Sumba 'Rasa' Afrika, Bikin Jatuh Cinta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sumba 'Rasa' Afrika, Bikin Jatuh Cinta

Wayan Pai - detikTravel
Jumat, 20 Okt 2017 11:12 WIB
Sejauh mata memandang savana cantik menghampar
Di desa Tarung ini masih banyak ditemui sarkofagus
Sumba Rasa Afrika, Bikin Jatuh Cinta
Sumba Rasa Afrika, Bikin Jatuh Cinta
Jakarta - Panorama alam Sumba disebut-sebut mirip dengan Afrika yang eksotis. Inilah pemandangan yang akan bikin traveler jatuh hati dengan Sumba.Pulau Sumba masuk dalam provinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya berada di sebelah barat laut Sumbawa, berbatasan dengan Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di selatan dan tenggara.Β  Di bagian timur terletak Laut Sawu serta di sebelah selatan dan barat Samudra Hindia.Saat pesawat kami mendarat di airport Umbu Mehang Kunda Waingapu kami segera melanjutkan perjalanan darat menuju tempat pengrajin tenun ikat yang banyak dicari oleh para peneliti dunia dan penggiat textile nasional.Dengan berkendara selama 20 menit dari Umbu Mehang Kunda kami tiba di kampung Haumara, desa yang ditinggali oleh para pengrajin tenun ikat khas Sumba Timur. Kami bertemu dan belajar dengan mama pengrajin tenun ikat dari proses pewarnaan yang masih menggunakan bahan dari alam ,tehnik menenun serta makna corak khas tenun sumba timur yang berbeda dengan Sumba Barat.Kami pun kembali melanjutkan perjalanan mengunjungi desa Pau dan berkesempatan bertemu dengan raja terakhir serta berbincang-bincang, suasana dan tradisi yang masih kental sangat terasa di desa ini.Masyarakat Sumba sebagian besar masih menganut kepercayaan animisme Merapu, kristen protestan dan katolik. Rumah khas penduduk Sumba yang tidak berjendela dan upacara kematian yang dirayakan dengan meriah. Ada yang khas dari rumah rumah mereka dimana di halaman rumah selalu ditemui Sarkofagus yaitu satu peninggalan jaman megalithikum yang berfungsi sebagai keranda dari batu besar berbentuk lesung atau palung dengan ditutup atasnya .Setelah terpesona dengan kain ikat Sumba Timur dan belajar budaya masyarakat Sumba, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Sumba Tengah dan Barat. Jalan yang mulus dan berbukit mengingatkan saya akan sajak penyair terkenal Taufik Ismail 'Beri Daku Sumba'.Perbukitan savana sepanjang mata memandang dengan kuda liar dan kerbau dikejauhan. Kami pun berhenti sejenak untuk berfoto dan meresapi sensasi angin di tengah savana di bukit yang pernah menjadi lokasi syuting film nasional karya Garin Nugroho dan Mira Lesmana."Rinduku pada Sumba adalah rindu padang padang terbuka. Di mana matahari membusur api diatas sana".....sepenggal sajak karya Taufiq IsmailΒ  yang diterbitkan pada tahun 1970 dengan judul Beri Daku Sumba membawa saya dalam perjalanan kali ini ke Sumba.Tunggu apa lagi segera rasakan sendiri dramatisnya landskap Sumba, tentunya tidak ketinggalan membeli kain tenun ikat khas Sumba nan cantik.
Hide Ads