d'Traveler Jelajahi Indonesiamu
Bertualang Sejauh 652 Km Menuju Lombok
Jumat, 31 Agu 2018 16:15 WIB

Yasa Sidik Permana
Jakarta - Lombok di NTB adalah tempat petuualangan yang seru. Inilah kisah perjalanan yang tak terlupakan ke sana.Siapa yang tidak tahu pulau Lombok? pulau Lombok adalah salah satu dari dua pulau terbesar di propinsi Nusa Tenggara Barat, yang juga merupakan bagian dari kepulaun sunda kecil. Pulau Lombok terbagi menjadi 4 kabupaten dan 1 Kota, yaitu kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Lombok Timur, dan Kota Mataram sebagai ibukota propinsi Nusa Tenggara Barat.Daya tarik utama pulau Lombok dimata para wisatawan adalah potensi alam dan kebudayaannya, tidak heran banyak sekali wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri menjadikan Pulau Lombok sebagai salah satu tujuan wajib ketika traveling.Salah satu momen terbaik dalam hidup saya adalah pernah mengunjungi pulau Lombok bersama teman-teman untuk traveling selama 4 hari. Satu bulan sebelum menginjakkan kaki di pulau Lombok, kami berkumpul dan sepakat untuk pergi traveling bersama dengan rencana perjanan yang kami susun sendiri, mulai dari rincian biaya, keberangkatan, destinasi yang dikunjungi, penginapan, transportasi, hingga kepulangan, pada hari itu juga kami sepakati pulau Lombok menjadi tujuan traveling kami selama total 6 hari termasuk perjalanan pulang-pergi dari Yogyakarta.Memiliki selang waktu satu bulan mengharuskan kami untuk berbagi peran, beruntung saya ditunjuk untuk mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan keberangkatan dan kepulangan, yaitu memilih jenis transportasi yang akan digunakan dengan mempertimbangkan biaya dan estimasi waktu yang paling efisien.Kami berencana berangkat menggunakan kereta api terlebih dahulu dari Yogyakarta menuju Surabaya, lalu dilanjut dengan pesawat dari Surabaya menuju Lombok. Kenapa tidak langsung naik pesawat dari Yogyakarta menuju Lombok? Alasannya, karena kami ingin menekan biaya seminim mungkin, mengingat waktu menabung untuk segala biaya yang kami keluarkan selama traveling hanya sekitar satu bulan, sehingga transportasi murah menjadi solusi kami untuk menekan biaya yang harus dikeluarkan.Berbicara tentang biaya transportasi murah, saya memesan tiket kereta api dan pesawat melalui aplikasi @pegi_pegi karena harga lebih terjangkau, tampilannya pun mudah dipahami dan langkah-langkah untuk memesan tiket terbilang mudah untuk orang awam seperti saya, selain itu banyak promo menarik yang sayang untuk dilewatkan. Melalui aplikasi Pegipegi kita juga bisa memesan hotel, sangat praktis karena hanya dari 1 aplikasi, kebutuhan trasportasi dan penginapan selama traveling bisa terpenuhi.Yang menarik perhatian saya ketika membuka aplikasi @pegi_pegi adalah adanya menu Travel Tips dimana kita para traveler bisa mendapatkan banyak sekali informasi seputar dunia traveling, panduan selama traveling, tips-tips bermanfaat ketika traveling, dan masih banyak info lainnya yang pastinya berguna dan menambah wawasan kita sebagai traveler.Pada Hari keberangkatan, kami berkumpul di stasiun Lempuyangan Yogyakarta pukul 18.00 WIB untuk bersiap menaiki kereta api yang berangkat pukul 19.00 WIB. Dengan estimasi perjalanan sekitar 6 jam, sampailah kami di stasiun Gubeng Surabaya pukul 01.00 dini hari, selanjutnya adalah menuju Bandara Juanda mengunakan taksi online untuk menaiki pesawat yang lepas landas pukul 07.00 pagi.Karena masih banyak waktu sampai pukul 07.00 pagi, kami secara bergantian mengistirahatkan badan dengan tidur diruang tunggu yang pada saat itu sudah penuh dengan penumpang lain yang juga menunggu dibukanya penerbangan pagi. Sebisa mungkin kami harus memejamkan mata walaupun hanya sebentar, mengingat begitu sampai di Bandara Internasional Lombok kami harus langsung memulai petualangan hari pertama, yaitu mengunjungi desa Sade dan dilanjut mengeksplore sisi selatan pulau Lombok dengan menaiki 'mobil perang' yang sudah mengunggu kedatangan kami diparkiran bandara.Hari PertamaPerjalanan kami berbeda dengan wisatawan pada umumnya ketika traveling ke pulau Lombok, karena selama 4 hari berpetualang kami menaiki 'mobil perang', begitu kami menyebut sebuah mobil jenis Land Rover berwarna hijau army milik seseorang atas rekomendasi dari teman yang pernah berkunjung ke pulau Lombok sebelumnya.Tanpa pikir panjang kami langsung menggunakan jasa beliau karena harga yang ditawarkan cukup murah, selain itu kami menganggap dengan menaiki 'mobil perang' selama berpetualang adalah sebuah pengalaman baru yang tidak semua orang bisa dapatkan. Jujur saja, menaiki 'mobil perang' selama 4 hari di pulau Lombok membuat kami sedikit bangga, namun di sisi lain kami juga merasakan sebuah penderitaan, penderitaan karena jok mobil ini tidak menggunakan bantalan sehingga sangat keras, bisa dibayangkan selama berjam-jam duduk beralaskan besi, ah lebih baik tidak usah dibayangkan karena itu cukup menyakitkan.Hari Pertama kami mulai dengan mengunjungi desa Sade, letaknya sekitar 10km sebelah selatan Bandara Internasional Lombok. Desa Sade adalah desa yang masih mempertahankan keaslian adat suku Sasak, bisa dibilang desa Sade adalah cerminan asli suku Sasak Lombok, masyarakat Sade masih memegang teguh adat suku Sasak hingga kini, walaupun letaknya tepat dipinggir jalan utama dan dikunjungi ratusan wisatawan tiap harinya, masyarakatnya sangat ramah dan masih menyuguhkan suasana asli pribumi Lombok. Ketika memasuki gerbang desa Sade, wisatawan langsung disuguhi tari peresean, dimana 2 orang lak-laki melakukan pertarungan bersenjatakan tongkat rotan dan perisai kulit kerbau, diakhir pementasan pengunjung yang beruntung diajak para penari untuk menjajal sendiri keseruan dari seni tari Peresean.Usai menyaksikan pertunjukan tari peresean, pengunjung diajak untuk berkeliling desa sade, kita bisa melihat rumah asli suku Sasak yang mereka sebut dengan nama Bale, Bale beratapkan ijuk, dengan dinding bambu dan beralaskan tanah. Fakta menarik dari Bale adalah beberapa hari sekali masyarakat desa Sade mengepel lantai Bale dengan kotoran kerbau, uniknya tidak ada bau kotoran kerbau yang berbekas sehingga para wisatawan merasa nyaman ketika berkeliling desa Sade.Puas mempelajari budaya suku Sasak di desa Sade, kami melanjutkan perjalanan menuju si selatan pulau Lombok untuk offroad menuju pantai yang masih sepi, dimana lokasinya belum diketahui banyak wisatawan karena berbagai faktor, salah satunya karena susahnya akses untuk menuju lokasi dan hanya bisa dicapai dengan kendaraan-kendaraan tertentu (inilah salah satu alasan kami menyewa mobil land rover). Trek yang kami lalui untuk menuju lokasi kedua ini tidak semulus ketika menuju desa Sade, kali ini kami membelah perbukitan, melewati jalan dengan kontur bebatuan, dan beberapa kali melewati tanjakan yang membuat kami teriak-teriak, teriak karena panik dan teriak karena pantat kesakitan.Setelah menempuh perjalanan yang luar biasa, sampailah kami di pantai Ebuak, pantai yang jauh dari pemukinan dimana sejauh mata memandang hanya ada barisan perbukitan di belakang dan lautan luas tepat didepan. Pantai Ebuak memiliki 1 karang menjulang sebagai cirinya, suasana disini begitu tenang dan segar, cocok untuk istirahat sejenak setelah badan ini dipontang-panting selama perjalanan. Setelah cukup beristirhat dan mengabadikan keindahan pantai melalui bikikan kamera, kami melanjutkan petualangan menuju Pantai Tanjung Aan yang lokasinya tidak jauh dari pantai Ebuak, sesekali kami berhenti ditengah jalan untuk mengabadikan cantiknya lukisan alam disore itu.Perjalanan hari pertama kami tutup dengan menikmati sunset dan kelapa muda di pantai Tanjung Aan, usai matahari terbenam kami menuju penginapan yang terletak di kota Mataram untuk segera beristirahat agar badan kami segar kembali, karena petualangan dihari kedua tidak kalah menarik dari hari pertama.Hari KeduaRasanya belum sah ke pulau Lombok kalau belum menginjakkan kaki di pulau Gili Trawangan, kata-kata inilah yang paling sering kita dengar dari orang-orang yang pernah traveling ke pulau Lombok. Di hari kedua ini kami menuju pulau Gili Trawangan, pulau kecil yang sangat populer dikalangan wisatawan manca Negara, karena memang di Gili Trawangan lebih banyak dikunjungi wisatawan manca negara daripada wisatawan lokal, itulah fakta yang saya lihat sendiri selama berada di Gili Trawangan. Untuk menuju Pulau Gili Trawangan kami harus menyebrang melalui pelabuhan Bangsal yang berada di Lombok Utara untuk menaiki kapal menuju Gili Trawangan dengan harga tiket Rp 15.000 per orang, cukup terjangkau karena ini adalah transportasi umum menuju ke Gili Trawangan.Banyak hal menarik yang membedakan Gili Trawangan dengan pulau kecil lainnya, seperti tidak adanya kendaraan bermotor, disini hanya ada sepeda dan kereta kuda khas NTB yang biasa disebut cidomo, selain itu kita bisa melihat sunset dan sunrise sekaligus di pulau yang memiliki panjang 3km dan lebar 2km ini, hanya dengan 15 menit bersepeda menuju sisi sebaiknya dari pelabuhan kapal Gili Trawangan.Tidak banyak yang bisa saya ceritakan dihari kedua ini, dikarenakan selama di Gili Trawangan kami menghabiskan banyak waktu dipenginapanan untuk tidur karena rasa lelah yang menumpuk dari hari pertama masih membayangi kami dihari kedua ini, dan entah kenapa gravitasi diatas kasur menjadi lebih berat dan sulit rasanya untuk keluar kamar lalu jalan-jalan, haha.Padahal rencana awal kami, setelah menikmati sunset adalah mengunjungi salah satu Bar yang ramai pengunjung untuk menikmati hingar-bingar malam di Gili Trawangan, namun rencana itu hanya menjadi wacana karena usai mengabadikan indahnya sunset Gili Trawangan kami melanjutkan perjalanan kami di alam mimpi sampai pagi.Hari KetigaTidur selama kurang lebih 10 jam membuat badan kami kembali segar dan siap untuk melanjutkan petualangan di hari ketiga ini. Usai sarapan, kami menyebrang menuju pelabuhan Bangsal dimana mobil perang andalan kami terparkir untuk bergegas menuju destinasi selanjutnya yang tidak kalah menarik dan menjadi salah satu wisata unggulan di pulau Lombok, yaitu air terjun Tiu Kelep. Air terjun Tiu Kelep berada di kaki gunung Rinjani, tepatnya berada di Desa Senaru, Kabupaten Lombok Utara, jaraknya sekitar 60 km dari pelabuhan Bangsal, atau sekitar 90 menit berkendara.Air terjun Tiu Kelep memiliki ketinggian sekitar 42meter yang menghujam lurus kebawah, dimana ada 1 air terjun yang menonjol didepan, dan dibelakangnya terdapat beberapa grojogan yang jatuh melewati dinding tebing, sehingga air terjun ini terlihat lebar dan gagah. Untuk mencapai lokasi air terjun pengunjung harus trekking terlebih dahulu, jalur trekkingnya juga tidak main-main karena selain trek Panjang yang didominasi oleh anak tangga, kita juga harus melewati aliran sungai yang menjadikan trek ini terasa luar biasa dan menguras banyak tenaga, dengan beratnya trek menuju lokasi air terjun Tiu Kelep tidak heran banyak porter/ guide yang menawarkan jasa mereka didepan loket masuk.Walaupun sudah ramai dikunjungi wisatawan, air terjun Tiu Kelep masih menyajikan kesan alami dan bersih, dibeberapa titik menuju lokasi air terjun banyak kita jumpai tempat sampah dan shelter untuk beristirahat karena memang trek menuju lokasi cukup berat.Setelah trekking kurang lebih 45 menit melewati berbagai medan terjal yang membuat kami bermandikan keringat, sampailah kami di area air tejun Tiu Kelep. Tidak bisa dipungkiri, kegagahan air terjun Tiu Kelep menyihir siapapun yang datang dan menyaksikan langsung dari dekat, bahkan kami sempat terdiam beberapa detik ketika bertatapan langsung dengan air terjun Tiu Kelep. Air yang jatuh mengujam kebawah menghasilkan suara gemuruh yang menggelegar, cipratan airnya pun membasahi siapapun yang berada di radius puluhan meter dari air terjun. Sangat disayangkan jika sudah sampai di lokasiΓΒ air terjun tidak menjajal kesegaran air yang mengalir di kaki gunung Rinjani ini, tidak perlu takut tenggelam kalaupun tidak bisa berenang, karena kedalaman kolam yang berada tepat didepan air terjun hanya setinggi pinggang orang dewasa, hanya saja kita harus selalu berhati-hati dan tidak boleh terlalu dekat dengan air terjun.Tidak banyak pengunjung yang berlama-lama ketika bermain air, karena dingin airnya membuat siapapun menggigil kedinginan, tapi konon katanya jika kita berendam di air terjun Tiu Kelep dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit dan membuat awet muda. Disini saya jarang mengeluarkan kamera untuk mengabadikan kegagahan air terjun Tiu Kelep, karena cipratan air dari air terjun Tiu Kelep membasahi apapun yang berada didekatnya, sehingga saya harus membatasi diri ketika mendokumentasikan air terjun daripada nanti satu-satunya senjata saya untuk mengabadikan indahnya alam Indonesia rusak karena kemasukan air.Perjalanan pulang menuju penginapan yang berada di Kota Mataram membutuhkan waktu yang cukup lama jika ditempuh dari lokasi air terjun Tiu Kelep yang berada di kabupaten Lombok Utara, sehingga pada pukul 4 sore kami harus mengakhiri keseruan di air terjun Tiu Kelep untuk bersiap pulang ke penginapan. Dari lokasi air terjun menuju parkiran kendaraan kami harus menghadapi kenyataan untuk melewati jalur trekking jahat itu sekali lagi. Benar saja, ketika berangkat kami membutuhkan waktu 45menit untuk trekking, ketika pulang kami menghabiskan waktu lebih dari 60menit karena kami beberapa kali berhenti untuk beristirahat dishelter yang sudah tersedia dijalur trekking.Hari KeempatHari keempat kami mengunjungi tempat wisata yang bernama Kebon Irup Adventure, disini kami akan menjajal serunya river tubbing menyusuri aliran sungai yang penuh dengan jeram menantang. Kebon Irup Adventure berada ditengah area persawahan luas, sehingga untuk mencapai lokasi, pengunjung harus memarkir mobil perang dipinggir jalan lalu dilanjut dengan trekking menyusuri hamparan persawahan disiang yang sangat terik. Jujur saja teriknya matahari di pulau Lombok terasa lebih menyengat daripada di Jogja sehingga ketika trekking dihamparan persawahan rasanya kulit ini seperti ditusuk jarum panas, situasi ini membuat kami ingin segera bertemu air sungai yang dingin dan segar.Sesampainya di area Kebon irup Adventure kami tidak langsung memulai aktivitas river tubbing, karena pagi tadi belum sempat sarapan, sehingga kami harus mengisi perut terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas, menu makan kali ini benar-benar menggugah selera makan kami, pepes ikan dengan bumbu rempah-rempah menghasilkan citarasa yang luar biasa, kami makan dengan lahap dan tak bersisa sedikitpun, karena ditengah aliran sungai nanti tidak ada warung yang bisa mengisi perut kami jikalau tiba-tiba terasa lapar.Selesai sarapan, kami bersiap untuk memulai river tubbing, tapi sebelum turun ke sungai kami harus memakai peralatan standar keselamatan seperti pelampung/ life jacket, helm, pelindung lutut & siku, ban yang akan kami naiki, dan yang tidak boleh ketinggalan dan harus selalu dibawa adalah kamera. Setelah semua terpakai dengan benar, selanjutnya adalah melakukan pemasan agar badan menjadi rileks dan terhindar dari kram selama mengarungi sungai, setelah itu kami harus mendengarkan guide yang menjelaskan secara terpernci tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan hingga cara/ tips yang benar dalam melakukan river tubbing.Setelah semua siap, kami bergegas menuju titik start yang berada tepat didepan grojogan/ air terjun, pemandangan indah ini menumbuhkan semangat dan rasa percara diri kami. Kami turun ke sungai secara bergantian dan menaiki ban masing-masing membentuk formasi garis lurus, dimana ujung depan dan ujung belakang adalah guide yang siap siaga jika kami memerlukan bantuan mereka. Awalnya saya mengalami banyak kendala ketika berhadapan dengan jeram karena ukuran ban yang tidak sesuai dengan badan besar saya, namun seiring berjalannya waktu saya bisa menyesuaikan dan tidak terjauh lagi ketika bertemu dengan jeram kecil, akan tetapi tetap terjatuh ketika bertemu jeram yang ganas.Walaupun kami menaiki ban sendiri-sendiri, bukan berarti selama menyusuri sungai kami hanya memikirkan diri sendiri, ketika ada teman yang jatuh ataupun ketika ada ban yang tersangkut batu besar, seseorang yang berada paling dekat harus berusaha membantu agar team tetap dalam formasi dan tidak terpisah.Setelah menyusuri setengah perjalanan selama kurang lebih 40menit dengan melewati berbagai jeram menantang, kami berhenti sejenak ditepian sungai untuk beristirahat dan mengecek perlengkapan. Setelah semua dipastikan aman, kami kembali menaklukkan jeram di setengah perjalanan terakhir menuju garis finish, kali ini jeram yang menghadang lebih menantang daripada sebelumnya, beberapa jeram berhasil menyapu bersih kami semua, dan beberapa jeram lainnya berhasil memporak-porandakan formasi, namun semua dapat diatasi dengan kerja sama dan kesigapan guide kami.Tak terasa sudah 90 menit kami melakukan river tubbing menyusuri sungai dengan jeram yang luar biasa ini, sampailah digaris finish dengan selamat bercampur rasa puas dan bahagia karena petualangan terakhir dari rangkaian 4 hari di pulau Lombok ini sangat istmewa.Hari ini menjadi hari terakhir petualangan kami di pulau Lombok, karena esok harus pulang ke Yogyakarta pukul 07.00 pagi. Sehingga dimalam hari keempat ini kami harus berkemas agar besuk tidak terburu-buru. Selama berpetualang di pulau Lombok saya sangat menikmati dan merasa bahagia, semua itu tidak lepas dari rancangan rencana perjalanan yang kami buat bersama-sama, semua berjalanan lancar tanpa hambatan, estimasi biaya yang dikeluarkan pun tidak meleset jauh dari apa yang kami rinci sebelumnya.4 Hari yang sangat berkesan dan akan selalu terkenang, petualangan ini menjadi sejarah baru dalam hidup saya dan semoga cerita ini memberikan pandangan untuk para pembaca yang ingin traveling ke pulau Lombok. Terakhir dari saya, mari kita panjatkan doa untuk saudara-saudara kita di pulau Lombok dan sekitarnya yang sedang tertimpa musibah gempa bumi, semoga mereka diberi ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini, amin.@pegi_pegi #Pegipegiyuk #JelajahiIndonesiamu
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour