Perjuangan Selamatkan Pendaki di Blank 75, Semeru

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

d'Traveler Jelajahi Indonesiamu

Perjuangan Selamatkan Pendaki di Blank 75, Semeru

I Gede Leo Agustina - detikTravel
Rabu, 15 Agu 2018 17:50 WIB
loading...
I Gede Leo Agustina
Gagahnya Mahameru dilihat dari Kali Mati.
Kami terpaksa menyalakan api demi menghangatkan pasien yg hipotermia.
Penampakan klinik blank 75 saat pagi.
proses evakuasi korban menuju Kali Mati.
Keesokan harinya, Aku dan Edo berhasil mencapai puncak Mahameru.
Perjuangan Selamatkan Pendaki di Blank 75, Semeru
Perjuangan Selamatkan Pendaki di Blank 75, Semeru
Perjuangan Selamatkan Pendaki di Blank 75, Semeru
Perjuangan Selamatkan Pendaki di Blank 75, Semeru
Perjuangan Selamatkan Pendaki di Blank 75, Semeru
Jakarta - Mendaki gunung bukan semata berdiri di puncaknya. Inilah kisah mendaki Gunung Semeru yang tak biasa, saat menyelamatkan pendaki lain.Hari itu, Minggu 15 Juli 2018 kelompok kami yg terdiri dari delapan orang merencanakan untuk menuju Puncak Semeru. Kami terbagi menjadi dua kelompok yg terdiri dari empat orang, kelompok pertama terdiri dari Suci, Tyas, Alan dan Bang Def yang mulai pendakian menuju puncak pukul 23.00 WI pada 14 Juli 2018. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari Edo, Gobeng, Wahyu dan saya sendiri (Gede Leo) memutuskan berjalan pukul 24.00 WIB.Kami mulai menyisir medan gelap dan menanjak. Jalur menuju batas vegetasi cukup menguras tenaga kami. Beberapa kali kami harus istirahat dan berpapasan dgn pendaki lain. Malam itu begitu indah, jutaan bintang menghiasi langit, kalau udara tidak dingin, ingin rasanya kami berhenti lama sambil menikmati indahnya malam itu. Sungguh damai.Beberapa lama berjalan, tidak disangka akhirnya kami dapat menyusul kelompok pertama. Kami pun memutuskan untuk treking bersama saja. Beberapa drama pun menghiasi perjalanan kami, ada yg tukang kentut, ada yang kebelet BAB dan harus menunggu. Gelak tawa memecah suasana senyap kala itu. Lumayanlah biar nggak terlalu capek dengan jalur yang lumayan membuat kami kelelahan.Beberapa saat kemudian, akhirnya sampailah kami dibatas vegetasi. Jalur di depan yang lebih terjal dengan kontur berpasir telah siap menyambut kami.Di sinilah kisah itu bermula, perjuangan antara hidup dan mati, mengalahkan ego kami yang 1000 % ingin menggapai puncak Mahameru.Samar-samar aku mendengar suara peluit di tengah deru napas dan debu tebal pagi buta itu. Aku sempet bertanya ke Gobeng yg berada di depanku. "Beng, kamu denger gak!? Kayaknya ada suara peluit". Tapi kami tetap melanjutkan perjalanan, mungkin itu pendaki yang kecapekan di tas pikirku.Beberapa saat kemudian terdengar suara minta tolong di sisi sebelah kiri jalur pendakian. Kali ini nggak cuma aku sendiri yang mendengarnya, rombongan kami semua juga mendengarnya. Serentak suasana pagi itu menjadi tegang.Semua berhenti mengamati dengan senter/ headlamp mencari sumber suara.  Orang-orang berteriak memanggil, memastikan suara itu adalah suara 'orang minta tolong'. Beberapa saat suasana lengang menunggu sahutan, tapi tetap senyap. Akhirnya terlihat lampu/senter. Orang-orang mulai riuh, ada yang menyuruh mematikan senter pendaki yang di bawah juga di atas.Posisi 'korban' bisa kami lihat lewat senter/headlamp yang dia pakai, berkedip-kedip.Suasana pagi itu sangat tegang dan riuh, jam saat itu kira-kira masih jam 02.00 WIB. Harus ada yg ke sana untuk menolong!Edo masih sibuk menyenter mencari jalur menuju si korban. Gobeng sempat bertanya ke Edo, "Do..gmn berani gak kamu??" Tidak perlu lama menunggu jawaban Edo, tiba-tiba Edo langsung loncat melipir, menyisir jalur ygan cukup curam.Waduh!! Gobeng nggak mau kalah dari Edo. Meminjam senterku, Gobeng langsung terjun menyusul Edo. Aku lihat dia sempet merosot ke pinggir jurang karena tidak bisa mengerem kakinya. Suasana makin menegangkan. Orang-orang heboh tidak sedikit juga yang cuma teriak-teriak.Beberapa menit yang menegangkan, akhirnya Edo dan Gobeng sampei di tempat korban."Gimana Dho, masih sadar gak orangnya?," kataku.  Sepi tidak ada jawaban. "Yu, mereka berdua bisa CPR gak?," tanyaku ke Wahyu.Sepertinya tidak bisa. Di seberang, dari lokasi korban Edho dan Gobeng teriak, "Kita butuh dua orang lagi nih, gak bisa kalo cuma berdua. Gimana Yu?".Dengan sigap Wahyu menyenteri jalur tebing, mengisyaratkan kalau dia mau ke tempat korban. Ok aku juga ikut! Kita k esana harus dengan persiapan yg lebih matang. Aku meminjam headlamp-nya Alan, Kamera Edho aku titipin ke Alan. Tak lupa juga bawa Oksigen (aku lupa siapa yang memberi tabung oksigen). Tidak ketinggalan bawa tongkat, siapa tahu bisa dijadikan tandu. Wahyu sudah siap, aku juga.Lompatan pertama jujur bikin horor. Aku dan Wahyu sudah seperti tupai, kaki seperti mode auto di melompat, menyisir pinggir jalur yg curam.Dho, posisi kalian di mana?Ya...di sini, di balik tebing!Gmn, masih sadar gak orgnya? Nadi dan napasnya ada gak?Msih sadar!! Edo menyahut.Akhirnya aku dan Wahyu sampai di TKP.Di sini ilmu ITLS terpakai. Oke didapat, korban laki-laki usia +-23th.an, BB: 55kg.an, posisi terlentang kaki kiri tertekuk, tangan kanan memegangi tangan kiri di atas dada, tidak ada perdarahan akibat luka, wajah pucat, bibir kering, napas spontan, nadi teraba lemah, menggigil, akral dingin.Aku bertanya nama sekaligus menilai status kesadarannya, namanya Mas.H (inisial korban), dari Surabaya, di sini sudah 1,5 hari.Kami berempat bingung, bagaimana cara evakuasinya? Oke, kita atasi dulu hipotermianya, dan kemungkinan korban dehidrasi dan kelaparan.Aku selimuti korban, untung aku selalu bawa kain. Terus kami beri minuman Bandrek, ya lumayanlah bisa menghangatkan sekaligus jad sumber energi. Baik, kita evakuasi sekarang, terlalu lama di sini takut makin buruk. Gobeng di depan tugasnya penunjuk jalan, Edho dan aku memapah korban, Wahyu membawa barang-barang korban.Dengan usaha keras akhirnya kami berhasil mengevakuasi dan sampai di jalur pendakian. Kok sepi, orang-orang yg koar-koar tadi pada k emana? Duh, benar-benar ya! Mungkin mereka lanjut muncak, semoga sukses! Cukup lama kami berhenti siapa tahu ada ygan bantuin buat evakuasi turun.Sampai kami ketemu guide yang bawa rombongan mtm* (salah satu acara petualangan di TV), kami lihat guidenya bawa radio/HT. Gobeng sempet meminta tolong buat infoin estafet ke bawah buat panggil bantuan, tapi banyak sekali alasannya sampai-sampai si Gobeng sempet emosi.Karena terlalu lama diam dan tidak jelas mau diapain, si korban mulai drop lagi, menggigil, hipotermia. Syukurlah kami ketemu rombongan pendaki baik yang meminjamkan sleeping bag. Kalau tidak salah rombongan dari Tangerang. Kami terus memberinya minuman hangat dan coklat agar energinya cepat pulih.Di sini kami bertemu pendkai baik, Lucky yang bersedia membantu evakuasi. Kami pakai matras, kami bungkus dengan SB, diikat webbing yg dipinjamkan oleh rombongan pendaki asal Malang. Kita bawa ke bawah batas vegetasi saja, di sana ada tempat agak lapang, anginnya juga tidak kencang kata mas Lucky.Wahyu di depan bertugas mencari jalan dan memberi tahu ke pendaki yang mau muncak untuk minggir, Edho mengangkat bagian kepala, aku dan Gobeng bagian tengah, mas Lucky bagian kaki. Mengesot di jalur berpasir dan berdebu.Beberapa saat kemudian kamipun sampai di lokasi yg dimaksud mas Lucky, di sana ada tugu bertuliskan 'Budianto on Memoriam', lumayan lapang. Di sini kamipun bertemu rombongan pendaki dari @melendoy_adventure yang kelelahan.Ada yang bawa kompor? Ternyata tidak ada, terpaksa kami membuat api (maaf kan kami ya petugas TNBTS, ini benar-benar urgent). Eng ing eng... Di sini malah nambah pasien, ada pendaki perempuan yang asmanya kambuh (tapi tidak bawa obat), ada juga pendaki perempuan yg sepanjang malam menangis karena 'diliatin' sesuatu.Suasana masih terkendali, hingga sesaat berubah tegang kembali..Pritt..priit...tolong!!Ada apa lagi ini!Lagi-lagi terdengar suara peluit dari atas batas vegetasi. "Pendakian macam apa ini? kenapa pas kami?" Suasana kembali tegang. Beberapa dari kami bergegas lari menuju ke atas memastikan apa yang terjadi termasuk Edo si kaki keceplosan.Semoga kali ini bukan dri blank 75 lagi. Beberapa saat kemudian, datanglah beberapa pendaki yang mengangkat seorang pendaki yang terkena hipotermia. Ini yang tiup peluit tadi, syukurlah seenggaknya tidak jatuh ke blank 75 lagi.Bergegas pendaki tersebut dibaringkan di dekat perapian, teman-temannya dengan sigap memberikan penghangatan, menyelimuti dengan emergency blanket, SB, memberi oksigen, minyak gosok hangat. Tingkat kesadaran korban sudah delirium.Kami berusaha menyadarkan korban dengan menepuk-nepuk wajah, mengajak berkomunikasi, intinya mencegah si korban agar tidak jatuh tertidur. Memberikan teh hangat. Dua orang teman korban bergegas turun ke bawah (ke Kali Mati) mencari bantuan. Sekalian menginfokan kondisi kami di sini bahwa ada beberapa 'pasien' yg memerlukan bantuan untuk evakuasi.Di sini kami cuma bisa menjaga pasien agar kondisinya tidak memburuk sampai bantuan datang atau sampai hari mulai terang. Di sisi timur, langit berwarna keemasan, perlahan mentari mulai muncul di balik garis cakrawala. Indah sekali! Aku sudah bisa membayangkan bagaimana kerennya di puncak Mahameru saat mentari terbit.Yahh walaupun kenyataanya kami sekarang berada di 'klinik blank 75' tapi tetep keren dan nikmatin sajalah. Okay, kondisi pasien-pasien kami sudah mulai membaik, yang hipo sudah mulai sadar, yang asma sudah baikan, yang 'nangis mulu' udah stop. Sekarang tinggal yang cidera kaki dan tangan masih jd PR kami, gimana evak ke bawah?Cara pertama masih pake matras diangkat di bagian atas, samping dan kaki. Tapi tidak efektif karena jalurnya sempit. Jadi kami ganti cara lain, digendong!? Kami pun meng-evak dengan cara lain, digendong. Walaupun sepertinya korban kesakitan karena kaki dan tangan kiri akan tertekuk, setidaknya saat ini cara itu yg paling mungkin.Kami pun menggendong secara bergantian, lagi-lagi Edho giliran pertama, gesit yahh! (entah gesit atau keceplosan lagi). Aku giliran menggendong yg ke-3 atau yg ke-4 (lupa). Lumayan engap juga napas menggendong korban walaupun jalur menurun. Beberapa teman dari @melendoy_adventure, mas Lucky dan lainnya juga ikut bergantian.Beberapa lama kami turun, kmi bertemu dengan pendaki (temannya pendaki yang kena hipo). Yamg turun mencari bantuan ke shlter Kali Mati. Mereka membawa kayu, kain sarung, tali/webbing yang bisa digunakan sebagai tandu. Pake tandu juga tidak semudah yg dibayangkan, kami harus ngesot-ngesot, jaga di atas, bawah, kanan, kiri juga di bawah tandu. Perjuangan keras, akhirnya kami sampai di shlter Kali Mati. Korban kami serahkan ke petugas/ranger yang brjaga di sana.Semua kembali ke tenda masing-masing, tapi sebelum itu dapat hadiah semangka dari Bu De yg jualan di Kali Mati, lumayan. Sebelum ke tenda, Aku, Edho, Gobeng dan Wahyu memastikan kalo si korban akan di evak ke Ranu Pani oleh petugas, jangan sampai terlantar di shlter. Tapi menurut petugas, korban akan di evak besok pagi. Mendengar jawaban petugas, setidaknya kami bisa lebih tenang kembali ke tenda.Kami kembali ke tenda, beres-beres, jemur baju, masak, bikin rujak dan menunggu rombongan kami (Suci, Tyas, Bang Def, Alan) turun summit. Sambal menunggu, kami ngobrol-ngobrol. Aku dan Edo punya ide buat extend satu malam lagi di Kali Mati. Aku dan Edo akan menuju puncak Mahameru lagi. Tapi Gobeng dan Wahyu mutusin tidak ikut muncak, karena masih lelah. Oke, rombongan kami yg summit sudah datang, mendengar ide kami mereka setuju untuk extend di kali mati menunggu Aku dan Edo.Malamnya aku dan Edho trekking menuju puncak lagi, Mahameru, Atap pulau Jawa, Salah satu impian ku, 'semoga gak ada suara prwitan lagi'. Fyi, Aku dan Edo summit jam 00.00 dan sampe puncak jam 0.15 WIB, kali ini perjalanan kami menuju puncak lancar dan aman. Akhirnya aku dan Edo berhasil menapakan kaki di puncak tertinggi pulau Jawa, puncak para Dewa, Mahameru, 3.676 mdpl.Itulah cerita petualanganku dan sahabat, perjuangan yang cukup keras tapi indah pada akhirnya. Anyway, ada tips nih bagi yang punya rencana traveling, biar perjalan kita saat traveling lebih mudah, nyaman dan praktis, kita bisa manfaatin aplikasi @pegi_pegi di smartphone kita.Jadi Saat traveling kita nggak perlu ribet lagi buat pesen tiket kereta api, pesawat, hotel/penginapan. Banyak kemudahan saat memesan penginapan di Pegipegi misalnya kemudahan saat pembayarannya, kita bisa pilih metode pembayaran sesuai keinginan (transfer, kartu kredit, pembayaran di swalayan, internet banking, dan cicilan). Kita bisa langsung pesan di Pegipegi, praktis, mudah banget dan banyak diskon pastinya. #Pegipegiyuk #JelajahiIndonesiamu
Hide Ads