Belajar Menenun Kain Ikat di Desa Moni, Flores
Selasa, 13 Jun 2017 13:56 WIB

Neny Setiyowati
Jakarta - Desa Moni di Flores terkenal sebagai pusatnya kerajinan tenun. Selain bisa membeli kain tenun, traveler juga bisa belajar membuat kain tenun hingga ikat.Setelah 5 jam menempuh perjalanan dari Bajawa, bus yang saya tumpangi akhirnya sampai di Desa Moni. Tidak seperti bayangan saya yang harus keliling mencari penginapan, karena setelah kita turun dari bus sudah ada abang Flores yang menawarkan penginapannya. Saya dan 2 turis dari Inggris pun menuju penginapannya dengan mobil pick up yang dia kemudikan. Penginapan sederhana dengan tipe bungalow dikelilingi oleh tanaman dan kebun berdekatan dengan sungai. Terasa seperti menyatu dengan alam.Setelah bercengkerama dengan tamu yang lainnya, saya pun mengikuti si abang yang menawarkan jasanya untuk mengantarkan saya mengelilingi desa setempat. Kedua turis asal Inggris menolak untuk ikut karena mereka akan beristirahat setelah mendaki gunung Inerie di hari sebelumnya. Si abang memberhentikan motornya di depan rumah yang memajang kain tenun ikat. Seorang ibu yang sedang menenun dan bapak yang ramah menyambut kedatanganku. Setelah memperkenalkan diri, ibu yang yang periang tersebut bernama Mama Matilda. Beliau menawarkan minuman kepada kami, wah menyenangkan sekali. Sambil menenun beliau memberi penjelasan tentang persiapan yang dilakukan sebelum menenun. Semua bahan-bahannya diperoleh dari alam sekitar. Mulai dari benang, pewarna benang, tali simpul dan sebagainya. Semuanya pun diolah secara tradisional, tanpa mesin. Keren kan!Tidak mengherankan bila satu kain sarung membutuhkan waktu sekitar 3 bulan dalam penyelesaiannya. Kainnya pun dijual dengan harga yang lumayan tinggi, karena memang prosesnya sangat rumit.Setelah melihat caranya beliau menenun, saya pun praktek untuk belajar. Tetap masih dipandu oleh beliau, saya pun mulai mengerti. Yang diperlukan tidak hanya keterampilan tapi juga kesabaran dan ketelitian. Salah langkah sedikit saja, kita harus mengulang lagi prosesnya dari awal. Asyik menenun, tiba-tiba Mama Matilda memberhentikan saya dan berterus terang kalau beliau merasa tidak nyaman. Khawatir jadi rusak hasil tenunan yang sudah rapi. Di Flores, menenun adalah salah satu mata pencaharian selain berladang, berkebun dan berternak. Hampir semua anak-anak perempuan sudah belajar bertenun dari kecil, sementara anak laki-laki membantu bapak pergi ke ladang atau berkebun. Kain ikat selain di pakai sebagai busana sehari-hari juga merupakan pakaian adat pada waktu upacara adat berlangsung. Dari hasil menenun, Mama Matilda berhasil mengantarkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi. Hebat kan. Hasil tenunannya ini pun sudah sampai ke mancanegara, karena rata-rata pembelinya adalah turis asing. Tidak mau kalah dengan mereka, saya pun membeli scarfnya. Dikarenakan saya menyukai scarf dan harganya pas dengan jangkauan saya. Berhubung hari sudah sore dan informasi yang saya dapatkan sudah cukup, kami pun pamit untuk melanjutkan ke tujuan berikutnya. Mengunjungi rumah adat tradisional di Desa Moni. Terima kasih Mama Matilda untuk waktu yang telah diberikan dan pelajaran berharga ini.
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol