Jakarta - Korea Selatan memang punya banyak daya tarik untuk wisatawan. Ke sini dengan solo traveling, asyik juga lho.Kutukan tiket promo mengantarkan saya ke Korea Selatan sendirian. Pesona alam Korea Selatan di musim dingin membuat saya memberanikan diri mengeksplor empat kota yang berbeda sendirian selama 10 hari serta membuktikan bahwa Negeri Ginseng merupakan negara yang sangat aman bagi solo traveller wanita.Gencarnya travel fair di Jakarta membuat saya dan dua orang teman membeli tiket promo ke Korea Selatan jauh-jauh hari, yaitu sekitar 6 bulan dari hari keberangkatan pada Desember 2015. Sialnya, sekitar tiga bulan kemudian, saya bertengkar hebat dengan salah satu teman tersebut hingga memutuskan tali pertemanan. Siapa sangka, satu bulan menjelang keberangkatan, bencana lain datang. Teman saya yang satu lagi, mendadak tidak jadi terbang karena ayahnya terkena kanker yang membutuhkan banyak biaya untuk pengobatan.Saat itu, saya panik luar biasa menerima fakta bahwa saya harus travelling sendirian ke Korea Selatan, sebab itu adalah kali pertama saya travelling sendirian ke luar negeri, selama 10 hari pula! Saya pun langsung membeli buku panduan travelling ke Korea Selatan serta mengumpulkan itinerary dari teman-teman saya yang sudah pernah ke sana. Berbekal buku panduan, Google, dan kumpulan itinerary tersebut, selama dua minggu saya menyusun rencana perjalanan saya sendiri sedetil mungkin. Setelah berhasil melewati serangkaian drama orang tua melarang saya pergi sendirian, berangkatlah saya ke Korea Selatan.Sesampainya di airport, masalah baru muncul. Pesawat Cathay Pacific yang akan saya tumpangi ke Korea, ternyata delayed dan akan menyebabkan saya tidak bisa mengejar connecting flight dari Hongkong ke Seoul. Dalam kebingungan, saya ikut antri bersama para penumpang lain menunggu solusi dari pihak maskapai. Akhirnya, saya dan beberapa penumpang Cathay Pacific yang hendak terbang ke Seoul, dialihkan ke pesawat Garuda Indonesia di jam penerbangan yang nyaris sama menuju Hongkong. Singkat cerita, kami tiba di Seoul dengan selamat.Hari pertama di Korea, hujan dan dingin sekali udaranya. Saya yang baru pertama kali travelling sendirian, ke luar negeri pula, merasa luar biasa hampa dan ngenes. Langsunglah saya minum Tolak Angin untuk mencegah dan mengatasi masuk angin, sebab saat saya sendirian dan kedinginan, tidak akan ada yang datang memeluk. Jadilah saya berjalan-jalan dalam kesepian mengunjungi Ewha Woman University yang terkenal akan arsitektur kontemporer berlapis kacanya yang super keren. Bagian dalam universitas ini pun bagus sekali, ada cafe-cafe keren, kantin super luas, toko-toko kecil, dan perpustakaan besar dan ruang belajar yang memberikan kenyamanan maksimal bagi para mahasiswi. Belum lagi tamannya yang luas dan cantik dengan pohon-pohon warna-warni. Tidak jauh dari kampus terdapat shopping street yang dipenuhi toko-toko, butik, Cafe, dan restoran yang semuanya bernuansa anak muda Korea. Banyak juga penjual jajanan khas Korea yang tentu saja saya coba sebanyak-banyaknya, ya kan, mumpung jalan sendirian, mau ngapain lagi kalau bukan makan terus.Saat saya bangun tidur keesokkan paginya, saya berkenalan dengan turis perempuan asal Filipina yang kebetulan tidur di ranjang sebelah saya (saya menginap di dormitory guesthouse yang satu kamar berisi 6 orang). Hari itu saya berencana pergi ke Everland, yaitu taman hiburan mirip Disneyland di Seoul. Si Filipina ini tadinya hendak ke Nami Island. Tapi karena saya merasa garing banget kalau pergi ke Everland sendirian, iseng-iseng saya ajak dia, eh dia mau! Jadilah kami berdua pergi ke Everland. Kebetulan saya punya voucher diskon tiket masuk yang bisa dipakai untuk berdua. Kalau ke Everland, pastikan Anda mencari voucher diskonnya dulu di Internet. Wahana permainan di Everland kurang lebih sama seperti taman hiburan pada umumnya yang juga memiliki zoo. Yang spesial, ada pertunjukkan laser Kpop Hologram Concert di studio khusus yang menyajikan sensasi seperti nonton konser sungguhan. Karena saya datang pada bulan Desember, dekorasi Natal sangat meriah. Pada malam hari, lampunya nyala semua, indah sekali, Anda bisa menyaksikan fireworks dan dilanjutkan dengan pertunjukkan pawai Christmas Parade yang sungguh meriah berhiaskan lampu neon warna-warni.Hari ketiga, saya naik kereta cepat alias KTX yang mahal banget itu ke Busan, kota terbesar di Korea Selatan setelah Seoul. Ketika sampai di Busan, saya kesulitan untuk mencari alamat hostel, padahal saya sudah mengikuti panduan jalan yang diberikan pihak hostel. Saya sempat bertanya kepada beberapa orang namun tidak cukup membantu saya menemukan rute berjalan yang tepat. Akhirnya, saya naik taksi ke hostel saking sudah lelah dan frustrasi narik-narik koper besar di jalanan sampai keringetan padahal udara cukup dingin. Oh iya, saya tidak membeli SIM Card maupun Wi Fi demi berhemat sehingga untuk berjalan-jalan di Korea, saya benar-benar hanya mengikuti panduan transportasi yang tercantum pada itinerary saya.Busan merupakan kota yang nyaman dan tenang, tidak ramai seperti Seoul, sehingga saya merasa sangat rileks. Selama tiga hari dua malam di Busan, saya mengunjungi banyak tempat. Favorit saya adalah Gamcheon Cultural Village, yaitu pemukiman rumah-rumah kecil yang dibangun berundak mirip seperti di Cinque Terre, Italia. Di sini Anda bisa main stamp hunting, yaitu mengekplorasi village untuk menemukan spot-spot tertentu yang tercantum pada peta kemudian meminta cap saat menemukannya. Permukaan tanah yang tidak rata dengan banyak sekali anak tangga yang tinggi-tinggi serta tanjakan ekstrim, membuat permainan ini sangat menantang dan cukup melelahkan, serta rawan tersesat karena rumahnya tampak mirip satu sama lain.Selain itu, Beomosa Temple yang terletak di perbukitan juga cukup mengesankan. Saya juga tidak lupa berwisata kuliner di area Seomyeon di downtown Busan dan mencicipi Hotteok (donat Korea berisi kacang merah yang enak sekali!) di area Nampo.Kembali ke Seoul, saya mengunjungi Gyeongbokgung Palace. Naas, karena saat itu hujan seharian dan dingin sekali udaranya, ketika sedang berpayung dan hendak memotret, akibat jari-jari tangan saya yang kaku kedinginan, handphone saya tergelincir jatuh dari tangan saya dan seketika lensa kamera belakangnya pecah menghantam batu lantai halaman istana yang sangat keras, begitupun casing-nya. Handphone tersebut baru dua minggu saya beli. Rasanya pingin nangis, kok apes banget ya. Nah, karena kamera belakang rusak, otomatis saya hanya bisa berfoto menggunakan kamera depan, dan dengan tab yang kebetulan saya juga bawa, tapi kan kualitas fotonya kalah jauh.Meskipun sedih, saya tetap melanjutkan perjalanan ke Samcheongdong-gil, yaitu jalan panjang yang dipenuhi dengan restoran, cafe, dan butik-butik lucu dan artsy. Ini merupakan jalanan favorit saya di Seoul karena sarat dengan nilai estetika dan seni kontemporer. Melalui salah satu gang di sini pula kita bisa mendaki mencapai Bukchon Hanok Village, pemukiman rumah tradisional Korea yang terletak pada permukaan tanah tidak rata seperti perbukitan; itu lho...lokasi syuting iklan white coffee yang dibintangi oleh Lee Min Ho. Ini juga merupakan tempat wisata favorit saya karena keunikannya. Sayangnya, kamera belakang handphone saya kan rusak, jadi foto-fotonya blur semua di sini. Hix.Esoknya, saya berangkat menuju Sockho, menginap satu malam di sana untuk mengunjungi Mount Seoraksan. Menaiki cable car sampai ke puncak pertama, saya terkesan dengan keagungan pemandangan pegunungan berlapis salju yang saat itu anginnya kencang sekali dan cukup berbahaya dan menyulitkan untuk berfoto lokasinya yang di tepi jurang. Tapi untungnya, saya sudah minum Tolak Angin yang efektif mengatasi masuk angin. Karena kondisi berangin itulah, saya tidak berani melanjutkan hiking ke puncak berikutnya, sebab jalurnya sendiri cukup curam.Dari Sockho, saya naik bus menuju Yongpyong. Di sinilah Yongpyong Ski Resort, ski resort terbesar di Korea Selatan berada. Karena belum pernah main ski dan biaya sewa alat dan course-nya mahal sekali, saya memutuskan untuk naik gondola ke pegunungan lokasi syuting Winter Sonata. Sungguh indah pemandangan alam yang dapat dinikmati dari atas. Terdapat beberapa banner Winter Sonata yang menunjukkan spot-spot syuting drama tersebut.Udara dingin yang menusuk tulang membuat turis-turis mempersingkat sesi foto-foto di area tersebut. Saya pun sangat kedinginan sampai tangan mati rasa, hidung seperti tersengat. Tapi karena saya percaya bahwa Tolak Angin sungguh mampu mengatasi masuk angin, saya pun dengan gigih menerjang salju dan asik berfoto di tengah pepohonan pinus yang tidak jauh dari situ. Di sinilah saya merasakan winter Sonata yang sesungguhnya. Meskipun jomblo, saya tetap hepi. Sore harinya, saya kembali ke motel. Dan tahukah Anda, saya satu-satunya tamu yang menginap saat itu?Keesokkan paginya, pemilik motel yang baik hati menyupiri saya ke peternakan biri-biri Daegwallyeong, gratis! Dan pulangnya pun dijemput lagi! Pemandangan alam pedesaan yang disuguhkan di peternakan tersebut luar biasa cantik, mirip seperti di Skotlandia. Saya pun menyempatkan diri untuk memberi makan biri-biri dan berfoto sampai puas.Sore harinya, saya sudah kembali ke Seoul. Saya mengunjungi pusat perbelanjaan Myeongdong, Namdaemun Market, serta berjalan-jalan di Namsan Park sebelum akhirnya menaiki cable car ke atas N Seoul Tower.Pada hari kesembilan, meski sempat salah naik kereta, sampailah saya di Nami Island. Karena sudah musim dingin, pepohonan di sana sebagian besar sudah botak. Tapi masih ada sebagian kecil pepohonan berdaun merah yang cantik difoto. Ternyata Nami Island itu kecil dan bisa dikelilingi dengan berjalan kaki. Tidak banyak yang bisa dilakukan di sana selain berfoto. Siangnya, saya bergegas naik bus menuju Petite France. Dekorasi Natal yang meriah sangat terasa di sana.Rumah-rumah kecil warna-warni pastel beserta aneka patung tokoh kartun lucu membuat area wisata ini semakin imut. Tempat kecil ini cukup ramai dikunjungi turis sehingga saya harus bersabar untuk berfoto. Malam harinya, dengan sisa-sisa tenaga, saya menyempatkan diri ke pusat perbelanjaan raksasa Dongdaemun. Saya memborong sheet mask sebagai oleh-oleh. Selain itu, saya sempat mengunjungi Cat Cafe dan juga berbelanja baju lucu untuk kedua anjing saya. Senang sekali, di Seoul, banyak toko yang menjual baju-baju anjing.Pada hari terakhir di Seoul, pagi-pagi saya mengunjungi Haneul Park. Lokasinya yang cukup jauh dan tersembunyi dari stasiun subway membuat saya tersesat hingga harus bertanya pada banyak orang di jalan. Taman ilalang tersebut sangat luas dan indah. Lokasi yang sempurna untuk duduk-duduk santai menikmati matahari di musim dingin.Malamnya, bersama dengan beberapa turis dari tempat saya menginap, saya pergi ke Trick Eye Museum dan Adult Love Museum yang letaknya bersebelahan di area Hongdae.Begitulah kisah perjalanan solo saya yang pertama, yang setelahnya membuat saya jadi lebih santai travelling sendirian. Tapi, menurut saya, tetap lebih enak travelling bareng teman karena lebih hemat dari segi biaya, ada yang bantu foto, dan mencegah timbulnya perasaan galau dan kesepian. Saya berharapTolak Angin dapat membawa saya kembali ke Korea Selatan supaya saya dapat mengulang foto-foto yang blur dan agar saya bisa lebih menikmati keindahan Negeri Ginseng tanpa dihantui perasaan kesepian lagi.Β
Komentar Terbanyak
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana