Pulau Posek, Perawan Tersembunyi di Kepulauan Riau

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pulau Posek, Perawan Tersembunyi di Kepulauan Riau

Cynthia NP - detikTravel
Selasa, 09 Okt 2018 14:50 WIB
loading...
Cynthia NP
Awan cantik di Pantai Obak
Ditambah pohon kelapa di sepanjang pesisir pantai
Pembukaan akses jalan dan pemasangan plang Pantai Obak
Kita bikin ayunan juga loh
Pulau Posek, Perawan Tersembunyi di Kepulauan Riau
Pulau Posek, Perawan Tersembunyi di Kepulauan Riau
Pulau Posek, Perawan Tersembunyi di Kepulauan Riau
Pulau Posek, Perawan Tersembunyi di Kepulauan Riau
Jakarta - Kepulauan Riau memiliki banyak destinasi pantai indah nan eksotis. Salah satunya adalah Pulau Posek yang masih perawan.Apa yang kamu pikirkan saat akan mengabdi ke sudut pulau terpencil yang bahkan namanya saja tidak akan kamu temukan di peta? Tidak ada listrik? Benar. Sulit air bersih? Benar. Susah jaringan? Benar.Sebagian besar orang termasuk saya akan berpikir kemungkinan-kemungkinan terburuk dan nyata saya alami. Tepatnya pada bulan Juli tahun lalu, saat mengabdi di Pulau Posek, Kabupaten Lingga, tepatnya di Desa Teluk Nipah.Pulau Posek bukanlah pulau besar nan cantik yang banyak dikunjungi wisatawan. Namun, saya tetap harus bersyukur atas apa yang ada di tempat ini.Setelah beberapa hari pengabdian di Teluk Nipah, bahkan menyeberang ke desa-desa lainnya untuk menjangkau masyarakat, saya dan tim 1 Ekspedisi Nusantara Jaya rute Kepulauan Riau berkesempatan untuk datang ke Desa Posek yang masyarakatnya masih asli penduduk desa.Perjalanan pengabdian ini bukanlah perjalanan main-main, tapi tantangan yang mengharuskanmu kuat. Kalau dari Batam, kamu harus menempuh perjalanan laut dengan Roro ke Lingga yang memakan hampir 24 jam perjalanan.Setelah sampai di Dabo, Lingga kamu harus menempuh perjalanan 3 jam menggunakan kapal berukuran sedang yang biasa dipakai masyarakat untuk menyeberang ke Pulau Posek.Dari tempat kami tinggal yaitu Teluk Nipah, harus menempuh perjalanan 2 jam lagi hingga sampai ke Desa asli Posek. Namun, setelah semua lelah, keringat dan beban saya selama mengabdi 10 hari tidak terasa lagi saat pertama kali saya turun dari kapal kecil yang membawa tim, dimana kapal hanya bisa bersandar beberapa meter dari pinggiran laut.Luar biasa perasaan yang saya rasakan saat kaki saya menyentuh air laut di Desa ini. Tidak terkatakan betapa bersyukurnya saya atas nikmat alam yang masih Tuhan titipkan kepada Desa ini. Ya, kami berhenti tepat di Pantai, dimana rumah rumah masyarakat berada tepat di belakang pantai ini.Pantai Obak, demikian masyarakat setempat menamakannya. Pasirnya yang putih, bebatuan yang masih alami, kerang-kerang yang tidak pernah terjamah, pohon kelapa yang berjajar rapi, air laut yang berwarna hijau, biru muda dan biru tua, ombak yang tenang datang silih berganti, tempat yang asri, sunyi, dan damai, itulah yang saya rasakan saat tiba di pantai ini.Tidak dapat saya dan tim gambarkan betapa bersyukurnya kami menemukan pantai ini. Bahkan menurut penuturan masyarakat setempat, belum pernah ada wisatawan yang datang ke tempat ini, satu lagi bonus untuk saya dan tim.Saya dan tim pun berusaha untuk membersihkan pantai, memasang ayunan, dan plang-plang kebersihan agar pantai ini tetap terjaga dan terawat, serta membuat akses jalan untuk masyarakat agar tetap berinteraksi dengan pantainya.Surga tersembunyi di Pulau Posek, begitulah saya dan tim menyebutnya. Saya dan tim juga selalu mengexplore tempat ini melalui media sosial.Jika diizinkan, mungkin pantai ini dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat dan membantu perekonomian masyarakat. Walaupun akses jalan yang sangatlah jauh, tapi saya tidak menyesal karena perjuangan saya terasa dibayar.Saya dan tim meminta izin kepada masyarakat setempat untuk membuka kunci nikmat alam ini. Saya berharap, Pantai Obak akan tetap indah seperti ini. Membuka tempat wisata dan mengundang para wisatawan. berharap, Pantai Obak menjadi tempat yang tidak terkunci lagi keindahannya.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads