Toleransi dan Cinta di Balik Indahnya Candi Plaosan
Rabu, 27 Jul 2016 12:25 WIB

Yizreel Tuerah
Jakarta - Candi Plaosan di Klaten menyimpan kisah cinta dan toleransi yang menarik disimak. Candi ini cukup mudah dicapai dan letaknya tak seberapa jauh dari Candi Prambanan.Candi Prambanan adalah mahakarya, siapa yang tidak kenal dan terpukau dengan setiap sudut yang membuat decak kagum setiap traveler yang datang. Saat ini kita tinggalkan sejenak Candi Prambanan yang sudah mendunia, kita bergeser ke arah timur sejauh 1,5 km dari Prambanan, di mana ada kompleks candi yang dibuat dari rasa cinta dan toleransi yang akan sangat kental kita rasakan saat kita mengunjunginya.Berbeda dengan Prambanan yang mempunyai mitos tidak bersahabat bagi traveler yang datang berdua dengan pasangannya. Karena kabarnya akan kena kutukan Roro Jongrang dan Bandung Bodowoso. Candi ini adalah sebaliknya, banyak pasangan yang datang berdua, suami istri yang belum mempunyai keturunan dan traveler jomblo sering hilir mudik untuk meminta 'tuah' mistis Romantis dari candi ini.Terletak di Dusun Plaosan, Prambanan, candi romantis ini bernama Plaosan. Mempunyai dua buah bangunan utama, disebut Candi Plaosan Lor (utara) dan Candi Plaosan kidul (selatan). Ahli bernama De Casparis mendukung pendapat bahwa Candi Plaosan diperkirakan dibangun pada masa Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu, pada awal abad ke-9 M.Pendapat ini didasarkan pada isi Prasasti Cri Kahulunan (842 M) yang menyatakan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan dengan dukungan suaminya. Menurut De Casparis, Sri Kahulunan adalah gelar Pramodyawardani, putri Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra. Pramodyawardani yang memeluk agama Buddha, menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya, yang memeluk agama Hindu.Penguat lainnya ketika pada tanggal 3 oktober 2003 ditemukan prasasti yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 M. terbuat dari lempeng emas 18,5x2,2 cm, menguatkan dugaan candi ini dibangun pada masa Rakai Pikatan.Begitu besar cinta di antara Rakai Pikatan dan Pramodyawardani menjadi dasar pembangunan candi romantis ini. Perbedaan ideologi dan agama dari dua wangsa yang berbeda (sanjaya dan syailendra) telah meniadakan perbedaan antara Buddha dan Hindu, dan menghasilkan sebuah karya indah sebagai lambang pemujaan antara pasangan satu dengan pasangan lainnya.Datanglah pada saat pagi atau sore hari, di mana kita bisa menikmati sunrise dan sunset dengan latar belakang persawahan khas pedesaan dan Gunung Merapi.
Komentar Terbanyak
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom