KALIMANTAN BARAT - Siang itu tim Kalbar 2 ikut berburu babi hutan di Nanga Bungan. Berburu sudah menjadi kebiasaan suku Dayak Punan ini. Karena kemampuan berlari saya yang buruk dibandingkan dengan mereka maka saya memutuskan untuk menunggu di tepi sungai, di atas long boat, bersama beberapa orang dari suku Dayak Punan yang lain. Di sana kami berbincang-bincang walaupun kadang saya tidak terlalu mengerti. Untungnya mereka bisa sedikit berbahasa Indonesia walalupun dialek Dayaknya masih sangat kental.
Ada satu hal yang menarik perhatian saya kala itu, yakni sebilah senjata yang diselipkan di pinggang. Mereka menyebutnya mandau. Bentuknya seperti parang tapi ada sedikit ukiran di salah satu sisinya. Sarung senjatanya pun menarik dengan hiasan anyaman rotan yang halus sekali ketika disentuh.Ragu-ragu saya meminjam mandau itu dari mereka. Saya memegangnya dengan agak takut karena setahu saya senjata adalah simbol kehormatan orang Dayak. Tapi wajah mereka seakan asik-asik saja, dan itu membuat saya agak tenang. "Hati-hati, tajam," seru salah seorang dari mereka ketika saya hendak menarik mandau dari sarungnya. Dan memang ketika saya buka, bilah mandau itu sangat tajam, dan siap melukai daging-daging hewan hutan.
Pegangan mandau itu terbuat dari tanduk rusa. Mereka membuatnya sendiri dari rusa hasil buruan. Tanduk yang sudah dibersihkan kemudian direbus seharian. Setelah lunak barulah tanduk itu diukir dengan sangat hati-hati dan teliti. Jika tidak berhati-hati maka tanduk bisa patah. Ukiran yang mereka buat pun tidak sembarangan. Setiap bentuk punya makna tersendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekarang, saat rusa semakin sedikit, pegangan mandau banyak dibuat dari kayu. Kayu yang dipakai adalah kayu pilihan seperti kayu belian. Sarung mandau juga kadang dihiasi manik-manik yang dirangkai sendiri oleh mereka. Karena keistimewaan inilah mandau bisa dijual dengan harga jutaan bergantung pada motif dan tingkat kesulitan pembuatan.Bahkan ada juga orang yang tidak mau menjual mandaunya dengan alasan akan diberikan keapda anak. Istimewa sekali bukan? Maka dari itu jangan sekali-sekali menginjak atau meremehkan mandau di depan orang Dayak. Namun, hal ini tidak berlaku untuk mandau yang dijula di pasaran dengan harga murah karena nilainya sudah berbeda dengan mandau asli milik orang Dayak.
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Pendemo Tolak Kapal Pesiar Bawa Turis Israel Berlabuh di Yunani