Kisah Perjalanan Darat Rp 600 Ribu Sampai ke Labuan Bajo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Perjalanan Darat Rp 600 Ribu Sampai ke Labuan Bajo

jangandiamterus backpacker - detikTravel
Kamis, 27 Sep 2018 10:49 WIB
loading...
jangandiamterus backpacker
ugc
ugc
ugc
ugc
ugc
Kisah Perjalanan Darat Rp 600 Ribu Sampai ke Labuan Bajo
Kisah Perjalanan Darat Rp 600 Ribu Sampai ke Labuan Bajo
Kisah Perjalanan Darat Rp 600 Ribu Sampai ke Labuan Bajo
Kisah Perjalanan Darat Rp 600 Ribu Sampai ke Labuan Bajo
Kisah Perjalanan Darat Rp 600 Ribu Sampai ke Labuan Bajo
Jakarta - Backpacking lewat jalur darat ke Labuan Bajo? Tentu saja bisa! Simak kisah perjalanan jalur darat ke Labuan Bajo selama 17 hari yang cuma habis Rp 600 ribu ini.Di bulan Agustus 2016, kisah petualangan ini dimulai dengan salim kepada orang tua sebelum pergi meninggalkan rumah."Serius nih uang Rp 600 ribu doang?" tanya saya dalam hati saat masih di dalam kamar."Oke! Don't think, just go bray!" Lagi, saya menyakinkan perjalanan ini dari dalam hati.Beruntunglah kalian, karena membaca tulisan ini. Ya, dalam kesempatan yang berbahagia ini. Saya pengen sharing ke kalian semua tulisan dari petualangan saya ke Labuan Bajo dengan mengantongi uang yang hanya 600 ribu rupiah.Gimana caranya dengan uang segitu? Naik apa? Aman nggak? Perjalanannya gimana? Ini serius nggak sih?Iya, ini serius. Makanya, baca dulu sampai habis.Pernah dengar Labuan Bajo? Kalau sudah, saya jamin pasti kalian pengen banget ke sana. Bukan cuma Bali yang bisa bikin kita jatuh cinta, Labuan bajo juga!Mungkin, Labuan Bajo belum sepopuler Bali dan Lombok pada tahun 1996, dimana Instagram belum lahir. Karena, dari Instagram lah yang akhirnya tempat wisata di Indonesia semakin tersebar di dunia. Itu gapapa, justru atau malahan bagus.Labuan Bajo terletak di Nusa Tenggara Timur. Labuan bajo memiliki banyak pemandangan yang menakjubkan. Dari mulai alam, budaya, dan masyarakat lokalnya.Terdapat pulau-pulau yang cantik menghiasi setiap sisinya seperti surga dunia yang telah Tuhan ciptakan untuk kita. Banyak turis asing berbondong-bondong untuk bisa menapakkan kaki dan melihat secara langsung keindahannya.Kita nggak cuma disuguhi warna cantik yang menghiasi langit-langitnya. Ada juga pulau-pulau dan pemandangan bawah lautnya yang bikin nggak mau pulang!Di balik itu, ternyata orang asli Kampung Komodo itu ramah-ramah banget. Awalnya sih, saya takut untuk memulai perjalanan ini. Terlebih, teman-teman saya pada berkomentar negatif tentang orang-orang Timur. Padahal mereka belum pernah ke sana.Singkat cerita, ternyata teman-teman saya salah pandang, maksudnya mungkin yang dia lihat kebetulan yang negatifnya saja. Nyatanya setelah saya menginjakan kaki di Tanah Timur, orang-orang di sana nggak seperti apa yang teman saya bilang.Seperti di Kampung Komodo, saya dipeluk sangat erat, dianggap sebagai saudara baru, dan disambut hangat layaknya anak yang baru pulang dari rantau.Sabar mendengar kisah perjalanan. Diajak keliling Komodo dengan menaiki kapal pribadinya. Setidaknya itulah yang saya rasakan saat begitu sangat dekat dengan masyarakat lokalnya. Itulah yang bikin saya semakin jatuh cinta dengan backpacking.Saya pergi ke Labuan Bajo jalur darat selama 17 hari melewati Yogya, Banyuwangi, Bali, Lombok, Sumbawa, Dompu dan Bima. Dari situlah akhirnya saya berhasil sampai di Labuan Bajo dengan cara yang berbeda.Backpacker adalah cara yang tepat untuk kantong mahasiswa yang uangnya pas-pasan kaya saya. Ternyata dari backpacker inilah saya menemukan perjalanan yang unik, bertemu dengan orang lokal dengan kepribadian yang berbeda-beda, saling tolong-menolong tanpa melihat latar belakang saya di saat perjalanan berlangsung.Pergi berpetualang dengan keyakinan, karena petualang itu harus mandiri, harus bisa berpikir positif, harus bisa survive di tempat asing. Suka dengan tantangan, harus siap dengan resiko-resiko yang bisa muncul kapan aja, dan harus siap dengan segala kondisi apapun.Dari Jakarta, saya menggunakan kereta api tujuan Lempuyangan, Yogya. Pastikan harus membeli tiket keretanya terlebih dahulu. Tidak disarankan untuk duduk di atap kereta menggunakan karpet. Selanjutnya, bisa langsung ke Stasiun Banyuwangi.Setelah itu, jalan kakilah sampai di Pelabuhan Ketapang untuk menyebrang ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali.Selanjutnya, dari Pelabuhan Gilimanuk bisa langsung menggunakan bus atau menumpang dengan tujuan Padang Bai. Kemudian, dari Padang Bai menyeberang lagi naik kapal fery ke Pelabuhan Lembar, Lombok.Dari Lombok, bisa langsung bisa naik angkot ke Pelabuhan Khayangan untuk menyeberang lagi ke Pelabuhan Pototano, Sumbawa. Dari tadi, banyak banget nyeberang. Ya, namanya juga jalur darat.Nah, Dari Sumbawa suasana sudah berubah. Mulai terlihat gersang. Debu mulai bertebangan dan panasnya terik matahari yang menggebu-gebu.Dari Pelabuhan Pototano, kamu bisa menumpang atau menggunakan bus tujuan Sumbawa Besar-Dompu-Bima. Dari Bima, kamu bisa langsung ke Pelabuhan Sape untuk menyeberang ke Pelabuhan Labuan Bajo.Biaya yang saya keluarkan ke Labuan Bajo saat itu nggak sampai Rp 450 ribu. Berikut rinciannya:- Pasar Senen-Yogya (lempuyangan): Rp. 104.000 (kereta)- Lempuyangan-Banyuwangi: Rp. 94.000 (kereta)- Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk (Bali): Rp 6.000 (ferry)- Pelabuhan Gilimanuk-Pelabuhan Padang Bai (bali): Rp. 50.000 (bus)- Pelabuhan Padang Bai-Lembar (Lombok): Rp. 35.000 (ferry)- Pelabuhan Lembar-Khayangan (Lombok): Rp. 95.000 (angkot)- Pelabuhan Khayangan-Pelabuhan Pototano (Sumbawa): GRATIS! (ferry)- Pelabuhan Pototano-Sumbawa Besar: GRATIS! (mobil pick up)- Sumbawa Besar-Dompu: GRATIS! (mobil pick up)- Dompu-Bima: GRATIS! (mobil pick up)- Bima-Pelabuhan Sape: GRATIS! (angkot)- Pelabuhan Sape-Labuan Bajo: GRATIS! (ferry)- Pelabuhan Labuan bajo-Komodo: GRATIS! (perahu)Banyak gratisnya? Ya, kita juga nggak tahu. Namanya juga rezeki.Dari Jakarta, memakan waktu 7 hari sampai Labuan Bajo jalur darat. Untuk sampai Labuan Bajo selama 7 hari itu, saya lakuin mulai dari menumpang kapal, truk, berjalan kaki, sesekali naik angkot lokal.Kadang, di perjalanan nggak selalu mulus. Di perjalanan saya disuguhi banyak pengalaman seru, aneh, unik dan menegangkan.Dari mulai diusir supir angkot, dilarang ke Lombok hingga dipaksa naik angkot di perbatasan layaknya maling yang di seret-seret, di interogasi di perbatasan hingga frustasi karena uang menipis.Di Bali, selama satu harian itu saya enggak kemana-mana. Hanya duduk di sudut bibir pantai, karena uang saat itu enggak lebih dari Rp 30 ribu. Jadi cuma duduk saja lihatin bule-bule lalu lalang ke sana ke mari. Rasanya beli kopi saja saya masih mikir 5 kali.Tetapi, di balik kendala dan musibah Tuhan masih punya kejutan untuk para petualang. Surprise yang enggak saya duga akan datang dengan sendirinya. saya juga menemukan orang baik di setiap pulau yang saya datangi.Seperti di Bali, saya dapat tumpangan gratis sama mobil gas elpiji walaupun duduknya dempet-dempetan, desek-desekan di dalam, kaki harus naik ke atas, tas keril harus dipangku karena saking sempitnya, tapi saya bersyukur banget masih ada orang yang punya hati yang baik untuk sekedar berbagi tempat duduk.Lalu, saya ketemu remaja masjid di Lombok dan dikasih tempat untuk tidur, makan, mandi. Yang paling saya nggak habis pikir, mereka semua remaja masjid di Lombok ngebayarin saya naik kapal mewah yang ada tempat tidurnya.Lagi dan lagi, mendapatkan tumpangan mobil bak terbuka bersama manusia dari seni bangunan ke Sumbawa. Yang bikin terharu ternyata saya juga diantar sampai Dompu dengan perjalanan 6 jam lebih.Lebih terharunya lagi, saya diperlakukan seperti saudaranya sendiri dikasih makan berkali-kali, tempat tidur di basecamp anak-anak CB Dompu.Di Bima, saya ketemu cucu pengusaha air mineral dan lagi-lagi ditraktir makan junkfood dan bekal uang untuk bertahan hidup. Itu salah satunya, karena masih banyak lagi yang saya alami selama perjalanan ini berlangsung. susah, sedih, frustasi, depresi. Semuanya, saya rasain dan saya nikmatin.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads