Tradisi Minum Teh yang Jadi Lambang Kebersamaan Orang Tionghoa

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tradisi Minum Teh yang Jadi Lambang Kebersamaan Orang Tionghoa

Brigida Emi Lilia - detikTravel
Jumat, 16 Feb 2018 13:35 WIB
loading...
Brigida Emi Lilia
Teko dan cangkir yang diletakkan di atas meja kecil di depan tea house.Teko dengan pita diatasnya berisi teh manis , sedang teko tanpa pita berisi teh pahit.
Inilah pantjoran tea house yang menyiapkan teh bagi masyarakat umum.Gedung yang terletak di mulut Jalan Pancoran , Glodok mudah sekali terlihat saat kita tiba di sini.
Letak bangunan yang berada di depan kawasan Glodok , membuat tempat ini ramai dilewati pengunjung.
Salah seorang pejalan kaki yang singgah untuk menikmati teh .
Tradisi Minum Teh yang Jadi Lambang Kebersamaan Orang Tionghoa
Tradisi Minum Teh yang Jadi Lambang Kebersamaan Orang Tionghoa
Tradisi Minum Teh yang Jadi Lambang Kebersamaan Orang Tionghoa
Tradisi Minum Teh yang Jadi Lambang Kebersamaan Orang Tionghoa
Jakarta - Ada sebuah tradisi Tionghoa yang masih bertahan di Indonesia, minum teh. Awal mulanya tradisi ini dibawa oleh seorang Kapten China di kawasan Glodok.Di sebuah meja kecil terdapat tulisan 'Tradisi patekoan, silahkan minum, teh untuk kebersamaan, teh untuk masyarakat'. Ternyata ada kisah dibalik tradisi itu.Tradisi itu dimulai oleh kapiten Gan Djie dan istrinya. Kapten kapal warga China ketiga tersebut selalu meletakkan 8 teko teh untuk pedagang keliling dan orang-orang yang kelelahan di depan kantornya. Kantornya sendiri berlokasi di di daerah Patekoan atau di jalan Perniagaan sekarang. Delapan teko ini menjadi asal mula nama daerah Patekoan.Semangat solidaritas keberagaman ini kemudian oleh Lin Che Wei, dicoba dituangkan ke gedung apotek chung hwa yang terletak di jalan pintu besar selatan yang sekaligus merupakan mulut jalan pancoran Glodok. Gedung Apotek itu merupakan gedung pertama di mulut pintu gerbang kawasan inti kota tua jakarta yang telah dinominasikan kementrian pendidikan dan kebudayaan kepada UNESCO sebagai situs warisan dunia, meski belum termasuk sebagai cagar budaya, keberadaan bangunan tersebut sejak 1928 menjadikan gedung ini sebagai saksi penting kawasan glodok.Awal mula derah tersebut di sebut Glodok menurut warga setempat diambil dari suara air yang mengalir dari pancuran kanal. Suaranya berbunyi, grojok, grojok. Sehingga akhirnya menjadi Glodok. sedangkan pancuran sendiri mengilhami nama Pancoran. Kawasan ini memiliki peran penting dalam proses berdirinya kota Batavia.Di jalan Pancoran in, gedung apotek Chunghwa berdiri , gedung yang dimiliki perseorangan ini kemudian direvitalisasi selama 16 bulan sejak September 2014 dan diresmikan pada tangal 15 Desember 2015 .Gedung ini kemudian difungsikan sebagai rumah teh bernama Pantjoran Tea House.Saat tengah berada di kawasan Glodok, silahkan berkunjung dan menikmati teh yang disediakan secara cuma-cuma dan nikmati kisah patekoan yang coba dibagi rumah teh ini. Teh ini disediakan setiap hari, saat akhir pekan teh akan lebih cepat habis dibandingkan saat hari kerja.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads