Menaklukan Badai Untuk Gapai Puncak Gunung Tambora
Selasa, 06 Sep 2016 10:40 WIB

I Gede Leo Agustina
Jakarta - Mendaki Gunung Tambora di Sumbawa, traveler akan merasakan sensasi petualangan yang maksimal. Dari beratnya medan, sampai menaklukan badai harus siap dihadapi.Perjalanan ke Desa Pancasila, saya dan teman saya @elfriday_ dari Lombok menuju Dompu, Sumbawa menggunakan bus yang penuh sesak dengan penumpang dan barang belanjaan. Tidak hanya barang, hewan seperti ayam, bebek, burung pun masuk di dalam bus. Perjalanan ini jadi semakin seru pikirku.Pagi buta sekitar jam 4, kami sampai di tempat pemberhentian terakhir bus di Dompu. Sementara menunggu terang, @elfriday_ mencari mushola untuk sholat subuh, dan saya menunggu di pos tempat bis berhenti ditemani beberapa orang yang sedang asyik bermain catur.Hari sudah lebih terang, kami pun bertanya kepada bapak-bapak di pos, kalau ke Desa Pancasila naik apa ya pak? Oh, naik ojek mas. Kami pun langsung mencari tukang ojek untuk mengantar kami ke desa Pancasila, pos pendakian gunung Tambora. Kalau tidak salah ojeknya Rp 15.000 per orang.Kami Langsung diantar ke base camp pendakian, di rumah Pak Syaiful, kami pun langsung mendaftar. Oh iya, beliau juga menyewakan kamar bagi pendaki yang ingin menginap. Saat mendaftar dan mengisi buku, kami menanyakan bagaimana cuaca, ada yang mendaki tidak? dll.Beliau mengatakan bahwa minggu-minggu ini lagi sering hujan, pendakian pun lagi sepi. Beliau juga berpesan, jika nanti cuaca buruk saat pendakian, langsung turun saja, jangan diteruskan.Kami pun iZin untuk beres-beres dan sarapan dulu sebelum mulai pendakian. Kira-kira jam 7, kami pun sudah siap untuk berangkat. Perjalanan dimulai, basecamp ke pos 1 memang masih landai, melewati kampung dan perkebunan kopi rakyat. 4 jam kami berjalan, sampai bosan karena memang dari base camp-pos 1 memang trek yang sangat panjang. kalau gini, mending tadi ngojek aja kataku dengan @elfriday.Sampai di pos 1, kami istirahat sebentar untuk minum dan sekedar senderan. Beberapa menit kemudian, kami pun putuskan untuk lanjut perjalanan. Kali ini treknya bukan kopi, tapi semak yang bikin tambah bosan. Sepanjang perjalanan yang kami lihat hanya semak, dan ramai monyet yang bergelantungan di pohon. Dan tak diharapkan, hujan turun, kami cepat-cepat memakai jas hujan.2 jam kemudian sampailah kami di pos 2, di sini terdapat sumber air yang jernih, hujan masih deras, kami pun berteduh di pos 2. Walaupun pakai jas hujan, air hujan tetap tembus dan kami pun basah kuyup, alhasil badan kedinginan.Sudah kadung basah, hujan sudah tidak terlalu deras lagi, kami pun lanjut perjalanan. Pos 2-Pos 3 kurang lebih 1,5 jam, trek sudah mulai menajak dan banyak pohon yang tumbang, sehingga sering kami harus jalan merunduk untuk melewati trek ini.Akhirnya sampailah kami di pos, di sini kami bertemu dengan 2 anak yang sedang istirahat dan berteduh dari hujan. Kebetulan mereka anak-anak dari Desa Pancasila dan masih SMP, katanya mereka sudah sering mendaki Tambora mengantar orang yang ingin mendaki. Wah, kebetulan kalau begitu, bisa bareng.Setelah cukup lama istirahat dan mengobrol, kami pun melanjutkan perjalanan. Hari masih hujan, yah sudah terlanjur basah, kalau lama berhenti badan malah makin dingin pikir kami.Pos 3-Pos 4 kurang lebih 1 jam, trek kali ini makin menanjak, tapi sepanjang trek sekarang banyak tumbuhan Jelateng, ini kalau kena kulit rasanya perih, panas, kemerahan dan pastinya cenut-cenut. Teman saya @elfriday_ kena sekali di tangannya.Sampai pos 4, tidak ada tempat berteduh seperti pos 1,2 dan 3, hanya pohon-pohon besar, suasananya sedikit gelap karena banyak pohon besar dan rasanya sedikit horor, kami pun langsung jalan menuju pos 5, karena jaraknya tidak terlalu jauh.Akhirnya sampailah di Pos 5, tempat mendirikan tenda. Langsung saja kami bongkar tas dan mendirikan tenda. Hujan masih turun malah semakin deras. Yah nasib pendakian kali ini, barang-barang di dalam keril basah semua, termasuk sleeping bag. Malam pun tiba, terpaksa kami tidur dengan pakaian basah.Jam 3 pagi kami sudah bangun dan bersiap-siap untuk ke Puncak Tambora, suasana masih gelap. Kami mulai berjalan dengan penerangan senter dan head lamp. Jam 5 kami sudah sampai di bibir kaldera, kami harus menelusuri untuk mencapai puncak tertingginya. kami harus berjalan hati-hati karena hari masih gelap dan kabut lumayan tebal sehingga jarak pandang juga terbatas.Langit di timur tampak jingga keemasan, pertanda matahari akan segera terbit. Tapi pagi itu kabut masih tebal, jadi keindahan kaldera Tambora tidak terlihat karena tertutup kabut.Kami pun sampai di Puncak tambora, Merah putih tampak berkibar gagah menyambut kedatangan kami, rasa bahagia bercampur haru saat tiba di puncak. Matahari masih bersembunyi dibalik kabut yg tebal, angin luamayan kencang.Kami masih berharap kabut akan hilang dan matahari pagi bersinar cerah agar kami bisa melihat kemegahan kaldera Tambora. Beberapa menit kemudian, angin semakin kencang kabut juga makin tebal, kemudian kami sepakat untuk cepat-cepat turun, ini namanya badai bukan kabut lagi pikirku.Kami harus cepat-cepat turun, kami tidak mau terjebak dalam badai karena sangat bahaya. Jarak pandang sudah sangat pendek, kurang dari 3 meter kira-kira. Anginpun sangat kencang sampai kami kesulitan untuk bernapas.Akhirnya setelah berjalan cepat, kami sudah melewati badai itu, lega rasanya. Kami berjalan menuju tenda. Sampai di Tenda saya kaget barang-barang dan tenda kami sudah berantakan, logistik kami habis, hanya 1 bungkus mie instan tersisa, ini semua ulah babi hutan. Astaga, ya sudahlah. Seharusnya sebelum ke puncak, barang-barang kami packing dan ditaruh di pohon agar tidak dirusak babi hutan.Kami pun putuskan segera packing dan cepat turun gunung. Harus segera sampai desa jangan bermalam lagi karena sudah kehabisan logistik. Pas perjalanan kembali ke desa, hujan turun lagi dan kali ini lebih deras dari kemarin.Aduh, pendakian kali ini lumayan menyiksa. Tapi tidak bikin kapok kok. Sampai jumpa di pendakian-pendakian selanjutnya. Keep safety first dan jangan nyampah di gunung ya guys!
Komentar Terbanyak
Pariwisata Indonesia Kalah Pamor dari Malaysia, Masalahnya Bukan di Angka tapi...
Turis Lebih Tertarik ke Malaysia, Indonesia Tidak Kalah Indah tapi...
Perang Dagang Jilid Dua: AS Larang Maskapai China Lewat Langit Rusia!