Mendaki Gunung Guntur yang Bikin Ketagihan
Rabu, 13 Feb 2019 14:50 WIB

Ryan Febriyan

Jakarta - Gunung Guntur di Garut cocok buat pendaki pemula. Setelah mendakinya, bukan tidak mungkin membuat traveler jadi ketagihan ingin naik gunung lagi.Saya menempuh penerbangan dari Palembang ke Jakarta dengan waktu sekitar 50 menit. Tiket penerbangan tersebut saya dapatkan dari aplikasi tiket.com, yang saat itu sedang ada promo. Lumayan banget buat travelling kali ini, yang emang super niat dari Palembang hanya untuk menuju Gunung Guntur.Saya menginap semalam di Jakarta, di hotel yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Pastinya menggunakan aplikasi tiket.com untuk memesan hotel tersebut #semuaadatiketnya.Keesekokan malam harinya, Setelah berkumpul bersama teman, kami menaiki bus menuju Garut, di mana Gunung Guntur berada. Sampai di kota garut sekitar jam tujuh pagi kala itu. Kami berhenti di SPBU Guntur, di sini sudah banyak mobil pick up yang mengantar kami untuk menuju basecamp Guntur. Perjalanan di mobil pick up sekitar 10 menit, tidak jauh, dengan biaya Rp 20.000 per orang.Sesampainya di basecamp, kami bersiap-siap untuk mendaki. Di sini terdapat warung-warung yang menyajikan makanan dan minuman. Lebih baik kalian membeli snack dan air minum untuk bekal selama di atas.Sebelum mendaki, kami mendata diri dulu dan diserahkan kepada petugas basecamp. Biaya masuk ke kawasan Gunung Guntur sebesar Rp 15.000. Terdapat tiga pos yang menjadi titik pencapaian kami hari ini, di mana di pos ketiga merupakan tempat mendirikan tenda dan menginap.Perjalanan awal dari basecamp menuju pos satu, kami melewati hutan belantara, sudah tersedia trek yang harus kami lewati. Jalurnya bukan tanah yang datar, melainkan berbatu. Sehingga kami juga harus waspada dalam melangkah.Perjalanan ini terus menanjak, apabila menoleh kebelakang, pemandangan kota Garut menjadi latar belakang kami. Cuaca kala itu sangat bersahabat, cuaca cerah tetapi tidak panas, tetap sejuk di hati. Kami menemukan beberapa titik tempat istirahat di mana terdapat warung yang menyajikan makanan dan minuman.Sesampainya di pos satu, kami beristirahat kembali. Di sini tersedia mushola apabila kalian ingin sholat, dan di sini tempat istirahatnya lebih nyaman, karena terdapat pondok-pondok untuk meluruskan kaki.Langkah kaki kami teruskan menuju pos dua. Dalam perjalanan pos dua tidak ada sama sekali warung, kecuali warung di pos dua. Di sini kami menikmati bakso, menghangatkan badan sejenak. Perjalanan dari pos dua ke pos tiga jalur treknya bebatuan besar, sehingga kami harus berjalan memanjat dari satu batu ke batu lainnya. Suara bising aliran curug mengiringi langkah kami menuju pos 3.Dalam setiap perjalanan, kami bertemu sesama pendaki yang mau naik dan juga yang sudah turun. Kami saling menyapa dan memberi semangat, bertanya dari mana dan kapan pulangnya. Dalam perjalanan, saya bertemu dengan lima orang bocah yang baru kelas tiga SMP. Bukan pertama kali ini mereka menuju Gunung Guntur. Saya merasa terhormat bisa bertemu dengan mereka, karena energi mereka yang tidak pernah lelah.Kami telah melalui waktu kurang lebih tiga jam untuk sampai ke pos tiga. Sesampai di pos tiga, rasa letih kami terpuaskan dengan melihat pesona pemandangan kota di depan kami. Kami harus mendata diri kembali di Pos tiga.Setelah itu kami harus mencari lahan untuk mendirikan tenda. Di sini telah banyak pendaki berkumpul dan memasang tenda mereka. Di pos tiga, tersedia mushola dan juga toilet yang bersih sehingga tak perlu khawatir.Cuaca lebih sejuk dan dingin, sehingga pastikan kalian harus membawa sleeping bag dan jaket. Setelah membangun tenda, kami bersiap untuk membuat makan malam, walaupun saat itu belum terlalu malam.Setelah malam tiba, pemandangan di depan kami sungguh indah. Namun suasana di sini semakin dingin, dan hujan mulai menyapa. Kami memasuki tenda masing-masing. Teman-teman yang lain menghabiskan malam sambil bermain kartu Uno, sedangkan saya dan dua teman lain memilih untuk beristirahat dan tidur. Esok pagi kami bangun jam 5 subuh, untuk melihat matahari terbit, tetapi sayang cuaca tak bersahabat, banyak kabut yang menghalangi pemandangan.Pagi itu kami memutuskan ke puncak Gunung Guntur. Perjalanan ke puncak memang tidak mudah, kami harus mendaki melewati jalur trek yang bebatuan. Karena pagi itu hujan, sehingga jalan yang lewati sedikit licin. Beberapa kali kami berhenti untuk istirahat, karena perjalanan memang membutuhkan tenaga yang luar biasa.Dari sini, bisa melihat jelas perkemahan kami di bawah sana, berdiri kokoh Sang Saka Merah Putih. Perjalanan sampai di puncak memakan waktu 2,5 jam. Sesampainya di puncak, kami beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga.Sebenarnya masih ada dua puncak lagi dalam rentetan Gunung Guntur, tetapi kondisi badan sudah tak bisa diajak kompromi. Akhirnya kami memutuskan untuk hanya sampai di puncak satu saja. Kami menghabiskan waktu untuk berfoto sambil menikmati pemandangan kota saat itu.Setelah satu jam berlalu, kami akhirnya turun. Ternyata perjalanan turun lebih mudah. Kami turun tidak melewati jalur saat naik. Perjalanan turun kami melungsur melewati bebatuan. Hanya menggunakan teknik seperti bermain ski, asal tau teknik nya saja, menggunakan tumit kaki untuk menapak dan sebagai sumber kekuatan. Perjalanan turun memakan waktu 50 menit.Setelah sampai di tenda, kami bersiap untuk memasak makan siang. Setelah makan, kami bergotong-royong untuk membersihkan peralatan makan dan membongkar tenda. Kemudian mulai packing kembali untuk turun ke kota Garut.Perjalanan turun kami lebih mudah dilalui, karena mungkin sudah tau medan perjalananya, tetapi tetap saja perjalanan turun membutuhkan tenaga yang luar biasa. Memakan waktu kurang lebih dua jam, kami harus melewati bebatuan yang licin.Karena malam akan segera tiba, kami terus berjalan. Sesampainya di basecamp, kami memutuskan beristirahat selama dua jam. Setelah mandi dan makan malam, kami kembali ke terminal Guntur untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan