung menuju ke penginapan yang dikelola pak Ayun. Penginapan sederhana, pondokan-pondokan yang masing-masing memiliki 2 kamar. Di siang hari, listrik tidak menyala di pulau Sebesi, hanya malam ketika genset PLN dinyalakan, itupun dengan daya yang terbatas. Pulau Sebesi ini cukup besar, saya tidak sanggup jalan kaki mengelilingi pulaunya. Penduduknya ramah-ramah, walaupun mereka terlihat garang seperti umumnya warga pesisir.


Sore itu saya berjalan ke pemukiman penduduk, menemani rekan tim saya, Zulfi, yang mencari celana pendek karena kehujanan di kapal tadi. Sedikit melihat-lihat kegiatan warga di sore hari, anak-anak laki bermain sepak bola di lapangan yang luas, berlatar belakang gunung yang tinggi, alangkah indahnya. Saat kami berpapasan dengan pak Chandra, beliau menawarkan untuk mampir minum teh di rumahnya.


Penduduk di pulau Sebesi ini adalah pendatang dari Jawa, kebanyakan mereka berasal dari Serang. Tak heran ada kapal penyeberangan langsung dari Anyer ke pulau Sebesi. Beberapa wisatawan dari Jakarta kabarnya sudah rutin datang ke sini, namun karena lokasinya tidak sedekat pulau Seribu, maka pulau ini tidak terlalu populer. Bahkan sebenarnya warga Lampung sendiri tidak banyak yang tahu tentang pulau ini.


Di Sebesi banyak yang bisa kita lakukan, yang utama adalah snorkling. Selain di Bunaken, di Sebesi kita bisa menemukan karang meja. Selain itu, jika punya dana lebih kita bisa berperahu mendekat ke gunung Krakatau dan anak Krakatau. Jika beruntung kita bisa melihat lahar yang sedikit meleleh dari puncak anak Krakatau yang masih aktif. Tapi memang sewa perahunya cukup mahal untuk ke Krakatau, sekitar 800 ribuΒ  - satu jutaan, satu perahu bisa muat maksimal 6 orang. Bisa murah sebenarnya jika mau tanggung renteng membayar bersama.


Selain itu, bermain ke pulau Umang-umang, pulau kecil dekat pulau Sebesi yang amboi indahnya bagaikan di surga. Pasirnya putih bersih, lautnya biru kehijauan dengan batu-batuan coklat di beberapa sisi dan batuan berwarna hitam di sisi-sisi lainnya. Di pulau Umang-umang kita bisa duduk-duduk menikmati pemandangan melupakan segala beban, berenang, snorkling ke tengah laut yang dangkal, berjemur, atau apapun yang kita mau, serasa dunia milik kita sendiri karena sepi.


Waktu terbaik mengunjungi pulau ini adalah pertengahan tahun, ketika bukan musim hujan, agar awannya terang, ombaknya bagus, dan jarak pandang untuk snorkling sangat cerah. Tapi saat saya berkunjung itu, bulan Oktober, cuaca sangat cerah dan bersahabat, lautnya juga jernih jadi bisa snorkling sampai puas!
(gst/gst)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads