Nias Memang Bukanlah Lombok atau Bali

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Nias Memang Bukanlah Lombok atau Bali

- detikTravel
Jumat, 13 Mei 2011 15:35 WIB
Sumatera Utara - NIAS-BANGKIT.com — Suatu siang di awal tahun baru 2010, saya dan keluarga menikmati suguhan tayangan infotaiment tentang Ahmad Dhani berlibur di Bali dan Batu, Jawa Tengah, bersama Mulan Jameela dan anak-anak masing-masing. Adapun Maia Estianti, mantan istri pemilik industri musik Republik Cinta itu, memilih berlibur di Lombok, Nusa Tenggara Barat, bersama gengnya, Geng Tempe.

Ahmad Dhani dan Mulan Jameela bersama anak masing-masing menikmati keindahan kota Batu, kota kelahiran Mulan Jameela itu. Berbagai wahana permainan mengisi libur anak-anak mereka. Di tempat lain, Maia Estianti dan gengnya menikmati bersepeda di bawah bulan purnama di Lombok, berwisata air dan menikmati sun set dengan penuh keriaan.

Istri saya nyelentuk, “Mengapa kok artis-artis itu tidak mau berlibur ke Nias? Nias kan ombaknya bagus.” Saya jawab, “Karena Nias memang bukan Lombok atau Bali.” Ya, ini fakta. Tidaklah cukup hanya keindahan panorama laut Nias itu untuk menarik para wisatawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nias memang bagus. Cukup dikenal oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Namun, tak kunjung bisa “bersaing” dengan Bali, Lombok, dan berbagai tempat tujuan wisata lainnya di Indonesia. Mengapa? Apa yang salah dengan Nias?

Pemerintah tidak (pernah) serius

Pertama, visi seperti apa yang dimiliki oleh pemangku kepentingan di Nias mengenai pariwisata. Saya belum melihat sejauh ini pemerintah daerah di sana benar-benar memberikan perhatian secara serius pada sektor ini. Hal ini semakin diperparah oleh bergulirnya pembentukan kabupaten dan kota baru di Nias. Tentu mereka mengutamakan hal-hal lain di luar pariwisata di awal pemerintahan baru ini. Padahal, kalau saja pemerintah serius, aspek pariwisata ini akan menambah pendapatan asli daerah (PAD) di Nias.

Kita perlu menunggu adanya pencanangan bangkitnya pariwisata Nias, misalnya dicanangkan “Mari Berlibur ke Nias 2012”. Pemerintah dan pemangku kepentingan di Nias memiliki waktu dalam dua tahun ini untuk mempersiapkan hal-hal untuk mencapai visi itu.

Kedua, dari dulu warga Nias belum tau dan tidak mau tahu bahwa pariwisata itu bisa menambah kesejahteraan mereka. Kalau saja pemerintah memiliki niat baik, bukan hanya berpikir pragmatis saja dan bagaimana memperkaya diri sendiri, masyarakat Nias seharusnya sudah mendapat pemahaman dan mendukung pariwisata.

“Mari Berlibur ke Nias 2012″

Tidak dimungkiri bahwa kesadaran itu sudah mulai ada, tetapi hanya menerpa sebagian kecil masyarakat Nias saja. Diperlukan pemasyarakatan visi pariwisata ini kepada seluruh lapisan masyarakat. Bupati dan wali kota bisa mengumpulkan para camat dan lurah serta para pemuka agama untuk memasyarakatkan visi “Mari Berlibur di Nias 2012”. Nantinya, para pemangku kepentingan tersebut berkewajiban menyampaikan visi itu kepada masyarakat.

Dengan cara itu kita berharap perusakan tempat-tempat wisata, pencurian barang-barang milik wisatawan, bahkan bertindak tidak ramah kepada tamu daerah kita tidak akan terjadi dan senyum ramah masyarakat Nias akan menjadi promosi positif pariwisata Nias.

Fakta yang ada, banyak sekali orang yang datang ke Nias memberikan testimoni negatif tentang sikap masyarakat Nias. Dan, tak pelak lagi, orang akan malas datang lagi ke Nias dan hal itu memengaruhi orang lain dan memilih tidak berlibur ke Nias.

Ketiga, sarana dan prasarana sebagai kota tujuan wisata belum dimiliki oleh Nias. Hal kecil saja, adakah kita temui brosur yang menunjukkan tempat wisata Nias, apa saja fasilitas yang ada, dan bagaimana untuk sampai di sana. Ya, tentu saja tidak ada karena memang tidak pernah dibikin dan siapa juga yang membikin karena memang tempat wisata Nias belum dikelola dengan baik.

Manajemen pariwisata

Setelah ada visi pariwisata Nias, tahun 2010 hingga 2011 dilakukan pembenahan semua sarana dan prasarana untuk mencapai visi 2012 itu. Lakukan pengkajian secara saksama kalau bisa dengan bekerja sama dengan pihak-pihak luar yang mengerti masalah manajemen pariwisata. Aspek promosi, pemasaran, serta pelayanan, dan akomodasi perlu ditiru dari pelaku usaha pariwisata, seperti di Bali, dengan mendatangkan mereka atau pelaku usaha pariwisata di Nias datang langsung ke Bali.

Diperlukan sebuah peraturan daerah yang mengatur pariwisata Nias dan tentu peraturan yang memberikan kemudahan bagi pengusaha sehingga pariwisata tersebut berjalan dengan baik.

Sarana transportasi saat ini sudah lancar. Gunungsitoli-Teluk Dalam bisa ditempuh dalam waktu dua jam. Bandingkan dengan dulu saat jalan masih rusak jarak 120 kilometer itu ditempuh sekitar 6 jam. Momentum ini baik digunakan untuk segera bangkit.  Sepanjang tahun 2011 diadakan promosi dengan mengadakan berbagai kegiatan bertaraf nasional dan internasional. Agar terkoordinasi dengan baik diperlukan pelayanan satu atap. (Harazaki)

(adt/adt)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads