Pelesiran ke Desa Konoha Ala Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

d'Traveler Jelajahi Indonesiamu

Pelesiran ke Desa Konoha Ala Indonesia

Yunanda Sari - detikTravel
Kamis, 30 Agu 2018 14:00 WIB
loading...
Yunanda Sari
Pemandangan sawah, mirip seperti Ubud, Bali
Para ibu bersama-sama menumbuk padi, untuk persiapan perhelatan
Mengayak hingga diperoleh butiran yang paling halus
Jajaran Leuit (lumbung padi) kepemilikan Abah
Desa ini terletak tepat di bawah kaki bukit
Pelesiran ke Desa Konoha Ala Indonesia
Pelesiran ke Desa Konoha Ala Indonesia
Pelesiran ke Desa Konoha Ala Indonesia
Pelesiran ke Desa Konoha Ala Indonesia
Pelesiran ke Desa Konoha Ala Indonesia
Jakarta - Desa Ciptagelar di Jawa Barat bakal memberikan pengalaman tiada dua. Desanya asri dan bersih, masyarakatnya ramah dan penuh kebudayaan.Pergi kemana kali ini? #Pegipegiyuk. Ini adalah cerita perjalanan saya empat hari ngebolang di alam berjalan kaki, garis bawahi ya, berjalan kaki. Waduh biar apa tuh kak jalan kaki? Biar keren saja.Engga deh ya, tujuan utamanya survey ya kawan-kawan. Jadi saya memperoleh mandat dari organisasi di kampus untuk memeriksa kondisi medan dan lapangan buat persiapan pendidikan dasar (diksar) angkatan baru. Mereka juga akan melaksanakan perjalanan dengan berjalan kaki. Sebagai pendamping wajib hukumnya memastikan kondisi alam yang akan dilalui layak untuk dilewati dan aman sebelum kegiatan dilakukan. Perlu perencanaan dan persiapan yang matang dikala melakukan kegiatan yang ekstrim. Salah Satunya memilih dan memesan transportasi. @pegi_pegi jadi selalu jadi pilihan saya setiap akan membeli tiket. Selain mudah, layanan Pegipegi juga memberikan Travel Tips supaya perjalanan jadi menyangkan dan lancar.Saya tidak sendiri pada petualangan ini. Dua orang rekan yang tangguh ikut menemani. Adapun jalur yang kami lalui dimulai dari Kabandungan - Gunung Halimun - Pasir Rengit - Hutan Pameungpeuk -Kasepuhan Ciptagelar - Pantai sekitar Samudra Beach Hotel - Pantai Cikembang. Dari perjalanan ini, ada satu tempat wisata yang apik diceritakan sekaligus penentu hidup mati kami. Destinasi ini merupakan desa utama yang harus kami capai sebagai tanda kami tidak tersesat di hutan. Terbebas dari jalan setapak, rimba, dan deretan perbukitan, tibalah saya di suatu desa yang masih kental dengan adat Sunda.Desa ini terletak di antara bukit-bukit persis seperti desa Konoha dalam serial Naruto. Bernama Kasepuhan Ciptagelar, tempat wisata ini secara administrasi berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, di selatan Banten. Alam di sini masih terjaga dan asri, langitnya biru, jauh dari polusi, tidak bikin sumpek dan penduduknya ramah.Normalnya orang-orang berkendaraan berkunjung ke sini dari arah Pelabuhan Ratu. Ada jalur lainnya jika sanggup jalan kaki naik turun bukit dan menyebrangi sungai (seperti saya). Mengunjungi desa ini amat direkomendasikan menggunakan motor trail atau 4 wheel drive. Jarak tempuh lebih kurang 28 km dari Samudra Beach Hotel, Pelabuhan Ratu atau menghabiskan waktu sekitar empat jam. Jangan gunakan motor matic! Serius, kasian motornya, kasian kamu juga sih.Saya sangat suka dengan arsitektur bangunan dan hunian penduduk di sini. Tradisional dan artistik. Konstruksi utama bangunan menggunakan material dari alam yaitu perpaduan kayu dan bambu. Bagian dinding terbuat dari anyaman bambu sedangkan lantai terbuat dari kayu. Ciptagelar dipimpin oleh seorang kepala adat yang dipanggil dengan sebutan Abah.Abah tinggal di Imah Gede. Imah Gede juga digunakan untuk menyambut dan tempat tamu beristirahat. Ciptagelar sering mengadakan upacara adat, salah satunya Seren Taun. Upacara ini terkenal meriah karena digelar dalam rangka panen padi. Sayangnya kedatangan kami tidak bertepatan pada masa panen. Untungnya, kunjungan kami bertepatan dengan perayaan empat belasan yang rutin diadain tiap bulan.Ini adalah peringatan ketika bulan penuh atau bulan purnama setiap tanggal empat belas kalender adat sunda. Berbagai pagelaran ditampilkan seperti wayang golek, angklung dan jipeng di malam hari. Jipeng adalah pentas musik khas Sunda. Di siang hari, para ibu sibuk menumbuk beras menjadi tepung menggunakn lesung.Pekerjaan khusus dilakukan oleh wanita. Perempuan dalam masa menstruasi tidak diperbolehkan membantu dan disarankan tidak berada di sekitar tempat pembuatan tepung beras. Mereka bergotong-royong melakukan prosesi ini dari awal hingga akhir. Ada yang menumbuk beras, ada yang mengayak hingga diperoleh tepung yang halus.Tepung ini akan dibuat menjadi papais. Di tempat lain papais dikenal sebagai nagasari. Kearifan lokal masyarakat ini cukup unik. Misalnya perempuan harus mengenakan kain panjang, sedangkan laki-laki wajib memakai tutup kepala. Membangun rumah juga ada aturan adatnya, bikin leuit (lumbung padi) juga diatur jumlahnya per kepala keluarga. Sebagai informasi, kearifan Ciptagelar mengajarkan masyarakatnya menghargai padi kawan-kawan. Mata pencaharian utama penduduknya adalah menanam padi.Padi tidak boleh diperlakukan sembarangan dan bahkan tidak boleh dijual. Ada hukuman adat bagi siapapun yang melanggar. Ada yang keren juga di sini. Desa ini sudah mampu menerapkan teknologi ramah lingkungan. Semua diusahakan secara mandiri, misalnya listrik. Listrik dihasilkan dari tenaga turbin bukan jasa PLN. Mereka juga punya saluran televisi sendiri lho, namanya Ciga TV. Bagaimana, setuju dengan saya destinasi ini harus dimasukkan dalam daftar wisata indonesia yang wajib dikunjungi? Ayo #JelajahiIndonesiamu
Hide Ads