Sisi Lain Kota Tua Jakarta, Ketemu Pemandu Wisata yang Lucu
Selasa, 11 Apr 2017 10:28 WIB

Thomas Aji
Jakarta - Ada sisi lain Kota Tua Jakarta yang mungkin terlewat oleh traveler, yaitu para pemandu wisata yang lucu dan menghibur. Yuk, kenalan dengan salah satunya.Kawasan Kota Tua ternyata tidak hanya menyimpan bangunan-bangunan tua, tetapi juga para guide yang meskipun setengah tua, namun cukup menghibur. Namanya Panggah Swasono. Menurut pengakuannya, saat ini usianya 44 tahun."Tahun ini jalan 44 mas. Udah disini sejak 92 (1992)," tutur Pak Panggah sambil menyeka keringat.Pak Panggah ini menjadi salah satu tour leader saat saya mengikuti acara detikTravel keliling kota tua, Sabtu (8/4/2017). Rombongan yang dipimpin Pak Panggah 32 orang termasuk saya. Dipandu Pak Panggah, rombongan detik travel menuju ke Museum Sejarah Jakarta, Gedung Cipta Niaga, Kerta Niaga dan terakhir ke Museum Bank Indonesia.Tujuan pertama ke Museum Sejarah Jakarta sekitar jam 14.30, di sini meski tidak masuk ke dalam, Pak Panggah menceritakan sejarah gedung museum dengan detail, mulai dari tahun berdiri, peristiwa kelam dan pengguna gedung tersebut, hingga pada akhirnya menjadi Museum Sejarah Jakarta.Kisah Panggah termasuk jumlah koleksi museum yang lebih dari 3.000 macam benda. Dari lukisan, patung, ranjang dan sebagainya yang semuanya memiliki nilai sejarah tinggi.Pak Panggah menceritakan dengan penuh semangat dan dengan memikat. Tidak bosan rasanya mengikuti ceritanya."Pak Jokowi dan penerusnya, Pak Basuki membentuk konsorsium yang terdiri dari perusahaan-perusahaan besar agar bisa mendukung program beliau untuk menjadikan kawasan Kota Tua Jakarta diakui dunia, istilahnya World Heritage. Kita ini kalah sama Subak Bali. Sistem pengairan yang sederhana saja bisa jadi World Heritage, padahal nggak butuh modal besar. Eh, kita di sini kok susah bener. Soalnya ya itu masih banyak yang perlu dibenahi. Contohnya saja toilet, susah nyari toilet di sini. Bangunan sudah banyak yang berubah. Belum lagi kalo masuk museum, coba masuk museum di Thailand sana, tinggal pencet dan pilih mau pake bahasa apa saja ada. Coba masuk museum di sini Hello,.. masih pake guide," urai Pak Panggah penuh gaya, membuat kami semua tertawa.Berhubung waktu semakin sore, perjalanan pun dilanjutkan. Di depan Museum Wayang, Pak Panggah berhenti dan bercerita bahwa bangunan gedung Museum Wayang sesungguhnya adalah bangunan pertama yang digunakan sebagai gereja, dan tertua di kawasan ini yang masih bertahan.Namun karena pernah hancur saat ledakan Gunung Krakatau, maka bangunan tersebut dibongkar dan dibangun lagi dan menjadi seperti saat ini. Pak Panggah melanjutkan cerita lagi soal 'Si Jagur', meriam besar yang diletakkan di halaman Museum Sejarah Jakarta,Meriam ini menghadap ke arah Teluk Jakarta. Beliau bercerita betapa besar dan beratnya 'Si Jagur', sehingga diperlukan belasan orang untuk mengangkutnya. Tak lupa cerita mistik dan mitos pun disertakan.Berdiri lama di area depan Museum Wayang dan diceritakan banyak hal sebetulnya menyenangkan. Namun saya masih belum tau mengapa Museum Wayang berubah nama menjadi Cipta Niaga. Hal itu saya kemudian saya tanyakan kepada beliau."Cipta Niaga bukan ini. Ini selingan saja. Gedung Cipta Niaga di depan sana yang sedang direnovasi itu," ucap Pak Panggah.Ooalah..semua yang hadir tertawa. Ternyata begitu antusias dan saking semangatnya bercerita, Pak Panggah menceritakan semua hal yang diketahuinya. Terima kasih untuk semangatnya Pak Panggah.Rasanya tidak puas keliling kawasan kota tua ditemani Pak Panggah hanya sebentar. Pak Panggah menjadi salah satu ikon kawasan kota tua yang menarik pengunjung mengenal lebih dekat kawasan kota tua. Kotanya boleh tua, tetapi semangatnya masih membara.
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit