Oleh â Oleh Pisau Batik khas Bantul
Sabtu, 06 Jun 2020 19:47 WIB

Septi Fridayani P
Jakarta - Oleh-oleh menjadi bagian tak terpisahkan dari traveling. Saat singgah ke Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pisau batik bisa menjadi buah tangan. Kerajinan pisau batik itu dibuat Darmo Sudiman, pengrajin di Sentra Cipta Batik Logam, Pedukuhan Krengseng, Desa Bangunjiwo, Kabupaten Bantul, DIY. Pisau batik itu telah menembus pasar Internasional.Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal sebagai kota batik, so banyak cendra mata dibuat dengan bermotif batik. Pada umumnya, membatik menggunakan media seperti kain, bambu, kertas, dan lain sebagainya. Berbeda halnya dengan Sudiman, secara mandiri ia mencoba bereksperimen dengan membuat pisau model dan kreasi lain. Di tahun 2010 dia memiliki ide untuk membuat batik di atas logam. Ide itu merupakan inovasi Sudiman yang tingga dan besar di tengah usaha turun-temurun; memproduksi pisau dapur tradisional.Ide yang kemudian dieksekusi Sudiman itu kini menjadi produk unggulan di Krengseng. Keunggulan dan keunikan pisau batik ini terletak pada tangkai atau gagang pisau. Dalam perkembangannya, kreasi corak batik tidak hanya ditemukan di gagang pisau saja, d'Traveler dapat menemukannya di seluruh bagian pisau, termasuk pada logam pisau.Baca Juga: Menawan! Bukit Kura-Kura Ongakan yang Jarang Terjamah Logam pisau yang berfungsi untuk mengiris kini tak hanya logam tajam polos biasa, corak batik berhias yang menggambarkan kekayaan budaya ini tak luput dari tangan-tangan kreatif para pengrajin.Kepala merpati, sunduk maru, nyungit kuwawung, patimura dan masih banyak lainnya menjadi salah satu keindahan yang disajikan pada pisau batik Sudiman. Tentunya pisau jenis ini lebih cocok sebagai souvenir, kenang - kenangan & cinderamata daripada fungsi asli pisau sendiri. Kendati sebagai oleh-oleh, bukan berarti pisau ini tidak bisa digunakan untuk keperluan dapur. Pisau ini bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari dan tak perlu khawatir batiknya bakal luntur. Daya tahan dan kekuatan logam pisau batik ini tak perlu diragukan karena terbuat dari logam aluminium yang kokoh.Di tangan pengrajin, tangkai yang biasanya hanya berbentuk bulat atau gepeng diganti dengan berbagai macam bentuk. Di antaranya seperti bentuk wayang Rama dan Shinta, penari Bali, dan Punokawan. Hal lain yang menjadikan pisau batik banyak dicari adalah corak batik itu sendiri, batik yang menghiasi bagian badan pisau ini hanya berwarna monokrom karena penggunakannya yang berhubungan dengan makanan. Lebih dari 200 motif dan corak batik yang dimiliki Sudiman untuk membuat pisau batik tetap eksklusif. Parang Gondosuli, Parang baris, parang centhong, parang curiga, parang pancing adalah beberapa motif yang sering dipakai.Pembuatan hiasan batik tulis dilakukan seperti pada umumnya, hanya saja yang membedakan adalah medianya yaitu kayu (gagangnya) dan logam (badan pisau). Pembuatan motif batik dilogam juga menggunakan malam yang bisa sering digunakan membuat batik pada umumnya. Tak hanyak untuk membuat corak, malam juga melapisi bagian mata pisau yang berguna untuk menjaga ketajaman pisau dan menjaga agar bahan kimia tidak masuk kedalam pori pori pisau saat di celupkan kedalam bahan kimia sebagai proses pewarnaan.Pisau batik logam ini memiliki beraneka ragam harga, tergantung ukuran pisau dan tingkat kesulitannya. Yakni, berkisar Rp 30.000 hingga Rp 400.000 untuk pisaunya saja. Pembelian pisau batik bisa dilakukan secara oline dan bisa melalukan request sesuai keinginan.Baca Juga: Cahaya Surga di Gua Gajah YogyakartaMulai dari motifnya, ukuran pisaunya, bahkan hingga sarung atau tempat untuk meletakan pisaunya jika ingin menjadikannya sebagai pajangan atau hadiah kenang-kenangan.Sudiman memiliki beberapa karyawan yang bertugas membuat motif batik, kemudian proses pewarnaan dan proses lanjutannya dikerjakan sendiri oleh Sudiman agar kualitas dari pisau batik ini tetap terjaga.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!