Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Rabu, 07 Jun 2017 11:29 WIB

D'TRAVELERS STORIES

Wisata Ramadan di Padang: Masjid di Desa H Agus Salim

Bayu Haryanto
d'Traveler
Pesona Masjid Tapi Nurul Iman Koto Gadang yang berada dikaki Gunung Singgalang
Pesona Masjid Tapi Nurul Iman Koto Gadang yang berada dikaki Gunung Singgalang
Masjid bersejarah di Nagari Koto Gadang Kabupaten Agam
Masjid bersejarah di Nagari Koto Gadang Kabupaten Agam
Masjid yang memiliki arsitektur dan bentuk yangunik
Masjid yang memiliki arsitektur dan bentuk yangunik
Masjid Tapi Nurul Iman Koto Gadang dari sudut lain
Masjid Tapi Nurul Iman Koto Gadang dari sudut lain
detikTravel Community - Di Bukittinggi terdapat sebuah masjid cantik yang memiliki sejarah penting lho! Masjid ini banyak melahirkan tokoh-tokoh penting, namanya Masjid Nurul Iman.Masjid Koto Gadang atau Masjid Tapi Nurul Iman Koto Gadang memiliki bentuk arsitektur yang menarik dan mempesona dengan daya pikatnya tersendiri. Bangunan masjid ini dapat membuat siapa saja yang bertandang ke desa yang telah kesohor sejak zaman kolonial ini akan terkagum-kagum.Masjid ini berada di desa yang menghadap langsung dengan panorama Gunung Singalang dan dekat lembah curam yang dikenal dengan nama ngarai. Tepatnya di Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.Untuk bisa sampai ke masjid ini dapat dilihat tempuh dua jalur pertama dari Kota Bukittinggi dan Jalan Padang Lua menuju Maninjau. Tenang, tidak sulit menemukan masjid ini. Berada di jalur utama desa dan akses jalannya sangat baik.Masjid Tapi Nurul Iman ini sepenggal cerita dari pesona Nagari Koto Gadang. Banyak hal yang menarik yang bisa ditelusuri. Tidak sekedar berfoto dan berswa foto saja, tapi nilai historis yang terbenam di dalamnya yang patut kita ketahui.Desa ini juga telah banyak melahirkan kaum intelektual yang berpengaruh besar di negara ini seperti H. Agus Salim, Rohana Kudus, Sutan Syahrir dan banyak tokoh lainya.Dalam buku Koto Gadang Masa Kolonial karya Azizah Etek, Mursjid A.M., Arfan B.R.(2007) menuliskan, nama masjid ini pertama kali adalah Masjid Jamik Tua, yaitu pada tahun 1856. Pada awalnya masjid ini dibangun dari bahan kayu, kemudian diganti dengan batu dan beratap ijuk serta mempunyai gonjong sembilan.Masjid yang bergaya khas Minangkabau dengan atap-atap lancip berbentuk kerucut ini memiliki luas 20x20 m. Atapnya tidak memiliki kubah, tetapi terdiri dari beberapa gonjong yang terbuat dari ijuk. Satu gonjong di tengah, diapit delapan gonjong yang lebih kecil di sekelilingnya.Akibat beberapa kali terkena gempa masjid ini telah mengalami perubahan bentuk dan beberapa kali perbaikan. Terutama pasca gempa bumi berkekuatan 7,6 SR pada 28 Juni 1926 di Kota Padang Panjang menyebabkan kerusakan pada dinding-dinding masjid.Kemudian dalam sebuah rapat yang dihadiri sejumlah tokoh masyarakat setempat pada 18 Juli 1926, disepakatilah untuk segera mendirikan masjid yang baru dengan membentuk komite yang diketuai oleh Yahya Datuk Kayo seorang anggota Volksraad yang mewakili Minangkabau.Hasil urung rembuk semuanya disepakati untuk membangun kembali masjid baru yang diarsiteki oleh Yazid Rajo Mangkuto, bentuk bangunan masjid berubah total dari sebelumnya dan akhirnya diresmikan pemakaiannya pada 5 Februari 1932.Setelah berdiri sekian lama, gempa bumi pada 6 Maret 2007 pukul 13.00 WIB kembali membuat bangunan masjid rusak. Dengan bantuan para perantau Minangkabau dan masyarakat setempat, dalam beberapa bulan masjid ini bisa dibangun kembali.Jika dilihat dari beberapa foto masjid yang tersebar di dunia maya sebelum terjadi gempa bumi, posisi berada tidak jauh dari jalan raya desa. Namun, pasca renovasi, sepertinya posisi masjid agak menjorok ke dalam sehingga memiliki pekarangan yang luas.Dari pintu utama, keindahan masjid ini sudah terlihat. Arsitektur bangunannya sangat unik, sebab masjid ini memiliki desain yang menarik dibandingkan dengan bentuk masjid lainnya yang ada di Minangkabau. Terdapat pengaruh gaya kolonial pada desain bangunannya. Bentuknya masih dipertahankan hingga saat ini dengan arsitektur yang dibuat pasca gempa tahun 1926.Saya sendiri sangat kagum dan takjub dengan bentuk banguannya. Terlihat dari prasasti peresmian masjid ini pada 3 juli 2010 dan dibangun kembali atas bantuan masyarakat setempat, perantau hingga para pencinta Nagari Koto Gadang.Masjid ini juga sangat fotogenik, karena desainnya yang menarik. Untuk lokasi pra-wedding pun rasanya bagus. Tentunya masjid ini salah satu banguan instagramble di Minangkabau.Bila kesempatan pergi ke Kota Bukittinggi, ada baiknya singgah ke Nagari Koto Gadang ini, untuk melihat pesona Masjid Tapi Nurul Iman Koto Gadang yang suasananya sangat asri, sejuk dan tentunya memiliki nilai sejarah yang tinggi. Ayo wisata Ramadan ke sini!

BERITA TERKAIT
BACA JUGA