Gili Trawangan, Surganya Bule di Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gili Trawangan, Surganya Bule di Indonesia

Wawan Abe Rossi - detikTravel
Minggu, 02 Mar 2014 09:52 WIB
loading...
Wawan Abe Rossi
air laut yang surut menyisakan daratan yang luas
sunset yang sempurna
alam bawah laut yang mempesona
Gili Trawangan, Surganya Bule di Indonesia
Gili Trawangan, Surganya Bule di Indonesia
Gili Trawangan, Surganya Bule di Indonesia
Jakarta - Ketenaran Gili Trawangan sudah terkenal, bahkan tidak kalah dengan Bali. Bahkan, turis asing seringkali mendominasi turis lokal di Gili Trawangan layaknya surganya turis asing di Indonesia.Gili Trawangan menjadi target destinasi wisata pertama yang harus dikunjungi. Sambil menunggu kedatangan teman saya yang akan menjadi teman perjalanan ke Gunung Rinjani.Pukul 07.45 WIB kereta Sri Tanjung membawa saya dari Yogyakarta menuju Banyuwangi. Kereta Sri Tanjung sudah tidak asing bagi saya. Sebelum kereta ini ber-AC, saya sudah beberapa kali merasakan perjalanan bersamanya. Sekitar pukul 21.00 WIB, kereta berhenti di stasiun terakhir di kota Banyuwangi.Berjalan kaki sekitar 10 menit, saya bersama beberapa anak muda Lombok dan Bali segera menuju pelabuhan Ketapang. Bersyukur tidak perlu harus menunggu kami langsung menuju kapal penyeberangan menuju pelabuhan Gilimanuk, Bali setelah membeli tiket. Perjalanan di atas kapal kurang lebih 1 jam. Di tengah perjalanan, beberapa penumpang sempat kaget mendengar suara benturan keras. Rupanya kapal yang saya naiki sempat bersenggolan dengan kapal lain entah apa penyebabnya.Banyak sekali saya lihat kapal yang lalu lalang di tengah selat Bali malam itu. Mungkin karena jelang Lebaran, lalu lintasnya jadi padat. Sekitar pukul 24.00 WITA kapal bersandar di dermaga pelabuhan Gilimanuk. Saya bersama rombongan segera bergegas menuju Terminal Gilimanuk untuk mencari angkutan menuju pelabuhan Padang Bay.Kami mendekati sebuah bus kecil yang sepertinya akan segera berangkat dan menyaksikan seorang pemudi sedang bernegosiasi cukup alot dengan kondektur atau mungkin calo. Uniknya, demi menawar harga yang agak mahal dia bersama temannya mengakui bahwa kami juga rombongan mereka. Akhirnya ongkos disepakati 50 ribu rupiah. Tidak jauh dari perkiraan saya sebelumnya.Setengah perjalanan saya ngobrol dengan salah satu teman rombongan, setengahnya lagi tidur, mengingat memang sudah waktunya tubuh harus istirahat. Sekitar pukul 04.00 WITA kami tiba di pelabuhan Padang Bay. Kami berniat mencari warung untuk istirahat minum minuman hangat sambil menunggu kapal yang akan berangkat.Pelabuhan masih sepi, saya hanya bertemu dengan seorang bapak yang menjual nasi bungkus. Sebungkus nasi saya habiskan untuk sarapan pengganti makan malam. Tak lama kemudian, kami masuk ke kapal menuju pelabuhan Lembar. Salah seorang teman mengajak untuk istirahat di dek paling atas sambil menunggu sunrise. Angin kencang dan awan yang tebal membuat saya tidak yakin bisa menikmati indahnya pemandangan sunrise di atas kapal.Sekitar pukul 11.00 WITA, akhirnya saya tiba di pulau Lombok. Setelah hampir 1 jam kapal mengantre bersandar. Di pelabuhan Lembar saya berpisah dengan rombongan. Keluar dari pelabuhan, saya berjalan menuju jalan raya untuk mencari angkot ke terminal Mandalika dan selanjutnya menuju Gili Trawangan. Dalam perjalanan menuju terminal Mandalika saya melihat masih banyak pura. Tidak salah memang bila pulau Lombok masih bersaudara dengan pulau Bali, walaupun mayoritas penduduknya beragama Islam.Sekitar pukul 14.00 WITA saya tiba di pelabuhan Bangsal . Setelah membeli tiket kapal, saya menuju kapal yang telah disebutkan oleh penjual tiket. Pelabuhan Bangsal adalah tempat penyeberangan menuju ke Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan. Gili Trawangan menjadi tujuan yang paling ramai dikunjungi.Tak berapa lama, awak kapal berteriak memanggil semua penumpang yang akan menuju Gili Trawangan, persis setelah informasi dari pihak penjual tiket yang memberitahukan bahwa quota penumpang terpenuhi. Tiga puluh menit kemudian, akhirnya saya mendarat di Gili Trawangan