" Pokoknya jangan lupa batiknya. kalau ke Cirebon. " begitu ujar teman saya.Begitu ada waktu luang, disempatkan untuk jalan jalan ke Desa Trusmi, yang disebut-sebut sebagai salah satu pusat batik di Cirebon.
Setelah puas menikmati Cirebon, langsung menuju ke Desa trusmi.Kaget juga, begitu masuk kawasan ini ada puluhan show room batik, mulai dari EB Batik, Batik Gunung Jati dan lain-lain. Agar tidak penasaran, terpaksa jalan jalan dari satu toko batik ke toko batik lainnya.Hawa panas di Cirebon tak bisa menghalangi niat membeli batik ditempat ini. Harga batik tidak begitu murah dan juga tidak begitu mahal, ada yang Rp 25 ribu, Rp 100 ribu bahkan ada yang jutaan rupiah perlembar batik.Semuanya tergantung kwalitas bahan dan motif. Seperti yang harganya Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta berupa batik dengan bahan dasar sutra yang dibuat menggunakan ATBM (Alat tenun Bukan Mesin). Kebanyakan bahan sutra ini didapat dari Garut.Meskipun harganya bervariasi, tentunya membeli sesuai dengan taste ."Bagus-bagus tapi ya bawa uangnya cuma segini, jadi belinya semampunya saja. Kalau tahu begini, saya bawa uang banyak he, he." ujar seorang teman yang menemani jalan jalan ke Desa Trusmi ini. lalu saya berpikir kenapa ya namanya desa trsumi, dan motif batinya cukup menawan.
Ahli Agama
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerabatan
Melihat motif batik yang menarik, keraton di kawasan Cirebon berniat membuat batik khusus. Batik ini khusus digunakan orang keraton saja.Sementara rakyat tidak boleh memakainya. Karena itu muncul istilah batik keraton. Karena yang memakai para bangsawan keraton. Motif batik ini banyak diambil dari lingkungan keraton, misalnya gapura, pot, keris dan lain-lain. Karena tidak boleh memakai batik kraton, leluhur Ki Buyut Trsmi juga membuat batik yang digunakan masyarakat sehari-hari, dari sini muncul nama Batik motif Pesisiran. Motif batik ini macam-macam mulai dari alam, lingkungan dam lain sebagainya. Seiring dengan runtuhnya Kraton Kanoman dan Kasepuhan, motif batik kraton mulai memudar. Namun sejak tahun 1960-an, para leluhur ini mengembangkan motif batik agar lebih dikenal, dan motif ini terus berkembang, dan hingga sekarang. Bahkan sekarang motif batik batik ini bervariasi yang dikembangakn para kerabat dan keluarga yang berada di desa ini . Jadi tidak heran semua usaha batik di Desa Trusmi masih kerabatan. Dan mereka saling melengkapi.Selain itu juga mencipatakan lapangan kerja bagi warga sekitarnya terutama dalam usaha membatik.Jadi, kalau mampir ke desa ini, harganya tidak jauh beda satu sama lain, dan membelinya tergantung pendekatan, siapa tahu dapat harga murah dan batinya bagus, he, he.
(adt/adt)
Komentar Terbanyak
Hilangnya Si Penjaga Keselamatan, Ketika Museum Dirusak dan Dijarah
10 Negara yang Mengeluarkan Travel Warning ke Indonesia karena Demo
Mengenal Kereta Lambat yang Dinaiki Kim Jong Un ke China