Menaklukkan Jalur Darat dari Jakarta ke Bali
Kamis, 24 Jan 2019 11:56 WIB

Yanthi Rumian
Jakarta - Kalau kamu petualang sejati, harus coba menaklukkan jalur darat dari Jakarta menuju ke Bali. Seru dan pastinya banyak cerita untuk dikenang!Ceritaku ini mengisahkan tentang perjalananku tahun lalu, tepatnya musim panas 2017, dimana aku kembali melakukan perjalanan yang lumayan panjang, dari Jakarta menuju Bali.Setelah menghitung jadwal libur semester di sekolah musik tempatku bekerja, aku mendapatkan sepuluh hari libur, yang sayang kalau kuhabiskan di ibukota. Lalu, setelah menghitung perbekalan yang kubutuhkan, kuputuskan untuk menggunakan transportasi darat, dari Jakarta menuju Bali.Seminggu sebelum keberangkatan, ternyata seorang teman berminat ikut bersamaku ke Bali dengan kereta api. Katanya sih, ingin tahu bagaimana rasanya melakukan perjalanan ke Bali lewat darat. Setidaknya, sebelum dia kembali ke negaranya, Peru.Saatnya tiba kami berangkat, titik temu di Stasiun Gambir. Kami berangkat dengan KA Malam, KA Argo Anggrek. Dengan segala perbekalan makanan dan minuman yang cukup, kami memulai perjalanan menuju Surabaya.Kami pun melanjutkan perbincangan. Seputar komunitas yang kami geluti bersama. Bertukar cerita tentang daerah-daerah cantik di Indonesia yang sudah pernah dia kunjungi, dan Negara Peru, tempat asal temanku. Tanpa terasa hingga subuh, barulah kami tertidur sejenak, dan pagi hari telah sampai di Surabaya.Sesampai di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, kami pun melanjutkan perjalanan ke tempat Bus Gunung Harta untuk membeli Tiket yang sudah kupesan terlebih dahulu. Setelah kami mendapatkan Bus, kami pun pergi mencari Sarapan.Yang kupilih adalah sarapan tradisional yang ada di daerah Karangmenjangan, Lontong Balap, khas Surabaya. Setelah Sarapan, saya mengajak temanku mampir ke rumah Ibu angkatku, untuk beristirahat sejenak sambil menunggu waktu kami berangkat ke Bali di sore harinya.Setelah jam 14.00 wib sudah tiba, kami pun bergegas dengan semangat menuju tempat Bis Gunung Harta untuk melanjutkan perjalanan kami. Sebelumnya, aku meminta temanku untuk mengamankan dompet dan uangnya. Dibagi ke beberapa tempat, dan menyimpan Passportnya terpisah dengan dompetnya, sebagai pencegahan.Karena, dari beberapa informasi yang kudapat, perjalanan dengan bus kadangkala tidak aman, karena sering ada copet saat penumpang tertidur. Tepat pukul 16.00 sore, perjalanan kami dengan bus menuju Denpasar pun dimulai.Setelah beberapa jam perjalanan, Bis yang kami tumpangi pun tiba di daerah yang bernama Pasir Putih, untuk turun makan. Aku sempat kuatir, apakah temanku cocok dengan makanan yang disediakan oleh pengelola Bis yang kami tumpangi. Untunglah, temanku cukup menikmati pilihan makanan yang disediakan kepada kami.Nasi dan rawon, ayam penyet, dan ada pula gulai, serta bakso. Temanku memilih mencicipi bakso, dan dia memuji rasa baksonya, yang katanya berbeda dengan rasa Bakso yang pernah dia makan di Jakarta. Aku senang karena temanku menyukai bakso dan rawon yang kami santap.Setelah kami cukup makan dan istirahat, kami dan beserta penumpang lainnya melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Ketapang. Sebentar lagi kami akan melintasi laut untuk menyeberang ke Bali.Sekitar pukul 03.00 subuh, kami tiba di pelabuhan dan untunglah kami tidak dalam antrian yang panjang, sehingga, tidak lebih dari 30 menit, Bis kamipun sudah masuk ke dalam Ferry dan siap berangkat menuju Pelabuhan Gilimanuk.Setelah keluar Bis, kami naik ke bilik atas Ferry. Kami sangat menikmati angin subuh, udara laut, suara air dari ombak yang menampar kapal Ferry kami. Meskipun langit belum lagi terang, tapi semangat kami sudah seperti matahari pagi yang berpendar-pendar.Setelah 30 menit perjalanan, dan kami tiba di pelabuhan Gilimanuk, kami kembali ke Bis dan melanjutkan perjalanan menuju Denpasar. Perjalanan ini kami tempuh lebih kurang 4 jam dan dengan sekali terlelap, kami sudah tiba di Denpasar dan langsung menuju Hotel yang jaraknya cukup jauh dari terminal Mengwi, tempat kami tiba tadi.Begitu memasuki kawasan Kuta, menuju Hotel, Ombaklah yang pertama menarik mataku, tanpa sadar, senyum lebarpun terhias, dan kami berdua seketika tertawa. Bahagia itu seperti elektrik saja, dari mata yang menatap Laut dan ombak dari atas mobil ojek online yang kami tumpangi, lelah sirna, kantuk dan lelah hilang entah kemana. Bahagia.Setalah tiba dan check-in di hotel tempat kami menginap, Lucero, nama temanku, langsung mengajakku ke pantai sekaligus mengisi perut yang kosong. Kamipun menikmati makanan cepat saji di pinggir pantai, dengan penuh keramaian orang-orang yang juga menikmati matahari yang terik.Senang sekali melihat keriuhan di hadapanku, sangat berbeda dengan keriuhan ibukota. Lebih hidup, di semua inderaku. Mejelang makan siang, kami kembali ke hotel dan langsung menyusun perjalanan berikutnya. Kamipun menyewa Motor dan langsung melanjutkan perjalanan menuju pantai Padang-Padang.Setelah 30 menit perjalanan dan ditambah dengan pencarian dengan googlemap akhirnya kami tiba di Pantai Padang-Padang. Senang sekali. Panas mentari tak meredakan semangat kami untuk menikmati laut di Pantai ini.Pantai Padang- Padang salah satu tempat favorit ku, dan kebetulan Lucero belum pernah sampai ke pantai ini. Di pantai ini Lucero berjemur, dan aku menikmati bawah air dan melihat ikan-ikan kecil berwarna warni yg cantik. air semakin naik ke pantai, sebelum senja datang, kami pun kembali ke hotel, singgah sebentar untuk membeli makanan dan menikmatinya di hotel, karena besok kami akan melakukan perjalanan yang lumayan panjang, menuju Karang Asem, untuk Rafting/arung Jeram.Jam 6.30 esok paginya, kami sudah di jemput oleh pihak Travel yang kami sewa untuk Rafting. Sekitar 2 jam perjalanan, kami pun tiba di tempat Rafting, di daerah Karang Asem. Dan langsung bergabung bersama beberapa wisatawan dalam 1 boat bersama kami. Perjalanan menyusuri sungai di Karang Asem ini sangat sangat menyenangkan.Kelelahan mengayuh perahu karet tak terasa, apalagi ketika kami memasuki setengah dari trip Rafting, kami harus berhenti dan turun dari perahu karet karena ada air terjun yang berbahaya untuk kami lewati, dimana jarak dari air terjun ke bawah sekitar 4 meter ke bawah. Sungguh seru dan menegangkan.Kami harus bergantian dan antri untuk menuruni tangga batu untuk mencapai dasar sungai dan melanjutkan perjalanan, perhentian kedua dari perjalanan rafting kami berikutnya adalah, air terjun. Ini sedikit berbeda, karena kami memang bs beristirahat di sini sambil menikmati air terjun bersama dengan puluhan wisatawan lainnya yang juga mengikuti rafting ini. setelah berhenti sekitar 15 menit di spot Air Terjun ini, kami kembali melanjutkan perjalanan kami hingga ke perhentian terakhir.Yang menarik dari perhentian terakhir ini adalah, kami harus mendaki ratusan tangga untuk bisa sampai ke Pos perhentian akhir. Dan tangga-tangga ini bukan hanya membuat kelelahan menjadi berlipat-lipat rasanya, tetap juga membuatku harus berhenti berkali-kali karena kakiku sudah seperti ingin lepas dari sendi-sendinya.Satu-satunya yang membuat aku dan Lucero bertahan hingga tiba di pos perhentian Rafting adalah, melihat Ibu-ibu dan penduduk desa yang berusia lanjut, juga turut menaiki tangga-tangga tersebut sambil memikul perahu karet yang kami naiki (yang sudah di lipat). Betapa menakjubkan kekuatan mereka. Takjub saya!Setelah sampai di pos perhentian, kami antri mandi, dan lalu menikmati makan siang dengan hidangan khas Bali yang lezat. Setelah hidangan habis kami santap, kembali aku meminum Jamu Tolak Angin yang selalu kubawa. Sangat baik kami konsumsi, apalagi setelah selesai bermain air sepanjang pagi hingga siang, sangat tepat untuk mengatasi masuk angin.Setelah beristirahat beberapa saat, kami kembali diantar oleh pihak travel Rafting menuju hotel. Sesampainya di hotel, kami pun langsung jatuh tertidur, kelelahan, sekaligus bahagia. Mejelang sore, kami kembali beranjak ke Pantai sekitar Kuta, yaitu ke Pantai Seminyak untuk menikmati senja dan menanti Sunset.Setelah gelap, kami menikmati makan malam yang tak jauh dari hotel, dan kembali dengan cepat untuk beristirahat, karena esok kami akan melanjutkan perjalanan, menyeberang ke pulau.Paginya, kamipun berangkat menuju travel tempat kami akan menumpang menyeberang menuju Gili Trawangan. Setelah beberapa jam perjalanan dengan travel dan menumpang Ferry yang lebih kecil, akhirnya kami tiba di Gili Trawangan.Kami pun langsung mencari alamat hotel yang sebelumnya sudah saya pesan melalui online. Dan akhirnya kami berhasil menemukan hotel yang menarik, bangunan-bangunannya terpisah, seperti rumah tradisional suku Sasak. Tempat yang bagus untuk beristirahat dan bersih.Setelah beristirahat sejenak, aku dan Lucero menuju pinggir pantai untuk menikmati makan siang yang cukup telat sebenarnya. Dan haripun tampaknya akan hujan. Setelah kami selesai makan, dan menikmati es krim di penjual pinggir pantai, sambil bermain air laut, kami tertarik mendaftar untuk ikut Snorkling. Dengan biaya yang cukup terjangkau, Rp. 150.000 sudah termasuk jaket keselamatan.Esok paginya, kami pun berangkat bersama rombongan wisatawan untuk snorkling ke beberapa spot-spot menarik. Lucero sempat bertemu Kura-kura di bawah air laut, benar-benar menikmati keindahan Tuhan yang luar biasa ini. tak terhingga indahnya. Kami berkeliling ke beberapa titik snorkling di seputar kepulauan Gili.Setelah dua malam menikmati Gili Trawangan, kami kembali ke Bali, dan menikmati beberapa pantai-pantai lain di seputaran Bali. Menikmati senja. Dan kembali ke Jakarta dengan jalur perjalanan yang sama. Lucero, temanku itu merasakan sungguh terkesan dengan perjalanannya kali ini bersamaku. Tak terlupakan, begitu katanya.Dan akupun sungguh bahagia bisa memperkenalkan tempat-tempat menarik lainnya di seputaran Bali, juga Gili Trawangan kepada Lucero. Terima kasih Bali. Terima kasih Tolak Angin, kawan setia dalam perjalanan kami kali ini, mengatasi masuk angin dengan efisien.
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau