Perjuangan Menggapai Negeri di Atas Awan di Lombok
Rabu, 06 Jan 2016 10:55 WIB

Seno Wibowo
Jakarta - Gunung Rinjani tak jarang dijuluki sebagai Negeri di Atas Awan. Lautan awan yang tampak dari puncaknya, serta pemandangan yang tersaji memang begitu memesona.Saya ingin menceritakan tentang pengalaman seru mendaki Gunung Rinjani. Sebelum ke Rinjani mungkin saya akan cerita tentang perjalanan menuju ke sana. Dimulai dengan saya yang mulai menyukai hoi naik gunung dari tahun 2013.Beberapa waktu lalu saya menemukan sebuah komunitas yang mengadakan open trip di jejaring sosial Facebook ke Gunung Rinjani. Nama komunitas tersebut adalah KAT (Komunitas Anak Tugu), maksudnya Tugu Pancoran. Padahal saya tinggal di Pancoran, tapi baru mendengar komunitas tersebut.Setelah itu saya coba bertanya ke kontak yang dicantumkan mengenai open trip tersebut. Ternyata memang sedang membuka trip ke Gunung Rinjani. Lalu saya mengajak teman kantor saya, hanya 1 orang yang berminat.Lalu kamo daftarkan diri untuk ikut trip tersebut. Sebulan sebelum hari H, kami mengajukan cuti ke bos masing-masing untuk trip tersebut. Ternyata teman saya tidak diperbolehkan, sedangkan saya diperbolehkan. Jadi berangkatlah sendiri.Pada Hari H kami berkumpul di Sekretariat KAT pada siang hari. Berkenalan dengan pengurus KAT yang ikut ke Rinjani. Ada Topan, Ipit, Ali dan lain sebagainya. Kami lalu berangkat ke Lombok naik bus.Tiba di Pelabuhan Lembar, Lombok sudah sore. Lalu kami langsung menyewa angkutan umum local langsung ke tempat kenalan Kfess dan Bomans di Selong. Tiba di sana, langsung makan lalu mandi tentunya.Malam hari kami kedatangan teman-teman yang naik pesawat ke Lombok. Ada yang dari Surabaya, Makassar dan Jakarta. Pagi hari kami mandi, sarapan dan siap untuk berangkat. Selanjutnya kami ke Desa Sembalun sewa angkutan umum dan mobil pick up.Setiba di sana, kami makan siang lalu setelah zuhur langsung berangkat naik ke gunung. Perjalanan menuju Pos 3 melalui jalur Sembalun, masih belum sulit. Kebanyakan jalanan di sini masih landai.Di sini kami melewati padang savana yang indah, pemandangannya masih sangat bagus. Perjalanan dari Desa Sembalun ke Pos 3 sekitar 3-5 jam. Beberapa dari kami sudah ada yang jalan paling depan, sedangkan saya selalu jalan di tengah.Karena saya suka tidur saat mendaki jadi apabila ada spot bagus untuk tidur saya akan tidur sebentar cukup 5 menit. Saya tiba di Pos 3 sekitar jam 17.00 WITA. Makan waktu lama karena saya kebanyakan tidur di jalan. Lalu saya langsung bangun tenda dan makan.Tim kami yang paling belakang tiba di Pos 3 jam 19.00 WITA. Kebetulan ada orang dari singapura yang menumpang di tenda kami. Dia mau turun ke Desa Sembalun tetapi ditinggal oleh rombongannya jadi dia menumpang semalam ditenda kami dan besok paginya kembali ke Turun ke Desa Sembalun.Pagi hari semua sarapan lalu packing. Kami langsung jalan sekitar jam 09.00 WITA. Perjalanan menuju ke Pelawangan Sembalun sangatlah berat. Di sana kami harus melewati 7 Bukit Penyesalan, sepertinya jalur itu memang membuat orang-orang yang mendaki menyesal.Jalanan menanjak dan juga berpasir. Tetapi masih ada banyak pepohonan yang masih bisa buat pegangan. Tanjakan terakhir sebelum Pelawangan Sembalun itu medan yang berat. Pijakan sudah bukan lagi Tanah, tapi pasir.Saat di sana saya melihat Seorang Pria yang sudah tua menaiki rinjani. Walau mereka tidak membawa apaβapa dan hanya bawa tongkat untuk tumpuan, tetapi menurut saya beliau sangat kuat. Dan juga saya bertemu dengan seorang wanita tua.Beliau juga sama tanpa membawa apapun tetapi sangat kuat untuk menanjak Bukit Penyesalan tersebut. Tiba di Pelawangan Sembalun sekitar jam 17.00 mendekati jam 18.00 tetapi di sana masih terang sekali.Dari Pelawangan lumayan jauh, menuju ke tempat kami bangun tenda. Setelah puas berfoto-foto ria kami langsung menuju ke tempat tenda, istirahat dan makan. Summit attack itu adalah kata-kata semangat kami hingga saat ini. Rencananya kami akan summit jam 1 dini hari. Kami langsung makan dan istirahat saat malam itu. Summit Attack Start. Tepat jam 1 kami berangkat. Perjalanaan yang sangat berat, baru saya alami saat ini.Saya terus mendaki perlahan hingga lelah lalu istirahat. Saat istirahat kadang saya juga tidur. Saat krisna sudah sampai dia akan membangunkan saya dan saya lanjut jalan dan dia istirahat. Begitulah seterusnya sampai di pelawangan.Krishna pun terlihat sangat tidak kuat. Dia pun bercerita dengan saya, tentang dia suka ikut marathon. Ternyata beda marathon dengan naik gunung. Saya jawab, pasti berbeda karena saat marathon jalanan yang digunakan aspal dan datar.Walaupun ada tanjakan pun sedikit, tidak separah ini. Trek di Pelawangan butuh konsentrasi karena di sisi kanan terdapat jurang menuju Segara Anak sedangkan sebelah kiri turunan ke Pelawangan Sembalun. Di situ saya mulai meninggalkan Krishna dan Komandan.Saya maju kedepan, Saya merasa tidak akan sampai puncak saat sunrise. Lalu saya melihat Anton dan Andreas yang berfoto di sana. Saat itu kami masih di Pelawangan, masih lumayan jauh dari puncak.Kami berfoto sunrise di situ sambil menunggu Krishna dan Komandan. Saat mereka tiba saya melanjutkan perjalanan, dari situ perjalanan terus menanjak dan berpasir. Saya terus berusaha hingga mencapai ke puncak, sedangkan stok minuman saya menipis. Lalu saya bertemu dengan Belly dan Jody, saya pikir mereka sudah selesai summit dan turun. Ternyata mereka terkena hipotermia, tangan mereka kedinginan seperti mati rasa.Setelah itu saya melanjutkan perjalanan. Setelah mendekati puncak di situ hanya tersisa tanjakan terakhir yang sangat miring dan berpasir. Setiap jalan di situ saya selalu merosot. Jadi saya coba berjalan perlahan.Setiap saya lelah saya langsung tiduran dan istirahat. Kadang sempat tertidur. Dari atas saya melihat Komandan dan Krishna yang sedang menaiki tanjakan ini juga. Saat perjalanan ke atas saya melihat teman-teman sudah mulai turun. Mereka ada yang semangati saya untuk tetap naik, ada yang memberikan minuman. Saya terus berjuang.Saat perjalanan saya sudah mulai sedih dan mungkin sempat menangis. Karena saya tidak bisa sampai puncak. Saat itu ada keinginan saya untuk menyerah, tetapi saya keingat oleh almarhum ibu saya yang mengajarkan untuk tidak pernah menyerah. Dari situlah saya terus berjuang untuk menuju puncak Rinjani.Tiba Top Rinjani dengan ketinggian 3.726 mdpl, di sana ada beberapa teman saya yang masih menunggu. Saya sampai di puncak sekitar jam 11.00 WITA. Setelah puas dengan foto-foto selama satu jam kami langsung turun.Saat turun saya dengan komandan, Andreas, Lia, Nusa dan Malik. Saat turun dari puncak masih banyak yang masih berusaha naik. Saat turun sangat menyenangkan karena saya hanya tinggal merosot saja seperti ice skating.Saat turun saya keluar jalur karena terlalu banyak merosot, sangat susah sekali untuk masuk ke jalur lagi sampai dibantu oleh komandan pun tetap tidak bisa tiap saat naik pasir tersebut akan turun terus. Jadi sangat sulit untuk memasuki jalur tersebut.Akhirnya saya mencoba untuk menggulingkan badan saya beberapa kali agar masuk ke jalur. Dan akhirnya saya berhasil masuk kembali. Saat perjalanan turun Maag saya kambuh lagi, dengan muntah-muntah terus dan badan saya pun lemas. Lalu saya mencoba istirahat.Saya biarkan yang lain meninggalkan saya. entah apa yang dipikirkan oleh saya. Karena saya merasa sendirian di trek itu, tidak ada yang naik dan turun. Lalu saya coba berjalan perlahan-lahan dan melihat Nusa, Lia dan Komandan sedang istirahat di bawah pohon. Setelah itu saya bergegas menuju ke sana dan istirahat di situ.Saat istirhat saya bertemu rombongan yang akan menuju ke puncak. Luar biasa sekali siang-siang menuju ke sana. Dia terlambat summit karena kesiangan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan. dan akhirnya sampai di camp jam 15.00 WITA.Rencananya akan turun ke segara anak hari ini tetapi banyak yang kecapean jadi besok baru ke segara anak. Perjalanan menuju Segara anak sekitar jam 9 pagi. Jalanan menurun sangat parah, banyak tebing-tebing.Banyak juga yang sedang turun jadi harus antre, karena jalanan hanya muat 1 orang dan turunan lumayan terjal. setelah 3 jam melewati tebing muncul lah padang savanna lagi dan jalanan mulai landai.Di situ kami jalan santai. Saya waktu itu berjalan bersama Fardhi, Nusa, Lia dan Ayu. Perjalanan begitu menyenangkan dan fun, mungkin karena efek landai.Tiba di Segara Anak sore hari, kami bangun tenda setelah itu baru main air Danau Segara Anak. Kami berfoto dan setelah itu kita menuju ke pemandian air panas. Itu yang saya inginkan saat di segara anak. Saat berendam disitu pegal-pegal rasanya hilang.Saat di danau ada beberapa yang memancing lalu juga ada yang berenang. Lalu kita patungan untuk beli ikan. Malamnya kita bakar ikan bersama sama. Mantap sekali, setelah itu kita istirahat. Pagi hari saat bangun sandal saya hilang dan ternyata sandal Nusa pun juga hilang.Padahal sepatu kita juga ada didepan tenda tetapi hanya sandal kami yang hilang. Saya sudah mencari sekeliling tapi tidak ketemu. Jadi kita ikhlaskan saja. kita semua prepare untuk packing pulang nanti dan juga saya mencoba ambil air yang cukup. Saya bawa air 4 botol 1,5 L, karena takut kekurangan seperti saat summit. Jalur yang kita lewati saat turun adalah jalur senaru. jalur nya terus menanjak dan bahkan bukan hanya menanjak tapi melewati tebing juga. Saat di jalur senaru saya bersama Krishna, Komandan, Tim Surabaya dan Malik. Walaupun belum lelah, saat mereka istirahat saya pun ikut juga.Karena kita saling menunggu jadi agak lama. Perjalanan lewat senaru sangat berbahaya dan menantang, kita sampai harus panjat tebing. Memang sangat seru melewati Jalur Senaru.Saya pun banyak tidur di jalur senaru karena jalurnya cukup adem. Setelah tiba di pelawangan senaru kita langsung cari tim kita, ternyata ada Bang Topan yang lagi nungguin sambil tidur di bawah pohon.Di belakang tim kita masih banyak yang dibelakang, seperti Belly, Om Anton dan Bang Kfess. Setelah di pelawangan senaru langsung turun ke medan yang berdebu menuju ke hutan senaru. Disini jalur nya sama persis dengan Gunung Gede via Gunung Putri.Cuma di Senaru lebih berdebu karena panas. Teman-teman saya banyak yang berlari disini, saya tidak bisa berlari karena beban tas depan saya lumayan berat. Saat di rinjani saya membawa 3 tas.Yang satu carrier untuk perlengkapan sedangkan backpack ditaruh didepan untuk makanan, satu lagi tas kecil untuk peralatan yang sering diambil. Setelah memasuki hutan saya sempat terjatuh dan kaki saya keseleo lalu istirahat dulu. Saat itu saya bersama Mas Tri, Krishna dan Malik.Datanglah penyelamat saya Bang Sandika dan Bang Topan, lalu langsung diurut saya sama Bang Sandika, setelah itu benar-benar enakan kaki saya. Setelah itu saya lanjut jalan berdua dengan Bang Sandika. Pesan Bang Topan kepada saya adalah untuk menjaga kaki saya lebih hati-hati.Setelah itu kita terus berjalan di hutan senaru sampai Malam hari. Di malam hari saya Cuma berdua dengan Bang Sandika, lalu saya menayalakan Head Lamp saat sudah gelap. Kita ngobrol ngarul ngidul agar tidak terjadi apa-apa dan tetap fokus. Saat di pos 2 Senaru kaki saya terjatuh lagi dan keseleo lagi. Setelah itu kita istirahat sebentar dan dipijitin kembali oleh Bang Sandika. Saat Keseleo kedua ini saat sudah di urut oleh Bang Sandika tetapi tetap masih sakit untuk berjalan.Kita terus berjalan, tanpa berhenti. Berhenti hanya untuk minum saja dan sisanya dilanjutkan berjalan. Selama perjalanan kita sudah mulai bertemu dengan tenda-tenda yang camp di Senaru. Makanya dari itu kita sudah dekat dengan pintu senaru.Setelah itu kita percepat langkah kita. 10 menit kita bertemu dengan sinar lampu yang mengarah ke kita dan ternyata mereka menunggu di pintu senaru. Betapa senangnya saat sudah mencapai Pintu Senaru.Kita tepat jam 7 sampai pintu senaru, saat sampai kita langsung makan. Bang Sandika langsung makan 2 porsi, nasi dan mie. Luar biasa sekali. Setengah jam kemudian Mas Tris, Malik, Krishna dan Bang Topan datang juga. Tetapi dibelakang masih lama, setelah itu kita turun ke basecamp untuk menginap. Ternyata perjalanan menuju basecamp dari Pintu Senaru masih setengah jam. Lumayan juga jalannya sedangkan kaki saya sudah sakit.Tiba di basecamp langsung makan lagi dan juga ke toilet. Tim belakang baru tiba di basecamp jam 11.30 malam. Malam kita tidur di basecamp benar-benar terasa dingin. Saya merasa dingin saat di Segara Anak dan basecamp Senaru, sedangkan sisanya saya tidur tidak menggunakan sleeping bag.Walau waktu, uang dan kerja keras untuk ke sana, tetapi semua terbayar oleh pemandangan yang begitu indah. Sungguh suatu yang sangat luar biasa untuk saya bisa ke puncak tertinggi nomor 3 di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum