Mencari Jejak Ken Arok di Candi Singosari

Jakarta - Singosari adalah kerajaan besar di masanya. Terkenal bersama kebesaran nama Ken Arok. Namun kini hanya sedikit yang tersisa dari keperkasaan kerajaan besar itu yang dapat kita jumpai. Yuk, datang ke Candi Singosari!Suatu hari Minggu di Kota Malang, akhirnya saya menyempatkan diri untuk melihat dari dekat bekas sebuah kerajaan besar di zamannya yakni Singosari. Sesampai di daerah yang termasuk Kabupaten Malang yang bernama Singosari, saya hanya bisa terpekur di depan sebuah gupala besar yang menjadi simbol penjaga dunia.Dalam hati saya bertanya mana sisa-sisa kebesaran kerajaan Singosari yang mahsyur itu. Karena yang saya jumpai hanyalah dua gupala besar, sebuah candi pemujaan yang dinamai Candi Singosari, sebuah stupa candi yang bernama Candi Sumber Awan dan kolam pemandian Ken Dedes yang kini menjadi kolam renang yang dibuka untuk umum.Sungguh disayangkan jika sebuah sejarah terhapus karena musnahnya peninggalan dari zamannya. Singasari adalah nama dari sebuah daerah yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi di hulu Sungai Brantas. Saat ini daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Malang di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pada abad ke-13, Singasari hanya merupakan sebuah desa kecil yang tidak berarti.Keadaan ini lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok dari Desa Pangkur, yang berhasil merebut daerah tersebut dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri yang saat itu diperintah oleh Raja Kertajaya pada tahun 1222 Masehi.Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan yang berpusat di Desa Kutaraja serta mengambil nama gelar kebangsawanan sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi. Baru kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah tersebut diganti nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari menjadi kota kerajaan yang menguasai wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292 Masehi.Kisah Ken Arok terkenal dengan kisah cinta segitiga. Ken Arok merebut Ken Dedes, istri dari Tunggul Ametung. Kisah ini juga diikuti dengan kisah kutukan keris Mpu Gandring yang diambil Ken Arok dengan menyebabkan tragedi saling bunuh. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, dan anak Tunggul Ametung bernama Anusapati kemudian membunuh Ken Arok.