Mengenang Soe Hok Gie di Taman Prasasti

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenang Soe Hok Gie di Taman Prasasti

Renky Liniaryadi - detikTravel
Selasa, 17 Des 2019 19:35 WIB
loading...
Renky Liniaryadi
Soe Hok Gie dan salah satu karya tulisannya.
Begini bentuk secara utuh prasasti Soe Hok Gie.
Patung Crying Lady.
Peti yang digunakan untuk jenazah Bung Karno dan Bung Hatta.
Monumen JJ. Perrie yang ikonik di Taman Prasasti.
Mengenang Soe Hok Gie di Taman Prasasti
Mengenang Soe Hok Gie di Taman Prasasti
Mengenang Soe Hok Gie di Taman Prasasti
Mengenang Soe Hok Gie di Taman Prasasti
Mengenang Soe Hok Gie di Taman Prasasti
Jakarta - Tak perlu susah-susah mendaki ke Puncak Mahameru, di Taman Prasasti ini kita bisa mengenang wafatnya Soe Hok Gie melalui prasastinya.Ada banyak cara untuk mengingat sejarah masa lampau, salah satunya adalah dengan mengunjungi makam kuno. Di Jakarta terdapat Museum Taman Prasasti yang merupakan museum cagar budaya dan menyimpan koleksi prasasti nisan kuno dari zaman kolonialisme. Dulunya Museum Taman Prasasti ini merupakan pemakaman orang-orang Eropa yang bernama Kebon Jahe Kober. Mulai tahun 1950 - 1970 dilakukan pemindahan jenazah ke tempat lain, namun ada juga yang dibawa keluarganya ke negara asal. Jadi yang ada saat ini hanya berupa batu nisan saja, tidak ada jenazah dan tulang belulangnya.Meskipun berada di tengah kota dan tepat di sebelah Kantor Walikota Jakarta Pusat, suasana mistis pun tetap terasa di sini. Saat masuk ke dalam gedung yang berupa pilar-pilar berwarna putih, seolah-olah kita akan masuk ke dimensi lain. Setelah memasuki area pemakaman, di sebelah kiri terdapat patung Crying Lady yang merefleksikan penderitaan seorang pengantin yang suaminya baru meninggal karena wabah malaria di Batavia.Tidak jauh dari situ terdapat dua peti mati yang tertutup kaca dan dilindungi atap. Saya pun penasaran dan mendekati peti tersebut. Ternyata peti mati tersebut yang digunakan Bung Karno dan Bung Hatta saat wafat. Pantas saja mendapatkan perlakuan khusus karena sangat bersejarah sekali.Pohon yang rindang dan suasana yang tenang membuat Taman Prasasti ini lebih teduh. Saya pun melanjutkan mengeksplorasi ke bagian belakang. Di area ini banyak terdapat patung wanita dan representasi dari malaikat bersayap. Seketika saja mata saya tertuju pada sebuah prasasti yang sangat fenomenal, yaitu prasasti makam Soe Hok Gie. Beliau adalah seorang aktivis gerakan mahasiswa tahun 60-an dan juga pendiri Mapala UI.Bagi kalangan pendaki gunung Indonesia, Soe Hok Gie sangat dikenal baik karena kiprahnya di alam bebas dan karya-karya tulisannya yang terus memperjuangkan keadilan. Karakternya yang kuat, tegas, dan sangat idealis banyak mempengaruhi para penggiat alam bebas di Indonesia.Sedikit cerita, pada bulan Desember 1969, Gie dan teman-temannya merencanakan untuk merayakan ulang tahunnya di Gunung Semeru. Tapi sayang, pada tanggal 16 Desember Soe Hok Gie meninggal di usia yang sangat muda, yaitu tepat 1 hari sebelum ulang tahunnya ke-27 karena menghirup gas beracun dari puncak Mahameru. Maka dari itu, banyak sekali penggiat alam bebas yang memperingati wafat dan ulang tahunnya Soe Hok Gie setiap tanggal 17 Desember.Pada awalnya, Soe Hok Gie dimakamkan di Menteng Pulo, namun telah dipindahkan ke sini. Tapi beberapa rekannya ingat bahwa semasa hidupnya Gie pernah berkata jika ia meninggal ingin dikremasi dan abunya ditebar di Lembah Mandalawangi Gunung Pangrango. Hal itu dimaksudkan agar ia bisa menyatu dengan alam bebas yang merupakan tempat bermainnya.Untuk mengenang tragedi itu, di puncak Mahameru dipasang plakat In Memoriam Soe Hok Gie, namun sekitar tahun 2013, plakat tersebut telah dipindahkan ke Cibodas, Jawa Barat. Saat ini yang bisa dengan mudah kita temui adalah prasastinya yang berada di Museum Taman Prasasti Jakarta.Kini, Soe Hok Gie sudah tenang di sana. Ia bisa meninggal dengan cara yang menurutnya layak. Sama seperti apa yang pernah ia tuliskan, "Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Berbahagialah mereka yang mati muda".
Hide Ads