Saya ingin menceritakan pengalaman jalan-jalan sendiri di Singapura pada 18-22 Desember lalu. Singapura adalah kota yang sangat disiplin, semua hal diatur disini sampai hal-hal kecil seperti posisi anda berdiri di eskalator untuk memudahkan orang yang sedang diburu waktu. Masyarakat disinipun tidak ingin melanggar aturan dan hampir semua terlihat sangat sejahtera. Jadi bagi anda yang ingin jalan-jalan sendirian, Singapura adalah pilihan teraman namun memang sedikit tantangan jika jalan-jalan di negara ini. Anda akan dimanjakan dengan petunjuk jalan yang sangat jelas sehingga tidak ada kata anda bakal tersesat jika jalan-jalan sendirian disini
Lagu kebangsaan Singapura adalah berbahasa melayu, hal ini menarik minta saya bahwa bangsa melayu merupakan salah satu bangsa yang bersejarah di negara ini, dan adat melayu sangat identik dengan Islamnya, sehingga saya tertarik menelusuri jejak-jejak keislaman negeri ini melalui masjid-masjidnya
Masji pertama yang saya kunjungi adalah Masjid Sultan, ini adalah masjid terbesar di Singapura dibangun pada tahun 1826, anda bisa menuju masjid ini dengan naik MRT dan turun di stasiun Bugis. Masjid terbesar di Singapura ini ternyata tidaklah terlalu besar, jika dibandingkan dengan masjid Istiqlal di Jakarta atau bahkan masjid Muhamadiyah di Padang. Namun kondisi masjid sangat bersih, sangat nyaman untuk melasanakan ibadah shalat disini. Masjid Sultan juga dekat dengan restoran arab paling enak di Singapura menurut saya, yaitu Restoraan Zam-Zam
Masjid kedua adalah Masjid Hajjah Fatimah, Masjid ini sudah ada semenjak tahun 1846, lokasinya tidak jauh dari masjid Sultan. Sesuai namanya, masjid ini dinamakan dari pembisnis wanita yang memang merupakan pendonor dana utama untuk pembangunan masjid Hajjah Fatimah. Sungguh perasaan yang sangat luar biasa bisa mengunjungi masjid bersejarah yang didirikan oleh seorang wanita muslimah
Masjid selanjutnya adalah Masjid Omar Kampong Melaka. Ini merupakan masjid tertua di Singapura yang didirikan pada tahun 1820. Kondisi masjid masih sangat bersih dan sepertinya sudah mengalami banyak renovasi. Jika dibandingkan dengan masjid tertua di Indonesia yaitu masjid Saka Tunggal yang dibangun pada tahun 1288, jelas terlihat tertinggalnya Islam yang masuk ke negeri ini dan dilanjutkan dengan konsep negara yang sangat heterogen dari sistem religinya membuat Islam di Singapura sangat tertinggal jauh dari Indonesia ataupun Malaysia.
Dua masjid terakhir yang saya kunjungi adalah masjid Jamae atau Masjid Chulia dan Masjid Abdul Gafoor. Masjid Chulia didirikan pada tahun 1826 sedangkan masjid Abdul Gafoor pada tahun 1907. Masjid Chulia berdekatan dengan Chinatown, masjid ini sangat tertutup tapi sangat bersih dan nyaman. Sedangkan Masjid Abdul Gafoor berlokasi si daerah Littel India, lekat dengan nuansa Arab dengan banyak ukiran dan kaligrafi di masjidnya. Menurut saya, Masjid Abdul Gafoor merupakan masjid paling indah di Singapura.
Kesimpulannya masjid-masjid besar disini masih sangat bersih dan nyaman digunakan untuk tempat ibadah. Namun anda tidak akan pernah mendengarkan ada Adzan berkumandang di negara ini kalau tidak berada di Masjid, mungkin ada peraturan yang mengatur tentang Kumandang Adzan. Jalan-jalan ke Marina Bay, Chinatown atau lokasi-lokasi elit lainnya sudah hal yang biasa anda lakukan jika jalan-jalan ke Singapura, namun tidak ada salahnya mengunjungi masjid-masjid bersejarah di negara ini dan melihat jejak-jejak Islam yang masih tersisa dari modernisasi negara Singapura.
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour