Kawah Ijen, Pesonamu Sungguh Tiada Dua
Minggu, 01 Sep 2019 12:19 WIB
Silvana Hermawan
Jakarta - Destinasi Kawah Ijen menjadi primadona karena blue fire dan keindahannya. Siapa pun pasti tergoda untuk datang dan menikmati Kawah Ijen.Mendaki gunung? Pernah terlintas di kepala, namun tidak pernah berani bermimpi untuk merealisasikannya, mengingat fisik yang tidak pernah terlatih untuk olah raga sedikit pun. Pada bulan Oktober 2018 yang lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi Banyuwangi. Perjalanan singkat selama 3 hari 2 malam pun rasanya tidak terpikir untuk mengunjungi Kawah Ijen yang terkenal itu. Mengapa? Karena di benak saya, mendaki gunung perlu waktu berjam-jam, perlu menginap berhari-hari, perlu latihan fisik dan stamina yang kuat, dan banyak pemikiran rumit yang lainnya. Sejak di Jakarta melihat itinerary tour saya yang mencantumkan Kawah Ijen pada hari ke-2, saya sudah bertekad bulat untuk kabur dari jadwal dan tidak mengikuti rombongan tur ke Kawah Ijen. Namun, rencana itu seketika buyar ketika tour guide saya mengatakan, percuma jauh-jauh ke Banyuwangi, kalau tidak mengunjungi Kawah Ijen. Belum sah ke Banyuwangi itu kamu namanya!. Wah, mendengar perkataan tersebut, seketika pertahanan batin saya hancur dan rasanya ingin sekali untuk mengunjungi Kawah Ijen.Sewaktu sampai di parkiran Paltuding, seketika saya teringat akan seriusnya naik gunung ini. Orang-orang disekeliling saya rasanya terlihat sudah siap tempur mengarungi medan Gunung Ijen ini. Sementara saya, hanya mengenakan celana jins, jaket seadanya, dan membawa tas ransel yang cukup berat dan berisikan barang-barang yang kurang penting. Entah mengapa, walaupun terjadi pergolakan batin yang begitu kuat, langkah kaki saya terus melaju mengikuti rombongan untuk mendaki Gunung Ijen tersebut. Tidak terasa, sayapun akhirnya mendaki gunung dengan tanpa persiapan apapun, pakaian yang tidak siap, serta mental yang tidak siap pula. Beberapa kali saya hampir terjatuh karena jalanan berpasir yang menutupi seluruh jalanan menuju ke Kawah Ijen. Untungnya, tour guide saya yang berbaik hati mencarikan saya ranting pohon yang cukup panjang, sebagai tongkat untuk membantu saya berjalan. Beberapa kali saya berhenti karena merasa tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan. Apalagi, banyak bapak-bapakΓβΓ ber-troli yang seakan menggoda saya untuk menaiki gerobaknya agar cepat sampai di kawah. Tetapi, kok rasanya akan tidak bangga ya jika mencapai kawah tetapi dengan bantuan gerobak. Selain itu, tarifnya yang lumayan mahal juga membuat saya mengurungkan niat untuk menaiki memakai jasa troli tersebut. Tarif yang ditawarkan bervariasi antara satu bapak dengan bapak yang lain, kurang lebih Rp 300.000, sampai Rp 700.000, untuk satu kali jalan, tergantung dari seberapa jauh jarak yang harus ditempuh. Pertama kali mendaki gunung, saya tidak bisa berhenti menangis haru disepanjang perjalanan, karena saya merasa takjub melihat pemandangan alam yang begitu luar biasa indah dan merasa takjub terhadap diri sendiri karena sudah bisa berada sampai di titik ini.Tempo berjalan yang cukup lambat, membuat saya sampai di puncak Gunung Ijen (Kawah Ijen) dengan menghabiskan selama hampir 4 jam. Saya mulai mendaki kurang lebih pk 07.30 pagi dan sampai di puncak pada pukul 11.30. Begitu sampai di bibir Kawah Ijen, pemandangannya begitu luar biasa indah. Tetapi, aroma bau belerang dari Kawah Ijen ternyata cukup mengganggu saya. Ditambah lagi, saat itu angin bertiup sangat kencang, sehingga membuat aroma bau belerang semakin menyengat ke hidung saya, karena saya hanya memakai masker tipis yang biasa saya gunakan ketika naik ojol. Puas berfoto dan menikmati pemandangan Kawah Ijen selama kurang lebih 15 menit, akhirnya saya memutuskan untuk turun menggunakan jasa troli, mengingat badan yang sepertinya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi. Turun dari bibir Kawah Ijen sampai ke parkiran Paltuding hanya memakan waktu kurang lebih 45 menit. Cukup cepat dibandingkan dengan waktu naik yang memakan waktu kurang lebih 4 jam perjalanan.Setelah mendaki Gunung Ijen, rasanya saya ketagihan untuk mendaki gunung yang lainnya! Perasaan haru campur bangga masih teringat di benak saya ketika berhasil sampai di puncak Gunung Ijen. Jika ada kesempatan di lain waktu, saya pasti akan mengunjungi Kawah Ijen lagi pada waktu dini hari, agar dapat melihat fenomena blue fire yang konon katanya hanya ada 2 di dunia, dan salah satunya ada di Kawah Ijen ini! Berikut adalah beberapa tips bagi d'traveler yang ingin mengunjungi Kawah Ijen:- Gunakanlah pakaian dan sepatu yang nyaman untuk mendaki.- Gunakanlah masker khusus sehingga bau belerang dapat diminimalisir- Gunakanlah jaket yang cukup tebal untuk menahan hembusan angin- Bawalah perlengkapan yang secukupnya saja (bawaan yang berat dapat membuat gerak kalian semakin lambat)- Bawalah makanan ringan dan minuman untuk dinikmati sepanjang perjalanan. Tetap ingat untuk membawa sampah kalian sendiri atau buang di tempat yang telah disediakan ya)- Olahraga dan istirahat yang cukup sebelum mendaki Bagi kalian yang ingin mendaki gunung tetapi belum memiliki keberanian, ayo cepat lakukan! Kita selamanya tidak akan pernah bisa, kalau selamanya kita berpikir kalau kita tidak akan bisa. Kalau kita berpikir kita bisa, pasti kita akan bisa kok! Berbicara tentang extraordinary, saya ingin sekali mengunjungi salah satu negara yaitu Dubai! Saya sejak kecil sudah bermimpi untuk mengunjungi Dubai, karena sejak kecil saya tau kalau gedung tertinggi yang ada di dunia ya ada di Dubai, yaitu Burj Khalifa! Aneh? Ya, memang begitu kenyataannya. Disaat yang lain memiliki mimpi untuk bisa ke Maldives, ke New York, dan lainnya, saya bermimpi untuk pergi ke salah satu negara di Timur Tengah ini. Selain ingin mengunjungi gedung tertinggi di dunia, saya pun takjub dengan alam Dubai yang menyajikan hamparan pantai yang indah, sampai dengan hamparan padang pasir yang menawan. Semua ada di Dubai! Saya berharap suatu saat nanti saya bisa berkunjung ke salah satu dream destination saya ini. Berharap dan bermimpi boleh dong? #ExtraordinaryTraveling #DreamDestinationDubai
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum