Naik Gunung Raung via Rute Klasik

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Naik Gunung Raung via Rute Klasik

Jetrani Reza Dias - detikTravel
Rabu, 10 Jan 2018 13:55 WIB
loading...
Jetrani Reza Dias
Puncak Raung via Sumber Wringin
Basecamp Sumber Wringin
Briefing dan berdoa sebelum memulai pendakian
Turun dari puncak
Masak dulu buat isi perut sebelum turun
Naik Gunung Raung via Rute Klasik
Naik Gunung Raung via Rute Klasik
Naik Gunung Raung via Rute Klasik
Naik Gunung Raung via Rute Klasik
Naik Gunung Raung via Rute Klasik
Jakarta - Sejumlah jalur yang bisa dilewati saat mendaki Gunung Raung di Jawa Timur. Salah satunya disebut classic route, yaitu lewat Sumber Waringin, Bondowoso.Classic route? Ya, disebut demikian karena jalur pendakian Gunung Raung yang paling populer dan difavoritkan oleh para pendaki adalah via Kalibaru, Banyuwangi. Namun kali ini saya melakukan pendakian via Desa Sumber Wringin, Bondowoso.Jalur ini kurang favorit karena mungkin aksesnya yang masih agak susah dan juga jalurnya yang bisa dibilang kalah menantang dibanding Kalibaru bagi sebagian orang meski bagi saya setiap jalur pendakian gunung memiliki ciri khasnya masing-masing.Gunung Raung adalah salah satu dari beberapa gunung yang masih aktif di Indonesia. Merupakan bagian dari kelompok pegunungan Ijen yang terdiri dari beberapa gunung. Ada Gunung Suket (2.950 mdpl), Gunung Pendil (2.338 mdpl), Gunung Rante (2.664 mdpl), Gunung Ijen (2.443 mdpl) dan beberapa gunung lainnya. Puncak Gunung Raung via Sumber Wringin memiliki ketinggian 3.332 mdpl.Kalian perlu tahu kalau sejauh ini ada 4 jalur pendakian yang bisa kita lewati yakni Via Sumber Wringin. Satu-satunya yang melalui Bondowoso. Sedangkan ketiga jalur lain ada di Banyuwangi yaitu Via Kalibaru, Via Glenmore dan Via Jambewangi.Menggunakan kereta api Sri Tanjung dari Yogyakarta pukul 07.00 pagi, saya dan teman tiba di Stasiun Jember pukul 18.25 petang. Kami segera ke terminal Arjasa guna menaiki bus jurusan Jember-Bondowoso.Dari Bondowoso kita menuju daerah Wonosari. Kalau naik angkutan umum kita turun di pertigaan Gardu Atak/Atap. Dari pertigaan harus naik angkutan lagi menuju ke Desa Sumber Wringin, dilanjutkan ke Wisma Pesanggrahan, yaitu pos perizinan atau basecamp pendakian yang berupa bangunan tua peninggalan Belanda.Untuk biaya menginap termasuk tarif pendakian, bagi pendaki dari luar kota dipatok Rp 10.000 per orang, sudah bebas menggunakan kamar mandi dan juga parkir kendaraan, sedangkan yang dari Bondowoso dan sekitarnya cukup membayar seikhlasnya. Total anggota tim kami adalah 21 orang sehingga kami menyewa truk yang akan mengantar dan menjemput kami lagi dari BC-Pondok motor dengan tarif Rp 60.000 pulang pergi.Lama pendakian kami saat itu adalah :1.Basecamp-Pos 1 Pondok Motor 45 menit-1 jam. Jalur ini lebar dan bisa dilalui kendaraan bermotor. Jika jalan kaki diperkirakan bisa memakan waktu hingga 3 jam jadi sebaiknya naik pick up atau truk supaya menghemat energi.2. Pos 1-Pos 2 yakni Pondok Sumur 4 jam 25 menit. Jalur menuju Pos 2 sedikit menanjak, melewati ladang warga, kebun kopi, hutan ilalang setinggi dada dan melewati hutan yang lembab dan rimbun. Pastikan kalian memperhatikan batang pohon yang diberi tanda dengan pita atau rafia supaya tidak salah jalan. Pondok Sumur cukup luas dan bisa digunakan unuk mendirikan tenda.3. Pos 2-Pos 3 Pondok Tonyok 2 jam 15 menit. Jalan makin menanjak secara perlahan, dedaunan makin rapat dan rimbun. Banyak batang pohon besar yang tumbang dan bekas terbakar di sejumlah titik. Sesekali kita akan menemukan pohon arbei dan suara burung juga serangga bersahutan.4. Pos 3-Pos 4 Pondok Demit 1 jam. Pondok Demit tidak terlalu luas, cukup untuk mendirikan 2 atau 3 buah tenda jika sudah kelelahan.5. Pos 4-Pos 5 Pondok Mayit (1 jam 15 menit). Pos 5 atau Pondok Mayit merupakan tempat favorit untuk mendirikan tenda dan bermalam. Area ini mampu menampung hingga 10 tenda dan tanahnya pun datar. Kami tiba di sini sekitar pukul 18.00 petang setelah berjalan hampir 11 jam dan memutuskan untuk bermalam di lokasi ini.Menuju PuncakDini hari, pukul 02.00 kami semua bangun karena maksimal pukul 03.00 kami sudah harus siap menuju puncak.6. Pos 5-Pos 6 Pondok Angin (40 menit). Menuju ke Pondok Angin, bisa dibilang menuju batas vegetasi. Pohon mulai jarang, hanya ada beberapa pohon pinus dengan jarak yang berjauhan. Sejumlah ranting dan batang pohon nampak terbakar di sana-sini.7. Pos 6-Memoriam Deden Hidayat-Puncak Raung (1 jam 30 menit). Selepas batas vegetasi, kami sampai di batu memoriam Deden Hidayat, salah satu pendaki yang meninggal dunia ketika mendaki Gunung Raung.Jalur menuju puncak adalah jalur maut karena kanan-kiri adalah jurang. Lebar jalur kurang lebih setengah meter dan sedikit berpasir. Ketelitian, kesabaran, dan kerja sama sangat dibutuhkan. Di tengah jalan, ketika berbalik, kita akan melihat pemandangan yang luar biasa yaitu deretan pegunungan Jawa Timur seperti Gunung Semeru, Argopuro, Ijen, Kawah Wurung, Kawah Ilalang.Setelah berhenti beberapa kali, akhirnya kami berhasil tiba di puncak. Kaldera Raung nampak jelas di depan mata. Memiliki kedalaman hingga 500 meter, kaldera ini merupakan kaldera kering yang terbesar di Pulau Jawa dan terbesar kedua di Indonesia setelah Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat.Puas menikmati pemandangan, kami segera kembali ke tenda karena pendakian ini ditarget hanya 2 hari 1 malam. Perjalanan turun sungguh cepat, jam 9 pagi kami sudah sampai lagi di Pondok Mayit.Selesai memasak makan siang dan bekal untuk di jalan, jam 12 siang kami semua sudah selesai membereskan barang-barang dan siap kembali pulang. Kami hanya membutuhkan waktu 5-6 jam untuk turun hingga tiba di Pondok Motor dan siap kembali ke basecamp dilanjutkan ke rumah masing-masing. Satu hal yang saya sadari dari perjalanan ini, bahwa tidak ada pendaki lain yang kami temui baik ketika naik maupun turun. Hanya kami.Berminat mendaki juga via classic route ini? Percayalah, kalian harus mencobanya.
Hide Ads