Menjelajah Aceh, Indonesia Berawal dari Sini
Rabu, 12 Mar 2014 15:15 WIB

Jakarta - Begitu luas Indonesia, memanjang dari Sabang sampai Merauke, sesuai dengan salah satu lagu nasional Indonesia. Ayo kita menjelajah dari Aceh. Ada Kota Banda Aceh yang menawan, Pulau Weh dan Sabang yang mempesona.Sejak sekolah dasar, kita telah mendengar melalui lagu nasional, bahwa Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke. Hal itu yang terpatri di pikiran saya, bahwa suatu saat kalau ada kesempatan saya harus mengujungi tempat-tempat tersebut. Kesempatan itu akhirnya datang juga saat sudah bekerja, kebetulan ada teman kerja orang Aceh asli.Akhirnya dirancanglah rencana untuk pergi ke Aceh, Pulau Weh, dan ke Sabang di ujung barat Indonesia. Bertepatan dengan cuti teman yang mau pulang ke Aceh. Akhirnya, tanggal 9 Maret pagi, perjalanan untuk menuju Aceh dimulai. Dari Jakarta menuju Banda Aceh paling mudah di tempuh lewat udara, dengan lama perjalanan sekitar 3 jam. Perjalanan menuju Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh biasanya harus singgah dulu di Medan, walaupun ada beberapa penerbangan langsung menuju Bandara Sultan Iskandar Muda.Aceh memang luar biasa, baru mendarat saja kita sudah akan dibuat terkagum-kagum. Bandara Sultan Iskandar merupakan salah satu bandara dengan arsitektur terbaik yang ada di Indonesia. Bentuknya menyerupai masjid, lengkap dengan kubahnya, menggambarkan sekali bahwa Aceh itu adalah Serambi Mekkah.Satu tempat yang harus dikunjungi bila ke Aceh tentu saja Masjid Baiturrahman, masjid bersejarah yang menjadi saksi perkembangan dari masa ke masa. Sejak zaman perjuangan melawan penjajah, hingga saksi bisu dahsyatnya tsunami Aceh yang menghebohkan dunia. Uniknya lagi dari masjid ini, menara Masjid Baiturrahman merupakan bangunan tertinggi di Kota Banda Aceh yang hingga sekarang masih tetap dipertahankan.Setelah mengujungi Masjid Baiturrahman yang tidak terlalu jauh dari sana, terdapat satu bangunan monumental untuk mengenang tragedi kemanusiaan gempa dan tsunami Aceh tahun 2004. Bangunan itu adalah sebuah kapal laut, yang sebelum tsunami terjadi berfungsi sebagai PLTD yang terapung di Pantai Banda Aceh. Letaknya bergeser sekitar 5 km dari posisi semula akibat dibawa gelombang tsunami tahun 2004. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya tsunami tahun 2004 hingga mampu kapal laut yang beratnya berton-ton sampai sejauh 5 km.Bosan melihat gedung dan bangunan saja, Banda Aceh juga menyimpan wisata alam yang eksotis, utamanya pantai. Pantai yang terkenal di Banda Aceh salah satunya adalah Lampuuk, sebuah pantai berpasir putih yang langsung menghadap Samudera Hindia. Seperti pantai-pantai yang menghadap samudera, Pantai Lampuk juga mempunyai ombak yang besar.Ada cerita menarik tentang Pantai Lampuk, terutama berhubangan dengan tsunami tahun 2004. Menurut cerita penduduk setempat setelah tsunami terjadi, salah satu kapal induk Amerika yang sedang melakukan misi kemanusiaan bersandar dekat Pantai Lampuuk. Kapal induk dijadikan rumah sakit terapung untuk menolong korban tsunami.Puas menjelajah kota Banda Aceh, sesuai rencana, saatnya untuk menyeberang ke Pulau Weh, Sabang, di ujung barat sekaligus titik 0 km Indonesia. Dari Banda Aceh, untuk menyeberang ke Pulau Weh harus melalui Pelabuhan Ulee Lheue.Dari Pelabuhan Ulee Lheue ada dua alternatif pilihan untuk sampai di Pulau Weh. Pertama dengan kapal cepat, tanpa bisa membawa kendaraan dengan harga tiket Rp 85 ribu per orang, dengan jadwal 2x sehari. Sementara yang kedua menggunakan kapal ferry, bisa membawa kendaraan dan harga tiket Rp 18.500 per orang, dan Rp 11 ribu untuk sepeda motor. Jadwal kapal ferry dari pelabuhan Ulee Lheue ada setiap pukul 14.00 WIB tiap harinya.Perjalanan dari Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh ke Pelabuhan Sabang di Pulau Weh (untuk kapal cepat bersandar di Pelabuhan Balohan) memakan waktu sekitar 3 jam melewati Selat Malaka, jalur legendaris pelayaran. Biasanya kapal bersandar di Sabang sudah sore, tidak ada salahnya langsung berburu sunset di salah satu tempat dengan sunset terindah yang ada.Selesai melihat sunset jangan lupa untuk mencari penginapan, ada beberapa alternatif penginapan di Pulau Weh, bisa di Kota Sabang ataupun di Pantai Iboih. Kami memutuskan untuk menginap di Kota Sabang saja, dengan pertimbangan lebih mudah aksesnya.Tarif penginapan di Sabang ada di kisaran Rp 200 ribu per malam, bisa untuk dua orang. Esok paginya perjalanan kita lanjutkan ke Tugu Nol kilometer, titik dimana wilayah Indonesia dihitung sampai ke Merauke. Untuk sampai Tugu Nol Kilometer dari Kota Sabang, membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Padahal itu jarak dari ujung pulau ke ujung sisi lainnya.Tugu 0 Km adalah monumen yang dibangun untuk menandai ujung terbarat wilayah Indonesia. Disinilah wilayah Indonesia mulai diukur sampai ke Merauke. Terletak di koordinat 05 derajat 54' 21,42" LU dan 95 derajat 13' 00,50" BT, diresmikan oleh mantan presiden ketiga BJ Habibie saat menjabat Menristek. Di tugu 0 km, untuk membuktikan telah mengujungi tugu 0 km, ada jasa penjualan sertifikat Tugu 0 km. Selain Tugu 0 Km, di tempat yang sama kita bisa memandang tenangnya Samudera Hindia dari atas bukit, so amazing!Dari Tugu Nol Kilometer, perjalanan dapat dilanjutkan ke Pantai Iboih dan snorkeling di Pulau Rubia. Pantai Iboih merupakan salah satu tempat menginap favorit di Pulau Weh. Di sana terdapat banyak cottage yang menghadap langsung ke arah laut, yang tentu saja menawarkan pemandangan yang sangat menarik. Dari Pantai Iboih inilah titik penyeberangan ke Pulau Rubia bagi yang mau snorkeling.Untuk menyeberang ke Pulau Rubia dari Pantai Iboih ada dua cara, pertama ikut rombongan perahu kayu dengang tarif Rp 20 ribu per orang. Kedua menyewa perahu motor dengan harga Rp 150 ribu untuk kapasitas 10 orang. Keunggulan menyewa perahu motor, tidak perlu menunggu perahu penuh untuk berangkat. Selain itu, dengan perahu motor kita bisa memutari Pulau Rubia dan melihat cottage di Pantai Iboih yang langsung menghadap ke laut.Snorkeling di Pulau Rubia sangat istimewa, selain terumbu karang yang sangat cantik, ikannya juga bewarna-warni seperti pelangi. Kalau beruntung, bisa melihat ikan pari secara langsung.Oh iya, dalam perjalanan dari Pulau Iboih menuju Sabang, saya tidak sengaja menemukan air terjun yang jarang dikunjungi orang. Letaknya tidak masuk jauh ke dalam hutan, naik sepeda motor pun cuma bisa separuh jalan. Air terjun tidak terlalu tinggi, namun terdapat cekungan air di bawahnya yang bisa digunakan untuk berenang.Kalau mempunyai banyak waktu saat berkunjung ke Pulau Weh, sempatkan juga untuk mampir di Pantai Anoi Hitam. Letaknya agak jauh di sisi seberang pulau. Seperti namanya, pasir di pantai ini berwarna hitam yang berkebalikan dengan pasir di Pantai Iboih. Selain pantai, di Anoi Hitam juga terdapat benteng pertahanan peninggalan Jepang yang menghadap langsung ke Selat Malaka. Kita bisa saksikan lalu lalang kapal yang akan masuk ke Selat Malaka.Selain di Anoi Hitam, ada beberapa benteng pertahanan Jepang di Pulau Weh yang hampir semuanya menghadap ke arah laut. Salah satu yang paling menarik, benteng pertahanan yang ada di dekat balai kota Sabang. Benteng ini terletak di atas pelabuhan Sabang. Yang menarik, karena terdapat ruang bawah tanah. Di dekat benteng pertahanan Jepang ada bangunan menarik, sebuah monumen yang menggambarkan Indonesia, namanya monumen Sabang-Merauke.Satu hal yang tidak boleh kita lupakan saat jalan-jalan selain obyek wisatanya, kuliner. Untuk Sabang, ada beberapa makanan khas yang wajib di coba saat kesana, ada nasi gurih, menu sarapan khas Kota Sabang. Nasi gurih sebenarnya mirip nasi uduk, cuma beda lauk dan krupuknya. Mencari penjual nasi gurih tidak terlalu sulit, karena banyak terdapat di pusat Kota Sabang. Selain nasi gurih, ada sate gurita, sate dari daging gurita yang hanya ditemui di Sabang. Sate gurita biasanya dijual malam hari, jadi untuk menunggu saat malam datang bisa melihat sunset yang luar biasa di Pulau Weh.Terakhir yang mungkin perlu ditambahkan saat mau kembali ke Banda Aceh dari Pulau Weh, bila mau naik kapal ferry. Kapal ferry dari Pulau Weh hanya satu kali sehari setiap pukul 08.00 WIB. Jangan sampai kelewatan, karena harus menunggu sehari lagi untuk kapal berikutnya.Sebagai penutup mungkin bisa saya kutip kata dari salah satu lagu nasional supaya kita senantiasa mencintai dan menjaga kesatuan NKRI. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau, sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia!
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!