Jelang Tahun Baru Imlek, Ayo Wisata ke Petak 9
Senin, 12 Feb 2018 10:55 WIB

Maya Septhiana

Jakarta - Kawasan Petak 9 di Glodok selalu menjadi pusat keramaian jelang Tahun Baru Imlek. Ayo kita ramai-ramai ke sana minggu ini!Wisata di Jakarta identik dengan TMII, Ancol, ataupun Ragunan. Pengen coba wisata yang berbeda cobalah pergi ke Glodok. Selama ini, glodok memang dihuni mayoritas etnis Tionghoa dan ternyata banyak tempat yang seru untuk dikunjungi di kawasan ini.Β Membuat liburan di Jakarta menjadi serasa di Beijing, tidak percaya, silahkan simak catatan perjalanan berikut.Tempat pertama yang akan kita kunjungi adalah Candra Naya, sebagian besar dari kalian mungkin asing dengan nama tempat ini. Candra Naya adalah bekas kediaman Mayor Khouw Kim An, seorang mayor Tionghoa terakhir di Batavia.Β Bangunan ini ditetapkan menjadi cagar budaya di Jakarta. Rumah ini awalnya milik seorang tuan tanah bernama Khouw Tian Sek yang diberikan kepada putranya, Khouw Tjeng Tjoan yang memiliki 14 istri dan 24 anak.Β Tak heran, jika di dalam rumah terdapat pesan-pesan untuk hidup rukun dan damai. Rumah tersebut kemudian diwariskan Khouw Tjeng Tjoan untuk putranya yang bernama Khouw Kim An.Candra Naya terletak di dalam hotel komplek Green Central City yang terdiri dari hotel Novotel dan apartment, setelah sebelumnya mengalami penolakan untuk dipindahkan ke TMII.Β Gedung Candra Naya memiliki arsitektur bergaya Tionghoa yang cukup kental. Bagian sampingnya diapit oleh dua gardu Jaga di bagian kanan dan kiri dan bagian atapnya melengkung dengan kedua ujungnya terbelah dua.Β Rumah dibangun dengan memperhatikan Feng Shui yang baik terbukti rumah ini memiliki sirkulasi udara yang bagus, terutama di bagian belakang rumah.Β Di dalam rumah juga terdapat banyak ornamen, seperti segi delapan penolak bala, hiasan berupa jamur lingzhi yang melambangkan umur panjang serta hiasan bergambar buku yang melambangkan pemilik rumah adalah seorang cendekiawan selain hartawan.Lanjut ke pemberhentian selanjutnya, berjalan ke arah pasar kawasan Petak Sembilan, tepatnya di Gang Gloria kita bisa bersantai menikmati Kopi Es legendaris Tak Kie.Β Di gang Gloria memang terdapat banyak penjual makanan dan minuman ringan, namun untuk kalian yang muslim ada baiknya untuk menanyakan kehalalan dari setiap makanan/minuman yang dijual terlebih dulu ya. Kopi Es Tak Kie sendiri menyediakan 2 pilihan kopi, yaitu Kopi Hitam dan Kopi Susu.Berjalan menyusuri gang-gang di petak sembilan kita akan menemukan Vihara Dharma Jaya Toasebio. Vihara ini adalah salah satu Vihara Buddha tertua di wilayah ini.Β Asap hio begitu tercium hingga ke sudut ruangan, silih berganti orang datang untuk berdoa pada 18 altar dewa-dewi yang ada.Β Pada tahun 1740, bangunan seluas 1.324 meter persegi ini pernah terbakar dan menjadi saksi pembantaian tragedi Angke yang merupakan pembantaian kolonial Belanda terhadap etnis Tionghoa.Selanjutnya, kita pergi ke Gereja St. Maria de Fatima. Gereja katolik berasitektur Tionghoa ini selesai dibangun pada tahun 1954. Gereja ini berada di sebelah sekolah Ricci dan berada dibawah yayasan yang sama dengan sekolah tersebut, yayasan Ricci.Β Di gereja ini terdapat patung Maria de Fatima yang berasal dari Italia Utara karena itulah gereja ini dinamakan Gereja St Maria de Fatima.Β Arsitektur yang terdapat pada gereja ini membuat keunikan tersendiri, pilar, altar, ventilasi serta banyak ornamen lainnya semua bergaya Tionghoa sesuai dengan etnis masyarakat sekitarnya.Terakhir, kita mengunjungi Vihara Dharma Bakti. Vihara Dharma Bhakti dikenal sebagai vihara paling tua yang dibangun pada tahun 1650 oleh seorang Liutenant Tionghoa, Kwee Hoen.Β Pada awal berdirinya, vihara ini dinamakan Koan Im Teng (Paviliun Koan Im). Arsitektur bangunan ini didominasi warna merah serta terdapat ukiran kayu, jendela bundar yang mengapit pintu utama, ukiran huruf China pada pilar-pilar, patung dewa, gambar naga, dan burung hong yang menghiasi vihara ini seolah menambah semarak estetika yang dimilikinya. Di bagian luar Vihara juga terdapat taman kecil nan cantik.Selain kelima tempat yang sudah saya jelaskan tadi, masih banyak hal-hal menarik yang bisa ditemukan sepanjang perjalanan ini. Seperti, gang kemenangan yang terdapat gapura bergaya Tionghoa, Pantjoran Tea House yang menyediakan 8 teko teh cuma-cuma untuk siapa yang ingin minum atau yang dikenal dengan tradisi patekoan, atau pun cempedak goreng Cik Lina yang menggugah selera.Jadi, siapa bilang wisata di Jakarta cuma gitu-gitu aja. Wisata di Chinatown bisa jadi salah satu pilihan nih traveler. Apalagi bisa #walkingtourjakarta, let's try.
Komentar Terbanyak
Banjir Bali, 1.000 Hektar Lahan Pertanian per Tahun Hilang Jadi Vila
Warga Harap Wapres Gibran Beri Solusi Atasi Banjir Bali
Belum Dibayar, Warga Sekitar Sirkuit Mandalika Demo-Tagih ke ITDC