Menengok Desa Tarumajaya, Tempat Hulu Citarum Berada

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menengok Desa Tarumajaya, Tempat Hulu Citarum Berada

Zahra El-Fajr - detikTravel
Kamis, 29 Sep 2016 11:25 WIB
loading...
Zahra El-Fajr
Pagi berkabut di Desa Tarumajaya
Mata Air
Situ Cisanti on frame
Pohon yang jarang di Desa Tarumajaya
Menengok Desa Tarumajaya, Tempat Hulu Citarum Berada
Menengok Desa Tarumajaya, Tempat Hulu Citarum Berada
Menengok Desa Tarumajaya, Tempat Hulu Citarum Berada
Menengok Desa Tarumajaya, Tempat Hulu Citarum Berada
Jakarta - Di Desa Tarumajaya, Kabupaten Bandung, ada Situ Cisanti yang merupakan hulu Sungai Citarum. Traveler bisa kemping sekaligus menjelajahi desa ini lho.Desa Tarumajaya yang terletak di Kabupaten Bandung Selatan merupakan situs penting di Bandung juga Indonesia. Beberapa pekan lalu, saya dengan d’Traveler lainnya berkesempatan mengenal sangat dalam desa ini. Tidak hanya mengunjungi, kami kemping di dekat Situ Cisanti.Meskipun Bandung diguyur hujan, kami tetap berkumpul di Hotel Ibis Asia Afrika yang disusul dengan briefing. Menunggu briefing, kami berbincang dengan teman lama maupun teman baru di member d’Traveler.Sampailah waktunya berangkat menuju Citarum. Kami bersiap-siap memasuki bus merah rombongan d’traveler. Sedikit pengarahan mengiringi kurang lebih 3 jam perjalanan menuju lokasi. Medan yang berliku-liku menggurat sedikit khawatir di benak saya di perjalanan.Syukurlah akhirnya kami memasuki wilayah pedesaan dengan mayoritas kegiatannya bertani, menarik sekali. Ketika siangnya kami telah sampai di lokasi, kebanyakan d’Traveler sibuk jajan cilok, demi energi untuk memasang tenda.Kami dibagi kelompok kemudian memasang tenda bersama-sama. Disambung makan bersama beralaskan daun pisang dan terasa berkali lipat nikmatnya. Pak Dudung memberi sedikit pencerahan sebelum akhirnya kami melakukan trekking.Trekking mengelilingi sisi Situ Cisanti sepanjang kira-kira 3 km sembari memunguti sampah terasa lebih menyenangkan dilakukan bersama-sama. Disemangati juga dengan kuis berfoto bersama pillow man dari ibis yang lucu-lucu.Terus berjalan sampai menemukan petilasan Eyang Dipati Ukur yang di dalamnya terdapat mata air Citarum dan Cikahuripan. Petilasan ini adalah tempat bersemedi, berdoa atau bertapa, dan tempat Eyang Dipati Ukur musyawarah tentang perlawanan kepada penjajah.Eyang Dipati Ukur adalah tokoh yang sangat penting, terlebih situs sejarahnya ini dan tak jauh dari sini terdapat makamnya. Bukan main, petilasan ini seakan bukan sembarangan dipilih oleh Eyang Dipati Ukur kala itu, karena di sini terdapat mata air yang konon sangat sakral. Keberkahan dari air ini tak terbilang, salah satunya membuat awet muda, dan enteng jodoh. Ah siapa yang tidak mau? Menurut saya, mata air ini memang sangat sakral, lokasinya teduh, sejuk, airnya sangat bening kebiru-biruan.Bahkan untuk laki-laki dan perempuan terpisah. Kata penjaganya memang sudah begitu seharusnya. Seringnya setiap malam Selasa dan Jumat, akan banyak warga berziarah kemari, memanjatkan doa dan ritual lainnya.Kebanyakan yang datang malah dari warga jauh. Mungkin ini berarti keampuhan air ini tak diragukan beberapa kalangan warga. Saking penasarannya, saya mencicipi meminum airnya dan membasuhnya ke muka. Biar afdol.Melanjutkan perjalanan, saya berhenti di Citarum Kilometer 0, dermaga, dan titik start akhirnya. Duduk-duduk sebentar menikmati kopi hangat dan menikmati senja Citarum.Malamnya, bisa dibilang ini inti keseluruhan acara. Kami berdiskusi bersama warga sekitar yang diwakili Pak Agus, Pak Yadi dan Pak Ian. Banyak sekali permasalahan yang terjadi di desa ini, yang telah berlangsung sangat lama pula.Masalah ini mengundang keprihatinan kami, selayaknya manusia yang juga bertanggung jawab atas kerusakan ekosistemnya. Bisa dilihat Desa ini minim pepohonan berakar panjang. Jarang sekali, malah banyak sayur-mayur, padahal lokasinya masih dekat dengan Gunung Wayang.Tak hanya masalah lingkungan, meskipun beragam permasalahannya bermuara pada satu titik. Terhambatnya peluang usaha membuat mereka tak ada pilihan lain menanam sayuran, bahkan usaha kopi pun tidak mudah mendapat legalitas.Banyaknya merek-merek itu mengambil barang mentahnya dari sini, tapi tidak lantas mengembangakan nama desanya. Sesi tanya jawab dibuka dengan sangat menarik, kita jadi mengetahui apa yang selama ini jauh kami gapai informasinya karena jauh dari lingkungan yang setiap hari kami lihat.Sesi api unggun mempererat pertemanan antara d’Traveler. Acara ini dilakukan dengan banyak keseruan di dalamnya karena ada penampilan yel-yel yang seru dan unik. Bahkan ada yel-yel yang hanya 2 sampai 3 kalimat seperti 'Kami menyerah. Kami mengantuk! Bye!' yang datang dari kelompok β€˜peyeum-puan geulis’ yang saya terlibat di dalamnya. Dan yel-yel kelompok lain yang kreatif dan menghibur. Kegiatan hari itu ditutup dengan tidur.Hari berikutnya, setelah bersiap-siap merapikan tenda, merapikan diri, makan, mandi dan lain sebagainya. Seperti biasa briefing dilakukan sebelum memulai kegiatan, hari itu kami akan mengunjungi rumah salah satu warga yang mengembangkan teknik biogas di rumahnya.Kami berjalan kaki bersama menuju lokasi, memotret momen selama perjalanan. Selain peternakan sapi yang dimiliki warga ini, ada juga yang dikelola bersama, yaitu peternakan sapi komunal.Kandang sapi bersama, dan ada campur tangan pemerintah desanya juga. Salut melihat peternak yang dengan telaten membersihkan kandang selama 3 jam sekali, karena kandang sapi harus selalu bersih itu berpengaruh pada produksi susunya juga.Β  Dan lagi, supaya tidak ada lalat mengganggu. Seluruh bagian sapi bisa dimanfaatkan, itulah mengapa berinvestasi pada sapi di desa ini sangat lumayan.Kami disuguhi pagelaran adat yang sedang berlansung di Desa Tarumajaya seperti acara sunatan atau hajatan, menambah keseruan perjalanan dan mengingatkan betapa kayanya budaya yang Indonesia miliki.Sepulang dari Desa Tarumajaya yang tak lupa ditutup dengan belanja oleh-oleh, kelelahan kami terbayar dengan beristirahat selama perjalanan pulang, dengan waktu sekitar 3 jam dimanfaatkan sebaik mungkin.Oh iya, kami sukses membuat hastag #SelamatkanCitarum menjadi Trending Topic, bersaingan dengan Trending Topic di Jawa Barat juga perihal PON Jabar. Kuis live tweet melahirkan beberapa pemenang dengan tweet terbaik.Tweet yang kami post di Twitter sebenarnya salah satu bentuk simpati kami dengan ingin mengabarkan keprihatinan di balik keindahan danaunya. Mengingat alam ini dibentuk berdasarkan keseimbangan, kita harus menjaga keseimbangan itu juga.Bayangkan alam ini juga hidup seperti kita, dan ingin diperlakukan dengan baik juga. Traveling kali ini bukan sekedar eksplor, tapi menyirat banyak pelajaran makna penting. Kalau malam itu Tarumajaya sedingin itu, maka kalau saja pohon-pohonannya stabil, maka dinginnya akan lebih dari yang kami rasakan malam itu, airnya juga. Ah, purnama malam itu juga mengundang keoptimisan saya bahwa kita bisa memperbaikinya dari sekarang, agar anak cucu kita masih bisa melihat Citarum.Tips kemping sehat:Membawa kantong kresek untuk wadah sampah, membawa botol minum, mencuci piring setelah makan atau membuang langsung bekas makannya (mulai dari tanggung jawab terkecil).Terimakasih kemping menyenangkannya detikTravel. Jadi pengalaman berkesan bisa 1 tenda dengan 9 orang lainnya. Saya jadi rindu kemping bersama d’Traveler lagi.
Hide Ads