Sisi Lain Flores, Danau Ranamese yang Hijau

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sisi Lain Flores, Danau Ranamese yang Hijau

Yovie Jehabut - detikTravel
Jumat, 10 Jun 2016 14:21 WIB
loading...
Yovie Jehabut
Danau Ranamese
Angsa Liar Di Ranamese
Burung Samyong
Burung Kipasan Flores
Burung Anis Nusa Tenggara
Sisi Lain Flores, Danau Ranamese yang Hijau
Sisi Lain Flores, Danau Ranamese yang Hijau
Sisi Lain Flores, Danau Ranamese yang Hijau
Sisi Lain Flores, Danau Ranamese yang Hijau
Sisi Lain Flores, Danau Ranamese yang Hijau
Jakarta - Selain alam ala Afrika, Flores punya sisi lain yang tak kalah indah. Salah satunya Danau Ranamese yang hijau dan sejuk. Bagi yang belum pernah datang ke Flores, Nusa Tenggara Timur, yang dibayangkan tentang kondisi geografis Flores adalah sebuah pulau yang gersang dan didominasi oleh bukit dan lembah savana. Banyak sekali sahabat dan kenalan di Jawa menanyakan sepanas apa Flores itu? Hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh publikasi tentang Flores yang sebagian besar diisi oleh berita dan foto-foto kawasan wisata kepulauan Komodo di Manggarai Barat, yang memang sebagian besarnya adalah bukit-bukit savana yang gersang. Jika kita melakukan perjalanan menjelajah Flores, pemandangan bukit-bukit gersang hanya akan kita jumpai di beberapa titik di ujung barat Pulau berjuluk Nusa Bunga ini. Memasuki Kota Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai pada ketinggian 1200 mdpl, anggapan tentang Flores yang gersang langsung sirna. Suhu udara di kota kecil ini berkisar antara 18-25Β°C. Sepanjang sisi selatan kota ini membentang hutan hujan tropis yang hijau menghiasi jejer perbukitan Mandusawu. Hutan hujan yang ini merupakan kawasan konservasi Taman Wisata Alam Ruteng dengan luas 32.600 ha. Hutan TWA Ruteng ini menjadi penyangga ekologis penting bagi kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur dan merupakan rumah besar bagi burung-burung endemik Flores yang eksotis, serta satwa lainnya. Salah satu obyek wisata yang paling populer dalam kawasan TWA Ruteng adalah danau tropis Ranamese dalam bahasa Manggarai, Rana: Danau, Mese: Besar/luas. Danau Ranamese terletak persis di tepi jalan negara trans Flores, 30 km dari kota Ruteng. Oleh karena itu, untuk mengunjungi danau ini, wisatawan hanya perlu untuk berhenti dalam perjalanan. Pada Senin (30/05), saya dan fotografer Leonardus Nyoman mengunjungi Danau seluas 5 hektar ini. Kami berangkat dari Ruteng tepat pukul 04.30 WITA. Kami mengambil waktu sepagi itu, karena tujuan kami adalah memotret burung-burung yang ada di kawasan hutan Ranamese. Yah, Danau Ranamese tidak hanya terkenal dengan keteduhannya di celah hutan hujan yang hujau dan asri tetapi juga merupakan rumah bagi aneka burung eksotis.Memasuki kawasan Ranamese, hari masih gelap. Kami mencoba masuk ke dalam kawasan hutan 2 km sebelum danau, untuk mencoba peruntungan barangkali menemukan burung yang masih bertengger di dahan - dahan pohon. Usaha kami terhenti, karena kondisi hutan yang basah selepas hujan semalam emnulitkan kami untuk lebih jauh masuk ke dalam hutan. Kami kemudian memutuskan untuk langsung menuju kawasan danau. Hari sudah mulai beranjak terang. Satu per satu, kicauan burung - burung mulai terdengar. Saat kami mulai memasuki jalur treking di sisi timur danau, suasana hutan benar - benar riuh oleh suara burung yang bersahutan.Dengan perlahan kami menuruni jalur yang terjal munuju sisi timur danau sambil memantau lokasi yang tepat untuk memotret burung - burung di sana. Saya dan Pak Leonardus mengambil jalur yang berbeda. Ia memilih menuju sisi utara danau dan saya menyisir sisi selatan. Berada di tepi Ranamese, sungguh membingungkan antara menikmati keindahan danau di bawah rona pagi yang teduh atau mengawasi burung - burung yang dengan lantang berkicau di dahan - dahan pohon. Danau Ranamese, menurut data BKSDA NTT memiliki kedalaman 43 meter. Danau ini merupakan danau yang tertutup oleh cekungan dan tebing yang keseluruhan kawasannya dilingkupi hutan, melindungi permukaan danau dari terpaan angin, sehingga sepanjang waktu, danau ini tampak teduh.Di beberapa titik di tepi danau tampak rakit para pemancing tradisional dari kampung terdekat tertambat pada akar - akar pohon yang mengangkang ke dalam danau. Angsa liar berenang dalam kelompok - kelompok kecil, beberapa di antaranya terbang rendah melintasi danau. Pemadangan pagi yang akan sangat panjang jika semuanya harus digambarkan satu per satu.Kembali ke tujuan awal kami datang ke Ranamese, saya menyisir sisi timur laut danau yang berupa cekungan dengan vegetasi yang benar - benar terjaga. Pohon - pohon benar menulang tempat bertenggernya burung - burung. Sesekali, kawanan burung yang sedang santai harus terbirit - birit terbang berpindah dahan kala kawanan burung Srigunting dengan agresifnya menguasai pohon. Di kawasan ini, burung yang paling dominan adalah Samyong (Pachycephala Nudigula) yang dalam bahasa lokal disebut Ngkiong. Samyong merupakan burung endemik Nusa Tenggara dan dikenal sebagai burng 1001 kicauan. Burung ini juga memiliki nama lain Kancilan Flores.Β  Burung ini memiliki karakter bunyi yang unik karena kemampuannya meniru bunyi - bunyi yang ada di sekitarnya. Tidak heran jika di lokasi yang berbeda, burung ini memperdengarkan kicauan yang berbeda pula.Selain Samyong, di sini juga terdapat burung endemik lain yakni Kipasan Flores (Rhipidura Diluta), Anis Nusa-Tenggara (Zoothera Dohertyi), serta puluhan jenis burung eksotis lainnya.Keberadaan burung - burung endemik nan eksotis di sekitar kawasan danau Ranamese, belum menjadi primadona sesungguhnya lantaran wisata minat khusus bird watching di kawasan ini, belum begitu intens dipromosikan. Kawasan wisata alam danau Ranamese sesungguhnya telah memiliki fasilitas yang cukup memadai. BKSDA NTT telah membangun villa - villa dengan akamr tidur yang lengkap serta perlengkapan tenda dome jika para pengunjung ingin merasakan sensasi camping di alam tropis dan asri.Matahari baru benar - benar menjangkau seluruh permukaan danau setelah lepas dari pukul sepuluh pagi. Pada jam - jam seperti itu, burung - burung lebih banyak terbang jauh atau menempati dahan yang tinggi. Meski demikian, kiacaun - kicauan tak pernah habis meningkahi teduhnya danau. Saat matahari telah hampir tegak di atas kepala, kami akhirnya harus kembali ke Ruteng, meski ingin rasanya terus berdiam di sana, bergurau dengan harmoni alam yang mendamaikan.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads