Proses Kreatif Laser Buddha, Bukit yang Dipahat dan Dilapisi Emas
Minggu, 29 Jan 2017 14:36 WIB

Darwance Law
Jakarta - Belakangan, Laser Buddha di Thailand nampak memikat para turis. Destinasi seperti apa sih ikon Thailand yang instagramable satu ini?Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha, tak heran di negeri gajah putih ini berdiri banyak bangunan perlambang kebesaran Sang Buddha. Lihat saja, hampir setiap sudut negara ini dengan mudahnya ditemukan pagoda-pagoda dengan puncaknya yang khas. Selain berupa pagoda, kebesaran Sang Buddha juga terpatri pada sisi sebuah bukit tak jauh dari Pattaya. Laser Buddha, begitu penduduk lokal menyebut tempat ini. Mengapa demikian?"Sekarang kita akan melihat Laser Buddha,"begitu kata Oom Pacha, travel guide kami manakala mobil yang membawa kami pelan-pelan keluar dari Nong Nooch Village, komplek wisata yang ditumbuhi beragam flora penyejuk mata.Sebagaimana itinerary yang kami terima, setelah itu kami memang akan melanjutkan perjalanan menuju Laser Buddha. Sebelum mendatangi suatu tempat, seperti biasa saya pun mencari tahu terlebih dahulu dengan berselancar di dunia maya, termasuk soal Laser Buddha. Dari hasil klik demi klik itu, saya dapati bahwa Laser Buddha adalah sebuah bukit dimana salah satu sisinya terukir dengan warna serupa emas sosok Sang Buddha dalam ukuran raksasa. Hasil penjelajahan ini pun diperkuat oleh cerita panjang Oom Pacha soal hal yang sama, sepanjang perjalanan kami menuju Laser Buddha."Laser Buddha merupakan objek wisata berupa tebing yang pada salah satu sisinya diukir sosok Buddha. Dibangun menggunakan teknologi laser berlapis serpihan emas dengan tinggi 130 meter dan lebar 70 meter," jelas Oom Pacha.Sejak tiba di Thailand beberapa hari sebelumnya, saya memang belum melihat perbedaan yang terlalu signifikan antara alam Thailand dan Indonesia. Kecuali pagoda yang ada di sana-sini dan lalu lintas Thailand yang jauh lebih lancar dibandingkan dengan Indonesia. Selebihnya, dua negara ini seolah-olah sama. Perbedaan itu baru terasa saat perjalanan kami menuju Laser Buddha. Pada sebuah ruas jalan, saya seolah mendapati potongan Eropa yang jatuh ke negeri mendiang Bhumibol Adulyadej ini.Sebuah pekarangan yang saya duga adalah peternakan sapi. Ternyata membuat saya seolah sedang melintas di ruas jalan yang ada di negara Swiss. Padahal, saya belum pernah ke sana."Nah, itu dia bukitnya," kata Oom Pacha mengalihkan pandangan, terutama dari lanskap alam Thailand sepanjang jalan.Cuaca di Thailand kian panas terasa dengan sisa tenaga yang kami miliki setelah diserang rasa kantuk yang sekonyong-konyong datang. Kami melangkah menuju lokasi di mana Laser Buddha berada. Sesekali kami menepi berteduh di bawah pohon yang tumbuh di beberapa sisi. Saya pun melihat Oom Pacha juga melakukan hal yang sama seraya mengibas-ngibas bajunya melawan suhu yang mengundang peluh. Pukul 13.00 siang, matahari sedang berada di puncak paling tinggi."Silakan kalau mau foto-foto. Oom tunggu di sini ya," kata Oom Pacha lagi, seraya memasang muka merah merona karena sengatan matahari.Harus dimaklumi, cuaca betul-betul panas hari itu. Saya dan adik pun maklum dengan Oom Pacha yang sudah mulai beranjak tua itu. Selain soal cuaca, barangkali beliau memang butuh istirahat setelah beberapa hari ini menemani kami menjelajahi tempat demi tempat wisata andalan negara mereka. Di sini, wisatawan tumpah ruah, sekalipun hanya beberapa gelintir orang saja yang mendekati Laser Buddha yang mempesona itu akibat teriknya siang.Seolah berpacu dengan waktu, ditambah cuaca yang rasa-rasanya semakin terik saja, saya dan adik langsung mengeluarkan kamera untuk menangkap gagahnya Sang Buddha dalam dekapan lensa. Melihat tempat ini, pikiran saya kembali terbang ke kampung halaman kami di Pulau Bangka. Pulau kami itu dihadiahi Tuhan begitu banyak batu granit ukuran raksasa, bahkan ada yang menyerupai sebuah perbukitan yang menjulang tinggi. Alangkahnya cantiknya pula apabila bukit-bukit itu disulap menjadi semacam Laser Buddha dengan gambar yang berbeda. Saya yakin, akan menjadi obek wisata yang ramai didatangi orang.Setelah mengabadikan Laser Buddha dari segala sisi dengan kamera, seraya tak lupa mengabadikan diri kami sendiri dengan gagahnya Sang Buddha di belakang, saya dan adik langsung kembali menghampiri Oom Pacha yang duduk santai melepas lelah pada sebuah bangku. Oom Pacha kemudian menggiring kami kembali ke mobil, keluar dari area Laser Buddha. Ya, saya sangat terkesan dengan tempat ini. Ini adalah salah satu bukti bahwa di tangan kreatif orang Thailand, tempat apa pun bisa menjadi objek wisata."Lelah? Sekarang, silakan tidur-tiduran, kita langsung kembali ke Bangkok, " jelas Oom Pacha dengan sisa-sisa semangat yang ia miliki.Sekalipun tak henti-hentinya menguap, saya berusaha untuk tidak memejamkan mata. Saya masih penasaran dengan bentang alam Thailand yang kelak akan kami lewati. Jalan-jalan di tempat yang baru kali pertama kali didatangi, sayang rasanya ditinggal terlelap. Ya, saya menemukan banyak keunikan sepanjang perjalanan Pattaya menuju Bangkok, yang barangkali tidak bisa saya jumpai di Indonesia.Oh ya, soal Laser Buddha, datanglah pagi-pagi sekali bila ingin menikmati tempat ini dengan cuaca yang sejuk. Paling tidak, cari saat dimana matahari sedang tak mengidap darah tinggi. Yuk jalan-jalan!
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum