Air Terjun Super Jernih di Bogor

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Air Terjun Super Jernih di Bogor

Derry Nurmansyah - detikTravel
Rabu, 02 Agu 2017 11:30 WIB
loading...
Derry Nurmansyah
Curug Ciampea dengan airnya yang super jernih
Green Lagoon dengan airnya yang super jernih
Green Lagoon tampak dari atas
Kolam alami yang berada di bawah setelah Green Lagoon
Air Terjun Super Jernih di Bogor
Air Terjun Super Jernih di Bogor
Air Terjun Super Jernih di Bogor
Air Terjun Super Jernih di Bogor
Jakarta - Bogor punya banyak curug atau air terjun yang indah dan menyegarkan. Curug Ciampea yang airnya jernih ini pun bisa jadi rekomendasi.Hari minggu pagi (23/07/17) sekitar pukul 08.00 WIB, sebelum Renni kembali ke Bandung pada sore hari, saya mengajaknya mengunjungi Curug Ciampea yang letaknya bertetanggaan dengan Curug Cipeteuy. Rencananya ingin ke Curug Balong Endah, namun rencana itu aku alihkan ke Curug Ciampea karena pertimbangan harga tiket masuk yang harus dibayar sebanyak 3 kali.Setelah keluar dari penginapan dengan menggunakan sepeda motor, kami berangkat menuju Curug Ciampea. Namun sebelumnya, kami berhenti di mini market untuk membeli bekal seperti air mineral dan lain-lain. Setelah itu kembali melanjutkan perjalanan dengan melewati rute yang sama menuju Curug Luhur dan Curug Cipeteuy.Di pertengahan jalan, kami sempat berhenti di salah satu rumah makan untuk sarapan terlebih dahulu. Usai makan, perjalanan pun dilanjutkan kembali. Dibutuhkan waktu kurang lebih 45 menit untuk menuju Curug Ciampea dengan rute yang berkelok-kelok dan naik turun yang dihiasi dengan panorama pemandangan landscape Gunung Halimun Salak.Setelah melewati Curug Luhur dan akses masuk Curug Cipeteuy, kurang lebih sekitar 2 kilometer di depan terdapat plang Curug Ciputri yang menjadi akses masuk menuju Curug Ciampea. Keberadaan plang tersebut sangat kecil sehingga kejelian mata benar-benar diuji. Saya pun membelokkan sepeda motor dan masuk ke dalam dengan kondisi jalan yang bebatuan dan belum beraspal dengan lebar jalan yang hanya cukup dilalui oleh 1 mobil.Berjalan menanjak keatas dengan kondisi jalanan yang penuh bebatuan dan belum bagus cukup melelahkan tangan karena harus menyeimbangkan beban tubuh masing-masing. Kemudian terdapat pertigaan dengan plang informasi yang menempel di dinding rumah, aku membelokkan sepeda motor ke kanan. Karena jika lurus menuju Curug Ciputri.Kondisi jalan sudah membaik, hanya saja lebar jalanan hanya cukup dilalui dengan sepeda motor. Berjalan menurun curam ke bawah melewati rumah-rumah warga setempat dan sesekali harus menanjak ke atas. Beberapa meter di depan tampak areal persawahan milik warga setempat yang sudah menguning degan kondisi jalan yang landai dan berkelok-kelok kemudian menanjak lagi ke atas.Saat ingin sampai di gerbang pintu masuk, terdapat salah satu warga setempat, mengarahkan kami untuk memarkirkan sepeda motornya di salah satu villa, karena akses menuju ke atas sedang di bangun oleh warga setempat. Setelah memarkirkan sepeda motor. Kami melanjutkan trekking menuju loket pintu masuk.Cukup lelah, karena kami harus trekking menanjak ke atas melalui jalan pintas dari vila yang diberitahu oleh salah satu warga yang menjaga parkiran menuju loket pintu masuk. Setelah mencapai loket pintu masuk, kami beristirahat sejenak di bale bambu yang membentuk kursi, lalu membayar tiket masuk sebesar Rp 15.000 per orang.Terlihat salah satu warga setempat lainnya sedang membuat jalan dari bebatuan yang di tumpuk-tumpuk. Usai mengembalikan energi yang terkuras, saya dan Renni melanjutkan trekking kembali menanjak ke atas dengan melewati hutan pinus. Suasana hening mulai merambat saat memasuki areal hutan pinus. Nyanyian kicauan burung sesekali bergema yang seakan-akan menyambut kedatangan para pengunjung.Dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk trekking dengan tekstur jalan yang bertanah dan sesekali menanjak keatas. Karena lelah, saya dan Renni beristirahat sejenak duduk di atas batu sambil menikmati hembusan udara segar dengan panorama barisan pohon-pohon pinus dan tumbuhan-tumbuhan lainnya yang tumbuh liar di areal sekitar.Kurang lebih 15 menit beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kembali dengan kondisi jalan yang landai. Dan beberapa meter di depan sudah terdengar alunan gemericik air yang mengalir deras sebagai tanda bahwa keberadaan Curug Ciampea sudah tidak jauh lagi. Namun kami harus berjalan menanjak ke atas untuk ke sekian kalinya.Sesampainya di atas, terdapat beberapa warga setempat yang menjajakan barang dagangannya dan keberadaan Curug Ciampea pun sudah terlihat dari kejauhan yang seolah-olah mengumpat di balik pepohonan yang tumbuh subur menghijau.Setelah itu, berjalan menurun curam ke bawah. Perlahan-lahan kami melangkahkan kaki melewati anak tangga berbentuk tanah yang cukup licin sambil memegang bambu yang ada di samping sebagai pembatas. Sesampainya di bawah, sangat banyak warga setempat yang menjual makanan.Saya dan Renni segera mencari tempat untuk menaruh barang. Setelah itu, saya menceburkan diri di kolam Curug Ciampea yang super jernih, dingin dan segar. Di kolam ini, kedalaman air tidak begitu dalam hanya setinggi betis orang dewasa. Namun aliran air Curug Ciampea cukup deras menghujam ke bawah dari ketinggian.Usai bermain air di kolam Curug Ciampea, kami berpindah tempat ke Green Lagoon yang tidak jauh dari kolam Curug Ciampea. Di lokasi ini berbentuk kolam alami yang terhimpit oleh bebatuan membentuk dinding dan juga terdapat air terjun mini yang berasal dari aliran air Curug Ciampea. Kedalaman airnya mencapai 2 meter, sehingga pengunjung bisa melakukan Cliff Jumping dari atas.Berhubung belum banyak pengunjung yang datang, saya berkali-kali berenang di Green Lagoon dan menikmati kejernihan airnya yang begitu segar dan dingin. Kemudian beranjak ke atas untuk beristirahat sambil memasak air dengan menggunakan kompor portable yang saya bawa untuk membuat teh hangat.Saat itu, kondisi cuaca sangat mendung. Sesekali hujan gerimis turun. Sesaat kemudian, tampak beberapa pengunjung mulai berdatangan. Di sela-sela saya sedang menikmati teh hangat, mendadak hujan gerimis sedikit membesar. Hanya beberapa saat, hujan kembali reda. Saya dan Renni berjalan ke bawah menuju spot curug lainnya yang tidak jauh dari toilet umum. Di lokasi ini, aliran air curug seakan-akan keluar dari balik pohon dengan debit air yang tidak begitu deras, sementara untuk kolamnya tidak terlalu dalam, hanya setinggi mata kaki orang dewasa.Tidak begitu lama berada di tempat tersebut, saya mengajak Renni untuk menuju ke bawah lagi. Setelah mengambil barang-barang bawaan yang kami taruh di salah satu warung, kami berjalan ke bawah melewati bebatuan yang licin dan extra hati-hati menuju ke salah satu spot lainnya yang berbentuk kolam alami yang dihiasi dengan air terjun mini yang berasal dari aliran air Curug Ciampea.Di tempat ini, terlihat beberapa orang yang sedang berenang. Setelah menaruh barang di atas bebatuan. Saya kembali menceburkan diri di dalam kolam alami tersebut dengan kedalaman air kurang lebih sekitar 2 meter dan bisa melakukan Cliff Jumping dari atas batu dekat kolam alami tersebut.Meskipun diameter kolam alami tersebut tidak terlalu besar, tapi cukup membuatku berenang ke sana-sini menikmati kejernihan airnya yang segar dan dingin. Setelah itu, kembali menuju barang-barang yang saya taruh dan beristirahat sejenak menikmati panorama alam sekitar yang di balut dengan hembusan udara dingin.Berhubung sore hari Renni harus kembali ke Bandung, sekitar pukul 13.00 WIB, saya memutuskan untuk menyudahi aktifitas di Curug Ciampea dan harus kembali ke penginapan untuk mengambil sebagian barang yang tidak kami bawa. Setelah membereskan barang bawaan dan tidak ada lagi yang tertinggal, kami trekking menuju ke atas melewati jalur semula dan sesampainya di atas, kami beristirahat sejenak di salah satu warung yang berbentuk saung karena kelelahan.Tidak berapa lama kemudian, hujan pun turun dengan derasnya. Terpaksa kami dan beberapa pengunjung lainnya harus berteduh di dalam warung tersebut sambil menunggu hujan reda. Kurang lebih 1 jam berada