Menikmati Dinginnya Istanbul di Penghujung Desember

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menikmati Dinginnya Istanbul di Penghujung Desember

Rizki Lesus - detikTravel
Sabtu, 24 Nov 2018 15:30 WIB
loading...
Rizki Lesus
Masjid Biru (Sultan Ahmed) pada saat senja.
Suasana taman di depan Masjid Biru. Tampak Museum legendaris Haga Sophia
Suasana Grand Bazar
Interior kubah masjid biru yang memikat
Selain winter kit, siapkan juga tolak angin untuk persiapan musim dinginmu!
Menikmati Dinginnya Istanbul di Penghujung Desember
Menikmati Dinginnya Istanbul di Penghujung Desember
Menikmati Dinginnya Istanbul di Penghujung Desember
Menikmati Dinginnya Istanbul di Penghujung Desember
Menikmati Dinginnya Istanbul di Penghujung Desember
Jakarta - Istanbul di Turki terletak pada persimpangan antara benua Asia dan Eropa. Mampir lah ke sana pada bulan Desember, tepatnya saat musim dingin.Dingin! Teriak saya dalam hati ketika menikmati liburan di Turki pada musim dingin. Angin musim dingin Desember seakan terus mengigit kulit. Namun, di tengah suhu 0- 8 derajat Celcius, Ibu Kota Turki Istanbul masih menjadi primadona destinasi wisata.Musim dingin tak menyurutkan wisatawan dari berbagai negara termasuk saya.Kota Istanbul merupakan salah satu kota tua di Asia sekaligus juga Eropa yang menyimpan puluhan hingga ratusan destinasi wisata, khususnya bagi para penikmat sejarah.Kota ini, disebut para sejarawan sebagai tempat terindah di dunia yang tiada tandingannya.Orang-orang Yunani menyebutnya 'Stin Polis' yang berarti di dalam kota atau ke kota. Tak ada tafsiran, selain kota itu sendiri dan inilah kota tiada bandingannya. Satu-satunya kota yang terhampar di antara dua benua.Selat yang airnya begitu tenang dan indah, terlihat sayup-sayup dari kejauhan beberapa menara menyembul dan rumah-rumah kian menyemut. Menara 'Menara Masjid Biru atau Sultan Ahmad menyembul. Masjid ini dikunjungi ribuan wisatawan setiap harinya.Ketika saya tiba di Masjid Biru, para pelancong sedang asyik menikmati keindahan arsitektur bangunan yang dirancang awal abad 17 ini.Dari Istana Topkapi yang tak jauh dari bukit sana, kita dapat melihat keindahan Masjid Biru berlatar selat Bosporus dan Laut Marmara. Masjid ini disebut Masjid Biru karena warna biru dominan di ubin interiornya yang begitu memikat.Di depan masjid ini, museum tersohor Haga Sophia berdiri, dipisahkan taman yang super besar. Di taman inilah aktivitas wisatawan begitu beragam. Saya bahkan ditawari untuk memberikan makanan kepada burung merpati.Para pejalan kaki hilir mudik dengan jaket tebalnya. Jalanan nyaman dan besar berpaving itu menghubungkan tempat bus-bus berkumpul, dengan pelataran besar di atas sana, di hadapan Bangunan 'Istanbul Buyuksehlir Bellediyes.'Β  Β Pohon-pohon yang seakan menggigil sehingga hanya nampak rantingya, membayangi jalur-jalur pejalan kaki di kota itu. Trem-trem biru seperti kapsul modern super panjang berjalan teratur.Tukang makanan dengan rapi berderet menjajakan jagung, donat hingga kebab. Saya pun tertarik untuk mencicipi kebab Turki yang kesohor di Indonesia itu. Padahal, di Turki memang susah ditemukan nasi hehe. Harganya kisaran 5Γƒβ€šΓ‚Β  lira atau 35 ribu rupiah.Masih banyak tempat wisata di Istanbul seperti Istana Topkapi, masjid-masjid tua, gereja tua hingga klub boleh Galata Saray, Benteng Muhammad Al Fatih, juga yang tak kalah penting adalah Grand Bazzar di pinggiran Selat Bosporus, belakang Masjid Sultan Ahmed.Selama dua pekan di Turki, ditemani jaket tebal dan syal saya menikmati tempat-tempat tersebut.Tak lupa, saya minum pula Tolak Angn untuk menjaga stamina dan tentu saja mengatasi masuk angin.Tolak angin terbukti manjur menghadapi ganasnya angin musim dingin. Saya tetap fit dan bisa menikmati sudut-sudut Istanbul hingga pulang ke Tanah Air. Sebelum pulang, sempatkan berkeliling di Grand Bazar.Kita bisa berbelanja makanan kacang khas untuk oleh-oleh. Sehari sebelum pulang, saya sempatkan berjalan-jalan di Grand Bazzar. Beragam oleh-oleh dijual di sini, mulai dari batu, kalung, manik-manik, baju, hingga makanan.Saya sendiri membeli teh Turki dan juga kacang khasnya dengan harga kisaran 10-20 lira per kg, kita bisa membawa beragam kacang ke Tanah Air. Sambil menikmati senja terakhir, saya duduk termenung di tepi Selat Bosporus, memandangi kapal yang hilir mudik, juga burung camar yang beterbangan. Kota ini benar-benar indah!Menutup catatan singkat ini, kita resapi ucapan sejarawan Prancis Petrus Gyllius memuji Istanbul,ΓƒΒ’Γ’β€šΒ¬ Aku merasa, sementara kota-kota lain adalah kota yang fana, kota ini akan bertahan selama ada manusia yang hidup di permukaan bumi
Hide Ads