yang keindahannya sudah terkenal sampai ke luar negeri. Kesan pertama sesaat setelah menginjakkan kaki di pulau kecil ini adalah, ramai sekali.Sambil menggendong backpack saya berjalan mengelilingi jalan-jalan di pinggir pantai Gili Trawangan, sambil mencari spot untuk snorkeling besok pagi dari referensi yang sudah saya baca. Dari perhitungan google maps, jaraknya hanya sekitar 7 km, cukup untuk pemanasan kaki persiapan mendaki gunung Rinjani. Sepanjang perjalanan saya lebih banyak bertemu turis-turis mancanegara dari pada sesama negeri sendiri.Saya yang berjalan seorang diri benar-benar merasa asing seolah berada bukan di Indonesia. Dari apa yang dilihat dan didengar, belum pernah saya merasakan suasana seperti ini. Mungkin sudah terlambat saya datang kesini. Kenapa tidak dari dulu sebelum terkenal ke seluruh dunia. Itulah kesan kedua saya. Memang turis-turis mancanegara ini adalah sebagai penikmat Gili Trawangan, sementara warga lokalnya kebanyakan pengusaha atau penjual jasa. Semoga mereka bisa bekerja sama menjaga kelestarian alam Gili Trawangan.Hampir setiap pantai sisi timur yang saya lihat ramai sekali dengan aktivitas orang, baik yang bermain di air atau sekedar duduk atau tidur di atas pasir. Sementara sisi sebelah barat lebih banyak kafe saya temui, tidak banyak orang bermain di laut. Setelah satu setengah jam berjalan, saya berhenti di sebuah pondok di pinggir pantai untuk menikmati dan mengabadikan moment sunset. Wow, sungguh indah!Langit yang bersih berselaput lembayung senja, dan bulatnya matahari yang perlahan-lahan turun menuju peraduan malam benar-benar pemandangan sunset yang sempurna. Semoga sunrise esok pagi juga sempurna. Perjalanan saya lanjutkan menuju sisi timur pantai untuk mencari tempat nge-camp menunggu sunrise.Setelah berjalan kurang lebih satu jam, saya menemukan lokasi yang pas di pinggir pantai. Sepi dari keramaian, tetapi masih dekat dengan rumah penduduk. Setelah menikmati makan malam nasi urap khas Gili Trawangan, saya segera beristirahat untuk memulihkan tubuh. Pukul 5 pagi saya bangun dan segera membereskan tenda. Sudah banyak orang beraktifitas pagi itu, jogging, jalan kaki, atau bersepeda keliling pulau.Pagi yang cerah, gumpalan-gumpalan awan kecil menggantung di langit, dan Gunung Rinjani nun jauh disana diterangi bulatnya sang mentari yang beranjak dari peraduannya. Oh, indahnya pagi ini. Saya bersyukur bisa menikmati sunset dan sunrise di tempat yang baru saya singgahi pertama kali. Jadi bersemangat untuk memulai kegiatan hari ini.Saya segera mencari tempat penyewaan alat snorkeling untuk menikmati alam bawah laut Gili Trawangan yang sudah terkenal. Hampir setiap tempat persewaan menawarkan trip snorkeling sebanyak 3 spot, tetapi saya memang sudah berniat untuk snorkeling di pinggir pantai saja, mengingat waktu yang terbatas. Setelah alat yang cocok saya dapat, segera saya berjalan menuju ke arah selatan sisi timur gili mencari hotel Vila Ombak.Menurut ceritanya kira-kira 50-100 m dari Pantai Vila Ombak, pemandangan bawah lautnya sangat indah. Tak lama berjalan, saya melihat banyak gazebo-gazebo berdiri di pinggir pantai dan papan nama Villa Ombak. Saya segera menuju pinggir pantai mencari tempat yang teduh untuk melakukan pengamatan. Ombak masih lumayan tinggi dan belum ada orang bermain di laut, saya ragu untuk segera berenang.Saya berjalan kembali menuju ke selatan, tetapi juga masih belum menemui aktivitas di pantai. Mungkin masih pagi, padahal sudah pukul 10 lebih. Saya berjalan kembali ke arah utara dan akhirnya saya melihat beberapa turis asing bersiap berangkat dengan kapal untuk diving. Sudah ada aktivitas berarti, saatnya terjun ke laut.Sungguh benar adanya, kurang lebih 50-100 m dari pantai, pemandangan bawah laut Gili Trawangan masih eksotis, tak perlu sewa kapal. Di beberapa tempat kapal bersandar, alam bawah lautnya masih terjaga. Beraneka ragam terumbu karang dan ikan membuat saya betah berenang kesana kemari, tidak takut gulungan ombak setinggi 1 m yang kadang mengombang-ambingkan tubuh. Sungguh sangat indah. Bisa mengobati rasa keterasingan saya.
Hide Ads