di dalam warung, dan kondisi hujan sudah reda, kami melanjutkan trekking menuju parkiran motor.Renni pun memakai jas hujan plastik yang di bawanya. Dengan melewati jalur hutan pinus untuk kembali, kondisi jalan sedikit licin akibat air hujan. Di pertengahan jalan, hujan kembali turun dengan derasnya, saya pun berhenti sejenak untuk memakai jas hujan plastik untuk melindungi barang-barang.Hujan tak kunjung reda, kami tetap berjalan perlahan-lahan menuju parkiran motor. Sesampainya di area parkiran, setelah membayar parkir Rp 5.000 kami segera berjalan menuju penginapan. Namun sesekali Renni harus turun dari sepeda motor, karena kondisi jalan yang licin dan menurun curam ke bawah. Setelah itu, kembali lagi naik motor dan melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di penginapan untuk mengambil barang-barang yang tidak kami bawa.Di penginapan, saat Renni berbilas diri, saya packing barang-barang yang kubawa. Kemudian menunggunya di depan kamar. Selang beberapa menit kemudian, Renni keluar kamar dan kami bersiap-siap untuk check out dan melanjutkan perjalanan menuju terminal bus Baranangsiang mengantarkan Renni untuk naik bus menuju Bandung.Saat memasuki kota Bogor, kondisi jalan di area Kebun Raya Bogor sejumlah kendaraan tampak berjalan merayap. Untuk menuju terminal Baranangsiang, kami harus memutari Kebun Raya Bogor terlebih dahulu.Setelah melewati Botani Square, kami melewati jalur tol untuk berputar balik lalu belok kiri dan kondisi jalan di depan sagat macet. Cukup jauh untuk mencari jalan putar balik karena beberapa di antaranya di tutup dan dijaga oleh kepolisian setempat untuk mengurai kemacetan.Setelah berputar balik dan berjalan lurus ke depan, aku membelokkan sepeda motor memasuki areal terminal bus Baranangsiang. Tepat di depan kantor pos jaga kepolisian. Saya menghentikan sepeda motor dan Renni pun turun dari motor kemudian berjalan menuju bus yang akan dinaikinya. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan kembali menuju rumah.Cara ke sana:Jika kamu berasal dari Jakarta menggunakan mobil atau motor. Arahkan mobil menuju Bogor, sesampainya di kota Bogor, arahkan kendaraan menuju Bogor Trade Mall (BTM) lalu ambil jalur kiri lurus terus hingga terdapat pertigaan lampu merah kemudian belok kanan ke arah Ciapus. Ikuti jalan utama, nanti bertemu jalan yang bercabang, jika ke kanan ke arah Ciomas, ke kiri ke arah Ciapus, ambil jalur kiri lurus terus dan ikuti jalan utama hingga akhirnya bertemu pertigaan tempat angkot-angkot ngetem, kemudian belok kanan ke arah Curug Luhur.Terus ikuti jalan utama tersebut hingga menemui Curug Luhur. Sampai di sini kurang lebih sekitar 5 kilometer lagi menanjak ke atas, nanti akan ada plang Situs Arca Domas. Jika belok kiri menuju Curug Cipeteuy dan Situs Megalitik Arca Domas, Anda masih lurus terus ikuti jalan utama dan berjalan perlahan-lahan lalu lihat di sebelah kiri terdapat plang kecil bertuliskan Curug Ciputri.Belok ke kiri, kondisi jalan disini sangat offroad (rusak parah) dengan menanjak ke atas sementara ukuran badan jalan hanya bisa dilalui dengan 1 mobil. Jika berpapasan dengan mobil lain yang berlawanan, salah satu mobil harus mengalah. Ikuti jalan tersebut hingga bertemu pertigaan. Di sini terdapat plang kecil yang menempel di dinding rumah warga.Jika lurus terus menuju Curug Ciputri, belok kanan menuju Curug Ciampea dan ikut jalan tersebut dengan kondisi jalan yang menurun curam dan menanjak ke atas melewati rumah-rumah warga dan areal persawahan, sampai tiba di salah satu vila yang menjadi akhir perjalanan untuk memarkirkan kendaraan kemudian dilanjutkan dengan trekking selama 1 jam (tergantung jalan) untuk mencapai Curug Ciampea melewati hutan pinus dengan harga tiket masuk Rp.15.000 per orang.Saran saya sebaiknya Anda menggunakan sepeda motor untuk mengunjungi Curug Ciampea, kemudian membawa bekal sendiri (beli di indomart atau alfamart) dan bawalah bekal makanan yang dibutuhkan. Sampai di lokasi buanglah sampah pada tempatnya atau bawa kembali sampahmu untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Hide Ads