Tata Mandong, Pahlawan dari Tanah Bawakaraeng

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tata Mandong, Pahlawan dari Tanah Bawakaraeng

- detikTravel
Selasa, 09 Okt 2012 00:56 WIB
Indonesia, Sulawesi Selatan, makassar - Tubuh itu semakin membungkuk, keriput, namun tetap tegar menghantam badai. Disela mulutnya terselip sebatang lintingan tembakau. Pelan ia hembuskan asap, nikmat, kemudian hilang ditelan udara. Rambutnya nampak memutih termakan usia dan senyum yang selalu tersungging ketika ia memberikan petuah bijaknya. Tak ada yang tahu kapan ia dilahirkan, sebab tak pernah ia memberikan jawaban ketika ditanya. Umurnya dapat ditaksir dari kondisi fisik, yah sekitar 60-an lah. Kami memanggilnya β€œTata Mandong”.

Tak pernah pula kami mengetahui siapa nama aslinya. β€œTata” adalah sebutan untuk orang yang dituakan, β€œbapak” dalam bahasa Makassar. Sedangkan β€œmandong” itulah namanya. Entah itu nama aslinya atau hanya nama panggilannya. Itu semua tidak penting. Tapi pengorbanan besar dirinya demi menjaga keseimbangan alam adalah yang utama.

Sendirian di tengah lembah luas tepat di kaki lereng gunung Bawakaraeng, lembah datar indah dengan suasana hijau mempesona bagaikan permadani yang terhampar. Lembah itu bernama Lembah Ramma’. Menempuhkan waktu minimal 4 jam untuk mencapai lembah ini dari desa terakhir dengan melewati berbukitan dan beberapa sungai. Menuju lembah Ramma hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki dengan jalur yang sempit dan banyaknya pohon tumbang. Tak ada kemewahan di rumahnya yang hanya berukuran 3X4 m. Tak ada TV, tiada lampu elektrik, sebab listrik pun tak punya. Rumahnya pun sangat sederhana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah rumah panggung yang terbuat dari beberapa potonngan kayu dengan tinggi lantai 1 meter tersebut hanya terdiri dari dua ruangan. Dapur yang menyatu dengan ruang tamu dan sebuah kamar tidur. Dasar rumahya digunakan sebagai tempat berteduh untuk ketiga anjingnya. Teman setia yang menemani dirinya ketika sepi dan menjaga dirinya dari babi hutan.

Hanya sebuah radio usang satu-satunya barang β€œtermewah” yang ia punya. Itupun pemberian dari salah seorang mahasiswa yang berkunjung ke rumahnya. Tak bisa dibayangkan seorang pria seusianya yang seharusnya istirahat dengan tenang di rumahnya sambil menikmati koran atau bercanda dengan cucu tercinta, kini bermukim sendirian di tengah hutan tanpa fasilitas mewah satupun. Hanya manusia luar biasa yang mampu melaluinya.

Sudah sekitar 30 tahunan beliau mengabdikan dirinya demi menjaga keseimbangan alam Gunung Bawakaraeng. Setiap hari beliau menanam bibit pohon yang sebelumnya telah disemai di halaman rumahnya. Bibit – bibit tersebut diharapkan dapat menjadi penahan banjir kelak nantinya. Beliau bercerita tentang kasus longsor pada tanggal 26 Maret 2004 di sekitar gunung Bawakaraeng yang menyebabkan 32 warga kampong Lengkese, Desa Manihoi, Kecamatan Tinggi Moncong tewas. Serta puluhan rumah , ternak dan sekolah yang tertimbun endapan longsor.

Saat itu warga baru saja menyelesaikan sholat Jum’at, ada yang kembali beraktivitas bertani di sawah atau membawa ternak ke padang rumput, sebagian beristirahat di rumah. Tak ada yang menyangka sebab tak ada tanda-tanda bahwa akan adanya longsor. Semua berlangsung begitu cepat. Sehingga warga tak mampu menyiapkan diri. Tata Mandong tak mampu berbuat banyak saat itu. Beliau terlambat memberitahu warga tentang bencana ini. Beliau hanya manusia biasa yang memiliki tenaga rata-rata dan harus berpacu melawan endapan longsoran sepanjang 30 kilometer dengan ketebalan mencapai 400-500 meter tersebut. Sebelumnya beliau mendengar suara gemuruh di atas lereng dan beliau menduga itu adalah salah satu lereng yang akan longsor. Dugaan beliau tepat, tak lama kemudian terjadilah bencana longsor tersebut. Beliau sangat sedih dengan bencana ini.

Dedikasi Tata Mandong sungguh luar biasa dan benar-benar total. Setiap pagi beliau akan menggapai puncak Tallung untuk mengamati kondisi gunung sambil mengawasi aktivitas ternak-ternak warga yang beliau gembalakan. Sebab dari puncak Tallung dapat diamati semuanya. Beliau tak punya teropong untuk melihat detail-detail kondisinya. Hanya dengan mata telanjang dan pengalaman lah ia menafsirkan semuanya. Tata Mandong adalah orang yang akan dimintai nasehat oleh warga tentang kondisi gunung Bawakaraeng untuk melanjutkan aktivitas bertani dan beternak. Tak jarang pula beliau menjadi tim Rescuer ketika ada pendaki yang hilang dan tersesat.

Dan yang paling menggusarkan hati adalah Tata Mandong hanya dibayar Rp. 150.000 oleh Dinas Kehutanan untuk membayar bentuk dedikasinya tersebut. Sungguh ironis memang. Untuk kehidupan sehari-harinya beliau mengandalkan ikan empang yang dipelihara. Atau sedikit sumbangan dari rekan-rekan pendaki yang rata- rata setiap akhir pekan mengunjungi rumahnya. Dan kalau terpaksa Tata Mandong akan berjalan kaki menuju pasar Malino.

Tata Mandong hanya pria biasa. Pria normal yang membutuhkan wanita sebagai istri yang menopang dirinya dan anak-anak yang menceriakan hari-harinya. Tahun 1986, Maniah, istri yang dicintainya, meninggalkan dirinya. Sebab tak tahan dengan kondisi kemiskinan keluarga Tata Mandong. Gaji sebagai penananam bibit sebesar Rp.150.000 menurutnya tak mampu menopang keekonomian keluarga. Maniah membawa serta anak semata wayang mereka, Fatimah. Hal inilah yang masih menjadi ganjalan di hati Tata Mandong. Beliau menyimpan kerinduan yang mendalam kepada keluarga yang dia cintai. Beliau ingin melihat wajah cantik putrinya yang kini telah tumbuh menjadi gadis dewasa. Sebuah keadaan yang sangat luar biasa dan hanya mampu dilalui oleh manusia yang luar biasa pula.

Tata Mandong, meskipun dirimu tak setenar Mbah Maridjan, meskipun dirimu bukan bintang iklan, meskipun tak banyak orang yang tahu tentang dirimu, meskipun dirimu tak pernah terekspose oleh media. Tapi engkau adalah manusia yang sangat luar biasa. Engkau adalah seorang pahlawan lingkungan hidup yang sebenarnya. Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Hanya tuhan yang mampu membalas jasa-jasa luar biasamu. Sekali lagi. ENGKAU LAH MANUSIA LUAR BIASA!
(gst/gst)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads