Saking Indahnya, Bule Pun Mandi di Gunung Rinjani

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Saking Indahnya, Bule Pun Mandi di Gunung Rinjani

Wawan Abe Rossi - detikTravel
Selasa, 11 Feb 2014 09:47 WIB
loading...
Wawan Abe Rossi
Desa Sembalun
Home sweet home di Plawangan Sembalun
Menikmati sore hari menunggu sunset di Plawangan Sembalun
Pemandangan dari puncak Rinjani
Turis-turis asing mandi di Segara Anak
Saking Indahnya, Bule Pun Mandi di Gunung Rinjani
Saking Indahnya, Bule Pun Mandi di Gunung Rinjani
Saking Indahnya, Bule Pun Mandi di Gunung Rinjani
Saking Indahnya, Bule Pun Mandi di Gunung Rinjani
Saking Indahnya, Bule Pun Mandi di Gunung Rinjani
Jakarta - Gunung Rinjani di Lombok begitu indahnya. Turis-turis mancanegara pun menikmati suasana Gunung Rinjani dengan cara mandi di Danau Segara Anak. Kalau Anda, kapan ke Rinjani?Setelah menikmati indahnya Gili Trawangan sehari sebelumnya, saya bersama seorang teman bersiap menuju destinasi kedua dan utama, yaitu Gunung Rinjani, gunung api tertinggi kedua di Indonesia. Gelar itulah salah satu alasan yang menarik minat saya untuk menggapai Puncak Anjani, disamping keindahan alamnya yang sudah terkenal hingga mancanegara.Selama 4 hari kami akan menyusuri indahnya Rinjani. Keindahan alam Rinjani sudah terasa begitu kami menyusuri jalan selepas gerbang Taman Nasional Gunung Rinjani di Desa Sembalun. Di atas mobil bak terbuka bersama beberapa penduduk Desa Sembalun kami menyusuri hutan dan menyaksikan monyet-monyet bergerombol di pinggir jalan. Bukit-bukit hijau menjulang mengelilingi Desa Sembalun. Masyarakatnya yang ramah melukiskan betapa damainya negeri ini.Pukul 14.00 Wita sore kami berdua memulai perjalanan mendaki Gunung Rinjani. Jalur awal yang kami lalui, melewati ladang-ladang penduduk dengan latar pemandangan bukit-bukit yang hijau. Selepas ladang penduduk, perjalanan melintasi padang sabana naik turun bukit yang relatif landai namun cukup panjang.Sejauh mata memandang, bukit-bukit yang hijau mengelilingi kami. Namun sayang cuaca yang berkabut menghalangi pandangan atap-atap bukit dan birunya langit. Mungkin jika cuaca cerah, pemandangannya pasti sangat spektakuler seperti bukit teletubbies. Pukul 17.00 Wita sore kami sampai di Pos I dan beristirahat sebentar untuk menikmati pemandangan. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pos II untuk mendirikan tenda dan beristirahat.Pukul 19.00 Wita malam kami sampai di Pos II bayangan. Atas saran dari seorang guide warga Sembalun, kami nge-camp di sana. Bersama 2 rombongan dan porter/guide mereka yang sudah terlebih dahulu sampai. Kami ngobrol menghabiskan malam, beratapkan galaksi Milky Way membentang di langit.Pukul 10.00 Wita pagi kami sudah bersiap kembali melanjutkan perjalanan menuju Plawangan Sembalun untuk kembali nge-camp di sana. Jalur dari Pos II menuju Plawangan Sembalun menjadi jalur yang menguji fisik dan mental para pendaki. Selepas Pos III jalanan yang terlihat di depan hanya bukit demi bukit. Konon, menurut cerita yang saya baca, jalur ini dinamakan bukit penyiksaan, dan jumlah bukit yang didaki ada 7. Wow, benar-benar menantang.Saya pun beberapa kali sempat iseng bertanya kepada beberapa porter yang berpapasan, "Berapa bukit lagi bang?" Hal ini sekedar untuk memotivasi semangat saya. Sepanjang perjalanan saya lebih sering berpapasan dengan turis-turis asing yang turun menuju Desa Sembalun bersama porter-porter mereka. Rupanya Pulau Lombok memang sudah menjadi destinasi wisata dunia.Pukul 15.00 Wita sore akhirnya kami sampai di Plawangan Sembalun. Ditemani guide yang menemani sepasang suami isteri yang kami kenal di Pos II, kami mendirikan tenda berdekatan. Semenjak di Plawangan ini hingga mendaki puncak Rinjani, kami mulai mengenal keramahan, ketulusan, dan kebaikan orang-orang Suku Sasak. Abang yang mengenalkan namanya Awaludin ini, dengan kakaknya yang menjadi porter, sepasang suami istri tadi dengan senang hati membantu, berbagi cerita, dan mengajak kami untuk summit attack bersama.Suasana sore hari di Plawangan Sembalun benar-benar menakjubkan. Cuaca yang cerah, udara dingin bermandi hangatnya sinar mentari kami nikmati. Sambil minum teh hangat dan makanan ringan, duduk di pinggir tebing dengan memandang awan-awan menggumpal bagai lantai permadani di depan mata, disekat bukit Plawangan Senaru dan dihiasi matahari yang perlahan-lahan bersembunyi di belahan dunia.Sementara Danau Segara Anak yang kadang-kadang menampakkan wajahnya tertutup awan. Sungguh sebuah moment yang membuat saya rindu untuk mengulanginya kembali. Yang tak kalah mengherankan, di ketinggian seperti ini masih terjangkau sinyal GSM.Setelah matahari terbenam, kami langsung makan dan beristirahat untuk mempersiapkan diri mendaki ke puncak esok hari. Sekitar pukul 01.00 Wita dini hari, kami bangun untuk summit attack. Di luar tenda saya mendapati pemandangan yang sungguh luar biasa. Di langit membentang galaksi Milky Way dan bintang-bintang jatuh yang bertebaran melesat kesana kemari, kadang ekornya begitu panjang.Ini kali pertama seumur hidup saya menyaksikan pemandangan fantastis seperti ini. Sepanjang perjalanan ke puncak, tak henti-hentinya saya memandang ke langit setiap berhenti istirahat. Sayang kamera saya tidak mumpuni untuk mengabadikannya.Perjalanan menuju puncak Rinjani dari Plawangan Sembalun, terlebih dahulu menyusuri jalur perbukitan yang ditumbuhi banyak pohon edelweis, hingga mencapai bibir kawah dan kemudian berjalan menyusuri bibir kawah ke arah timur. Sepanjang jalur bibir kawah perjalanan dilakukan dalam satu barisan. Karena jalanan berpasir, serta batu-batu kerikil yang seringkali membuat langkah merosot turun. Jalannya juga tidak begitu lebar, sementara kanan kiri adalah jurang yang sangat dalam.Sekitar pukul 04.45 Wita kami akhirnya menggapai salah satu keinginan kami untuk bisa berdiri di tanah tertinggi ketiga di Indonesia. Setelah perjuangan mengolah batin dan raga, semangat dan strategi, nafas dan langkah dalam menghadapi perjalanan yang terus mendaki, semua terbayar dengan apa yang tersaji di depan mata.Semua orang yang berada di sekeliling kami tampak bahagia menyaksikan pemandangan yang luar biasa di kala fajar menyingsing. Hamparan awan menyelimuti bumi. Nun jauh di sana di sebelah timur, puncak Gunung Tambora muncul di balik selimut awan. Sementara di balik saya pemandangan Danau Segara Anak mengelilingi gunung kecilnya, dibayangi kerucut sempurna Rinjani dan Gunung Agung yang muncul di kejauhan. Betapa sempurnanya alam ini.Puncak Rinjani tidak cukup lapang untuk bisa menampung banyak orang, mungkin hanya sekitar 30 orang yang berdiri berhimpitan. Sehingga kami tidak bisa berlama-lama menikmati pemandangan di puncak, karena harus bergantian. Pukul 06.00 Wita kami turun dari puncak Rinjani. Perjalanan turun kami nikmati dengan cara setengah berlari dan posisi badan condong ke belakang, namun tetap berhati-hati dan waspada. Pukul 07.30 Wita kami sudah sampai kembali di Plawangan Sembalun, dan mendapati sudah banyak monyet-monyet yang asyik sarapan di pinggir tebing.Sekitar pukul 10.00 Wita pagi kami beranjak dari Plawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak. Jalan menuju Danau Segara Anak didahului menuruni bukit berbatu. Kaki diharuskan bisa bergerak lincah agar tidak tersandung atau terpeleset. Sesekali juga saya harus meloncat karena kemiringan tanah yang cukup tinggi.Setelah jalur berbatu, perjalanan ditempuh melintasi padang sabana. Cuaca yang panas membuat tubuh cepat lelah. Tapi semua kelelahan akan sirna begitu saja, ketika memandang hamparan air yang begitu luas dikelilingi bukit yang hijau, serta merasakan sejuknya udara mengguyur tubuh. Dahaga pun hilang, padahal mulut ini sudah kering. Menceburkan kaki di dinginnya air Danau Segara Anak, memberi kesegaran tersendiri.Setelah mendirikan tenda dan beristirahat sebentar, saya beranjak menuju tempat pemandian yang ditunjukkan oleh seorang bapak yang sedang memancing di pinggir danau. Lokasinya terletak di sebelah utara, tidak jauh dari area perkemahan. Sambil berendam di air hangat, saya menikmati pemandangan yang tak kalah cantik.Di antara bebatuan besar yang menempel di sekeliling bukit yang hijau, terdapat air terjun dari aliran air danau yang meluap, kemudian turun bercampur dengan air panas yang menyembul dari dalam bumi. Beberapa kali saya berpindah tempat merasakan kolam-kolam yang ada. Mau kolam air dingin, hangat, atau panas bisa dinikmati.Tak jauh berjalan ke utara, terdapat sumber mata air yang melimpah. Danau Segara Anak juga menyediakan ikan yang sangat melimpah dan bisa disantap selama berkemah. Hanya perlu meminjam kail dan umpan dari para porter. Kail dan umpan sering hanya ditinggalkan begitu saja di pinggir danau.Sangat mudah memancing di sini, tinggal menyesuaikan umpannya saja. Dengan sebutir nasi, saya bisa langsung strike mendapat ikan nila seukuran 3 jari orang dewasa. Benar-benar tempat yang sempurna untuk berkemah.Sayang, bekal kami sudah tidak mencukupi untuk bisa tinggal lebih dari 1 hari. Sehingga mau tidak mau kami harus pulang, meninggalkan semua keindahan yang sudah kami nikmati selama 3 hari bersama Rinjani. Esok hari kami menuju Desa Senaru. Namun dalam hati saya, sudah terpatri niat untuk kembali ke sini, the real hidden paradise.
Hide Ads