Seru Banget, Menjelajahi Belitung yang Wow!
Jumat, 04 Jan 2019 18:20 WIB

WINDA AZ ZAHRA
Jakarta - Tidak akan terlupakan, pengalaman selama 4 hari 3 malam menjelajahi Belitung. Semua terasa mengesankan!Belitung telah menjadi incaran saya sejak lama. Lewat kecantikan pantainya, gugusan batu granitnya, hingga beragam tradisi dan budaya masyarakatnya. Kekayaan hasil tambang dan perkebunannya pun semakin membuat saya penasaran, bagaimana Tuhan menghadirkan paket komplit untuk secuil surga?Sampai akhirnya pertengahan November kemarin saya berkesempatan untuk traveling kesana, ekspektasi kami bulan November bukan merupakan peak season sehingga harga tiket menjadi lebih murah. Apalagi kami memesan tiket pesawat lewat aplikasi tiket.com. Murah, mudah, banyak potongan harga, dan banyak pula promo menarik seperti gratis makan dan minuman. Berterima kasih sekali pada tiket.com, saya mendapatkan gratisan Krispy Kreme untuk sarapan. Bahkan karena harga yang begitu terjangkau, beberapa teman kami bahkan memutuskan untuk upgrade seat ke business class. Kalau saya sih, tetap memilih untuk duduk di economy class. Berkat potongan harga dari tiket.com, untuk pertama kalinya saya akhirnya dapat mencicipi kemewahan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Maklum, sobat promo seperti kami, kalau lagi nggak diskon, harus bersyukur bisa naik pesawat LCC.Sebelumnya kami pun berencana untuk menginap di hotel bintang 2 atau 3. Namun begitu cek harga lewat aplikasi tiket.com, rupanya harga hotel per malam sedang cantik-cantiknya : murah meriah! Hingga kami memutuskan untuk booking hotel BW Suites Belitung yang merupakan hotel bintang 4. Ajaib sekali, hotel mewah plus sarapan hanya 400 ribuan per malam.Hari Pertama : Festival Tanjung KelayangBahkan sejak awal keberangkatan kami sudah dibuat terkesan. Belitung ini dekat, hanya satu jam dari ibukota. Tidak memakan waktu berjam-jam untuk terbang. Tidak perlu transit, tidak perlu ganti pesawat. Jadi tidak ada yang namanya capek di jalan, begitu sampai di Bandara HAS Hanandjoeddin, kami langsung siap menjelajah.Kami beruntung kedatangan kami di Belitung bersamaan dengan diselenggarakannya Festival Tanjung Kelayang, yang rupanya menjadi salah satu dari Top 100 Calendar of Event Wonderful Indonesia. Festival itu langsung masuk ke dalam list kami. Namun tour guide kami menyampaikan bahwa festival baru akan dibuka siang hari, jadi kami memutuskan untuk berwisata kuliner dan mengunjungi destinasi wisata non pantai terlebih dahulu.Kami disuguhi ikon kuliner kota Tanjung Pandan, yaitu mie Belitung dan kopi kong Djie. Cita rasa mie Belitung ini sungguh unik dan istimewa. Mie basah dipadukan dengan kuah kental yang begitu terasa udangnya, disajikan dengan potongan mentimun dan emping melinjo. Selanjutnya kami diajak ke warung kopi Kong Djie. Meskipun bukan pecinta kopi, saya tetap memutuskan untuk memesan kopi susunya.Objek wisata pertama yang kami kunjungi adalah Bukit Peramun. Perjalanan menuju puncak Bukit Peramun hanya sekitar 30 menit. Bukit Peramun memiliki ketinggian kurang lebih 129 mdpl dengan jalan yang tidak terlalu menanjak. Hal unik bukit Peramun ini adalah adanya batu-batu granit besar alami di atas puncak bukit, mustahil batu-batu ini dibawa dari bawah ke atas puncak bukit oleh manusia. Dari atas puncak bukit terlihat pemandangan hutan dan juga laut, serta pulau-pulau kecil di sekitar Belitung. Melihat pulau-pulau dari atas membuat kami semakin tidak sabar untuk segera berkunjung kesana.Hari semakin siang dan kami memutuskan untuk bergerak ke Pantai Tanjung Kelayang, tempat diadakannya Festival Tanjung Kelayang. Kami bahkan sempat duduk-duduk di deretan kursi tamu undangan dan disuguhi jajanan saat pembukaan festival.Tour giude kami menjelaskan akan terdapat banyak atraksi kesenian dan budaya Belitung dalam festival ini, mulai dari beripat beregong (saling mencambuk menggunakan rotan diiringi alat musik gong) hingga antu bubu (permainan mengalahkan jelangkung yang terbuat dari alat tangkap ikan). Kami begitu antusias saat pembukaan festival, terutama saat parade seni yang menampilkan tarian kolosal serta pelepasan tukik.Sayangnya beberapa dari kami sudah ingin beristirahat, sehingga kami semua terpaksa kembali ke Kota Tanjung Pandan. Memang rasanya sedikit tidak ikhlas, terlebih saya yang begitu ingin menyaksikan pertunjukan beripat bergong. Tapi inilah pelajaran menepikan ego yang harus saya dapatkan dari traveling bersama. Yang penting, semua bisa liburan dengan bahagia.Hari kedua: Mengunjungi Gantong di Belitung TimurPerjalanan kami di hari kedua diawali dengan kunjungan ke Danau Kaolin. Danau Kaolin sebenarnya merupakan bekas tambang pasir kaolin. Pemadangan danau cantik berwarna biru dengan gundukan pasir putih kaolin membuat kami serasa berada di kawah gunung berapi. Matahari bersinar terik dan cukup membuat kami kepanasan, apalagi di sekitar Danau Kaolin minim sekali naungan. Konon memang waktu terbaik untuk mengunjungi Danau Kaolin adalah saat matahari sedang terik-teriknya, karena saat itu lah air danau akaan berubah warna menjadi biru cantik. Sedangkan saat pagi atau sore hari, warna air Danau Kaolin ini berubah menjadi hijau.Kami melanjutkan perjalanan ke Desa Gantong untuk mengunjungi replika SD Laskar Pelangi, Dermaga Kirana, Kampung Ahok, serta Museum Kata. Tempat-tempat ini lah yang cukup bernilai bagi masyarakat Belitung karena di sinilah awal mula Belitung dikenal sebagai destinasi wisata. Meskipun merupakan objek wisata buatan manusia, masyarakat sekitar merawatnya dengan baik sehingga objek-objek wisata ini tidak hanya menjadi trend sesaat, namun dapat menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan.Hari ketiga: serunya snorkeling dan island hopping di BelitungTidak lengkap rasanya kalau di mengunjungi salah satu destinasi wisata, namun tidak mencicipi rasanya bermain air di sana. Kalau mengunjungi pegunungan, kami biasa bermain air di curug. Kali ini ketika mengunjungi pantai, maka wajib hukumnya kami snorkeling. Apalagi terumbu karang di Belitung ini masih terjaga kelestariannya.Perjalanan kami dimulai dengan menaiki perahu motor dari Tanjung Kelayang menuju Pulau Lengkuas. Dari jauh terlihat mercusuar berdiri kokoh di tengah pulau tersebut. Kata tourguide kami, dinamakan Pulau Lengkuas bukan karena di pulau ini banyak lengkuas atau bumbu dapur lainnya. Konon para penjajah dulunya menyebut pulau ini dengan lighthouse (mercusuar) island, ada pula yang menyebutnya dengan long house island. Namun karena pengucapannya yang begitu sulit, akhirnya masyarakat Belitung menyebutnya dengan Pulau Lengkuas.Pulau Lengkuas ini menyajikan lanskap yang begitu sempurna untuk: pasir putih, pohon kelapa, dan mercusuar. Di sisi lain pulau, terdapat lanskap lainnya yang tidak kalah indahnya. Gugusan batu granit dan jernihnya air laut. Bahkan karena terlalu antusias memotret teman-teman, saya sampai melewatkan sesi bermain air di Pulau Lengkuas. Hanya sedikit wisatawan yang berenang di antara batu granit, padahal kegiatan tersebut terlihat lebih seru dibandingkan hanya sekedar berfoto.Sayangnya, kami tidak berlama-lama di Pulau Lengkuas karena ingin segera menuju ke spot snorkeling. Jujur saat itu saya ketar-ketir melihat awan yang begitu mendung. Apalagi arus laut tidak setenang biasanya, hingga perahu kami terombang-ambing karenanya. Untungnya hujan tidak turun saat itu juga. Kami sampai di spot snorkeling pertama. Spot snorkeling pertama tidak terlalu dalam. Beberapa teman kami dari atas kapal menjatuhkan remah-remah roti sehingga ikan-ikan berdatangan. Meskipun saya kurang setuju, tapi ya sudah lah, yang penting saya tidak ikut-ikutan dan sudah mengingatkan.Sebenarnya saya sendiri kurang setuju untuk memberi makan ikan di laut, apalagi hanya untuk kepentingan foto underwater. Memang sih, saat kita snorkeling dan banyak ikan berkumpul di sekitar kita, dan pasti akan terlihat bagus saat difoto. Namun hal tersebut rupanya dapat merusak keseimbangan ekosistem karena ikan akan menggantungkan sumber makanan pada manusia. Akibatnya jumlah plankton dan alga di laut berlebihan sehingga terumbu karang mati. Jadi untuk kalian-kalian yang masih sering kasih makan ikan di laut sekedar untuk foto, sebaiknya jangan dilakukan lagi, ya. Agar nanti ketika berkunjung lagi, bawah laut kita tetap asri.Setelah puas snorkeling di spot pertama, perut terasa cukup lapar. Kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum snorkeling di spot kedua. Kami pun kembali ke kapal dan melanjutkan perjalanan ke resto Pulau Kepayang. Sebenarnya di Pulau Kepayang juga terdapat penangkaran penyu, namun kami tidak sempat mengunjunginya karena turun hujan lebat dan angina kencang saat kami datang kesana.Kami kemudian melanjutkan snorkeling di spot kedua. Meskipun angin cukup kencang dan masih gerimis, kami tetap bersemangat untuk menyapa bawah laut Belitung. Untuk pertama kalinya, saya merasakan serunya snorkeling saat hujan tiba. Meskipun cuaca kurang bersahabat, hal yang seru adalah air laut yang terasa lebih hangat, sampai-sampai saya betah berenang di air. Pemandangan bawah laut di spot kedua pun lebih seru daripada spot pertama. Di spot pertama, yang menakjubkan adalah ragam jenis ikannya. Sementara di spot kedua, hal yang menakjubkan adalah jenis terumbu karangnya yang lebih beragam.Puas bermain air, kami naik ke kapal dan kembali ke Tanjung Kelayang untuk bilas dan melanjutkan perjalanan yaitu menikmati sunset di Tanjung Tinggi. Sayangnya begitu tiba di Tanjung Tinggi, matahari sepertinya sedang enggan untuk menapakkan diri. Meskipun tidak mendapatkan sunset kemerahan, sunset kebiruan tetap rupawan, apalagi dengan pemandangan bebatuan granit besar nan cantik di Tanjung Tinggi.Setelah hari muai gelap, kami meninggalkan pantai Tanjung Tinggi untuk menuju pusat oleh-oleh. Karena begitu beragam yang ditawarkan, saya sampai kebingunan. Rasa-rasanya ingin memborong semua. Mulai dari keripik, kerupuk seafood, ikan kering, hingga kue-kue khas Belitung seperti kue rintak rasa durian. Nah, kalau berkunjung ke Belitung, jangan lupa membawa oleh-oleh berupa ketam isi, manisan buah rotan, dan sirup jeruk kunci. Oleh-oleh ini yang tidak akan ditemukan di lain tempat.Puas berburu oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat, kami akhirnya dapat merasakan kembali nyamannya kasur hotel BW Suite Belitung. Keesokan paginya, kami kembali ke Jakarta dan mendarat dengan selamat, lagi-lagi di Terminal 3 Bandara soekarno Hatta.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum